FAKIR TIDAK SHALAT MENERIMA ZAKAT
Seorang fakir mengaku beragama Islam tapi tidak mengerjakan shalat. Bolehkah ia diberi zakat?
Apabila sejak umur baligh orang tersebut belum pernah mengerjakan shalat maka tidak boleh diberi zakat, dan
apabila sesudah baligh sudah pernah mengerjakan shalat kemudian meninggalkannya, maka boleh diberi zakat.
قَالَ اْلإِمَامُ النَّوَوِيّ: مَنْ بَلَغَ تَارِكًا لِلصَّلاَةِ وَاسْتَمَرَّ عَلَيْهِ لَمْ يَجُزْ إِعْطَاؤُهُ الزَّكَاةَ إِذْ هُوَ سَفِيْهٌ بَلْ يُعْطَى وَلِيُّهُ لَهُ بِخِلاَفِ مَا لَوْ بَلَغَ مُصَلِّيًا رَشِيْدًا ثُمَّ طَرَأَ تَرْكُ الصَّلاَةِ وَلَمْ يُحْجَرْ عَلَيْهِ فَيَصِحُّ قَبْضُهُ بِنَفْسِهِ كَمَا تَصِحُّ تَصَرُّفَاتُهُ اهر[بغية المسترشدين 106]
“Imam Nawawi berkata: “Barang siapa telah baligh dan selalu meninggalkan shalat, maka tidak boleh memberikan zakat padanya, karena dia safih (bodoh), tapi diberikan kepada walinya. Berbeda apabila dia baligh pintar dan mengerjakan shalat, kemudian dia meninggalkan shalat dan tidak dicegah tasharrufnya, maka dia boleh menerima sendiri, sebagaimana sah tasharrufnya.” (Bughyah al-Mustarsyidin 106).
0 comments:
Post a Comment