Hasil pekarangan kuburan / makam

HASIL PEKARANGAN KUBURAN

Bagaimana hukum hasil pekarangan yang tumbuh dengan sendirinya di pekuburan umum?

Makan hasil pekarangan tersebut hukumnya boleh, namun bila ditasharrufkan untuk kemaslahatan pekuburan akan lebih utama.

(فَرْعٌ) ثَمْرُ الشَّجَرِ النَّابِتِ بِالْمَقْبَرَةِ الْمُبَاحَةِ مُبَاحٌ وَصَرْفُهُ لِمَصَالِحِهَا أَوْلَى. قَوْلُهُ ثَمْرُ الشَّجَرِ النَّابِتِ بِالْمَقْبَرَةِ الْمُبَاحَةِ أَيْ لِدَفْنِ الْمُسْلِمِيْنَ فِيْهَا بِأَنْ كَانَتْ مَوْقُوْفَةً أَوْ مُسَبَّلَةً لِذَلِكَ وَخَرَجَ بِهَا الْمَمْلُوْكَةُ فَإِنَّ ثَمْرَ الشَّجَرِ النَّابِتِ فِيْهَا مَمْلُوْكٌ أَيْضًا وَقَوْلُهُ مُبَاحٌ خَبَرُ ثَمْرُ أَيْ يَجُوْزُ لِكُلِّ أَحَدٍ اْلأَكْلُ. [اعانة الطالبين 3/183]

“Buah-buahan pohon yang tumbuh di kuburan yang mubah hukumnya boleh (halal). Namun apabila digunakan untuk kemaslahatan kuburan lebih utama. Kata “Buah-buahan pohon yang tumbuh di kuburan yang mubah” yakni untuk mengebumikan kaum muslimin (kuburan umum), dalam arti kuburan wakaf atau yang disediakan untuk umum. Hal ini mengecualikan kuburan yang dimiliki, maka buah pohon yang tumbuh di sana juga dimiliki. Kata “mubah” adalah khabarnya lafadh “tsamr” yakni tiap orang boleh memakannya.” (I’anah al-Thalibin III/183).

Category:

0 comments:

Post a Comment