Sholawat

md-rasoolullah-zakh_copyPengertian sholawat.

Sholawat adalah lafadh jamak dari kata Shalat. Sholawat merupakan bahasa arab yang berarti do'a, rahmat dari Tuhan, memberi berkah dan ibadat.

Kalau shalawat itu dilaksanakan oleh hamba kepada Allah, maka maksudnya hamba itu menunaikan ibadah atau berdo'a kepadaNya, tetapi kalau Allah bersholawat atas hambanya, maka sholawat dalam hal ini artinya adalah bahwa Allah mencurahkan rahmatNya(Allah melimpahkan berkahNya).

Dengan demikian sholawat Allah kepada hambaNya dibagi dua, yaitu khusus dan umum.Sholawat khusus, ialah sholawat Allah kepada rasulNya, para nabiNya, istimewa sholawatNya kepada Nabi Muhammad SAW, sholawat umum ialah sholawat Allah kepada hambaNya yang mu'min.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa arti kata sholawat Allah kepada Nabi Muhammad SAW ialah memuji Muhammad, melahirkan keutamaan dan memuliakannya, memperdekatkannya beliau Muhammad kepada diriNya (Allah).

Adapun pengertian sholawat malaikat kepada Nabi saw, adalah memohon kepada Allah supaya Allah mencurahkan perhatiannya kepada nabi, memohonkan ampun.

Pengertian sholawat dari orang mu'min kepada Nabi SAW  berarti doa supaya beliau Nabi saw diberi rahmat,  mengakui kerasulannya serta memohon kepada Allah melahirkan keutamaan dan kemuliaannya yang pada gilirannya mengakui bahwa agama yang dibawa nabi Muhammad sebagai agama yang mulia diatas agama yang lain dan melahirkan kemuliaan beliau SAW di atas kemuliaan nabi-nabi yang lain.

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa bersholawat artinya:

  1. apabila sholawat dari Allah berarti member rahmat;
  2. Sholawat dari malaikat berarti memohonkan ampun;
  3. Sholawat dari orang mu'min berarti berdo'a supaya diberi rahmat seperti perkataan "ALLAHUMMASHOLLI ALAA MUHAMMAD" artinya : Ya Allah , limpahkanlah rahmat atas Nabi Muhammad saw"

Dalam perkembangannya, sholawat banyak macamnya serta banyak pula keutamaan,manfaat, faedah serta berkahnya.

[+/-] Selengkapnya...

Mengetahui najis usai mengerjakan Shalat

Seorang imam baru mengetahui dirinya membawa najis usai shalat. Wajibkah ia memberitahukan kepada makmum ? Apakah imam dan makmum tersebut harus mengulang shalat ?

Jika najis yang dibawa oleh imam itu tampak jelas sekira makmum memperhatikannya, najis tersebut dapat terlihat, maka imam wajib memberitahu dan makmum wajib mengulang shalat, namun menurut pendapat Imam Nawawi tidak wajib i’adah.

Jika najis tersebut samar, maka :

- bila makmumnya bukan masbuq, imam tidak wajib memberitahu dan makmum tersebut tidak pula wajib

i’adah, baik diberitahu ataupun tidak, dan;

- bila masbuq (makmum yang tidak cukup waktu untuk membaca Fatihah di saat berdirinya imam), imam wajib memberitahu dan si masbuq manakala belum salam atau sesudah salam tetapi masih dalam tempo yang pendek, maka ia harus menambah satu rekaat dan sujud sahwi dan manakala dalam tempo yang lama, maka ia harus i’adah.

Dalam semua kasus tersebut sudah barang tentu imam wajib i’adah.

(فَائِدَةٌ) يَجِبُ عَلَى اْلإِمَامِ إِذَا كَانَتِ النَّجَاسَةُ ظَاهِرَةً إِخْبَارُ الْمَأْمُوْمِ بِذَلِكَ لِيُعِيْدَ صَلاَتَهُ أَخْذًا مِنْ قَوْلِهِمْ: لَوْ رَأَى عَلَى ثَوْبِ مُصَلٍّ نَجَاسَةً وَجَبَ إِخْبَارُهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ آثِمًا اهاع ش عَلَى م ر [بجيرمي على المنهج

1/310]

“(Faedah). Wajib bagi imam yang membawa najis tampak jelas, memberitahu makmum perihal tersebut agar mengu-lang shalatnya, berdasarkan perkataan ulama, andaikan seseorang melihat najis pada baju seseorang yang sedang shalat maka ia wajib memberitahunya meskipun tidak ber-dosa”. (Bujairami ‘ala al-Manhaj 1/310).

وَصَحَّحَ النَّوَوِيُّ فِي التَّحْقِيْقِ عَدَمَ وُجُوْبِ اْلإِعَادَةِ مُطْلَقًا. (قَوْلُهُ مُطْلَقًا) سَوَاءٌ كَانَ الْخَبَثُ الَّذِيْ تَبَيَّنَ فِي اْلإِمَامِ ظَاهِرًا أَوْ خَفِيًّا

[إعانة الطالبين 2/46]

“Al-Nawawi di dalam kitab Al-Tahqiq membenarkan bahwa makmum tidak wajib mengulang shalat secara mutlak. Kata ‘mutlak‘ baik najis yang dibawa imam itu tampak jelas ataupun samar “. (I’anah al-Thalibin II/46).

وَلَوْ تَذَكَّرَ اْلإِمَامُ بَعْدَ صَلاَتِهِ أَنَّهُ كَانَ مُحْدِثًا أَوْ ذَا نَجَاسَةٍ خَفِيَّةٍ وَعَلِمَ أَنَّ بَعْضَ الْمَسْبُوْقِيْنَ رَكَعَ مَعَهُ قَبْلَ أَنْ يُتِمَّ الْفَاتِحَةَ يَجِبُ عَلَيْهِ أَنْ يُعْلِمَهُ بِحَالِهِ لِيُعِيْدَ صَلاَتَهُ إِنْ كَانَ قَدْ سَلَّمَ وَطَالَ الْفَصْلُ وَإِلاَّ يَأْتِيْ بِرَكْعَةٍ فَقَطْ وَيَسْجُدُ لِلسَّهْوِ [تنوير القلوب

156 –157]

“Andaikata usai shalat imam ingat bahwa dirinya sedang hadats atau membawa najis yang samar dan ia mengetahui bahwa sebagian makmum masbuq mengikuti rukuknya sebelum sempat menyempurnakan fatihah, maka ia wajib memberitahu perihal keadaan dirinya agar makmum tersebut mengulang shalat bila sudah salam dan dalam tempo yang lama. Bila belum/barusan salam maka menambah satu rekaat dan sujud sahwi.” (Tanwir al-Qulub 156-157).

لاَ إِنْ بَانَ ذَا حَدَثٍ وَلَوْ حَدَثًا أَكْبَرَ وَذَا نَجَاسَةٍ خَفِيَّةٍ فِيْ ثَوْبِهِ أَوْ بَدَنِهِ فَلاَ تَجِبُ اْلإِعَادَةُ عَلَى الْمُقْتَدِيْ لانْتِفَاءِ التَّقْصِيْرِ

مِنْهُ فِىْ ذَالِكَ [فتح الوهاب

1/63]

“Tidak wajib i’adah jika imamnya sedang berhadats sekali-pun hadats besar dan membawa najis yang samar di pakaian atau badan, maka tidak wajib mengulang shalat bagi makmum karena tidak adanya kesalahan dari makmum dalam hal tersebut.” (Fath al-Wahhab I/63).

وَلَوْ صَلَّى بِنَجْسٍ غَيْرِ مَعْفُوٍّ عَنْهُ لَمْ يَعْلَمْهُ أَوْ عَلِمَهُ ثُمَّ نَسِيَ فَصَلَّى ثُمَّ تَذَكَّرَ وَجَبَتِ اْلإِعَادَةُ فِي الْوَقْتِ أَوْ بَعْدَهُ لِتَفْرِيْطِهِ بِتَرْكِ التَّطْهِيْرِ وَتَجِبُ إِعَادَةُ كُلِّ صَلاَةٍ تَيَقَّنَ فِعْلَهَا مَعَ النَّجْسِ، بِخِلاَفِ مَا إِذَا احْتَمَلَ حُدُوْثُهُ بَعْدَهَا فَلاَ تَجِبُ إِعَادَتُهَا، لَكِنْ تُسَنُّ كَمَا قَالَهُ فِي الْمَجْمُوْعِ [فتح الوهاب 1/50].

“Andaikan seseorang shalat tidak tahu bahwa dirinya mem-bawa najis yang tidak dimakfu, atau sebelumnya ia tahu kemudian lupa lalu shalat, kemudian ingat kembali maka wajib mengulang shalat ketika ingat atau sesudahnya, kare-na kesalahannya dengan meninggalkan bersuci. Begitu juga wajib mengulang tiap-tiap shalat yang ia yakini mengerja-kannya dalam keadaan najis, berbeda jika najis tersebut dimungkinkan adanya setelah shalat maka tidak wajib mengulang, namun disunatkan sebagaimana keterangan di Al-Majmu’.” (Fath al-Wahhab I/50).

[+/-] Selengkapnya...

Ragu Sudah Baca Fatihah

Ada orang shalat, pada waktu ruku’ timbul kebimbangan, apakah sudah membaca Fatihah atau belum. Apa yang harus ia kerjakan?

Bila ia tidak sebagai ma’mum (munfarid atau imam) maka harus segera kembali berdiri dan membaca Fatihah. Bila ia sebagai ma’mum, maka ia harus tetap mengikuti imam, kemudian setelah imam salam, ia menambah satu raka’at.

(وَلَوْ سَهَا غَيْرُ الْمَأْمُوْمِ)فِي التَّرْتِيْبِ (بِتَرْكِ رُكْنٍ)إلى أن قال (أَوْ شَكَّ)هُوَ أَيْ غَيْرُ الْمَأْمُوْمِ فِيْ رُكْنٍ هَلْ فَعَلَ أَمْ لاَ، كَأَنْ شَكَّ رَاكِعًا هَلْ قَرَأَ الْفَاتِحَةَ أَوْ سَاجِدًا هَلْ رَكَعَ أَوِ اعْتَدَلَ (اَتَى بِهِ فَوْرًا) وُجُوْبًا (إِنْ كَانَ الشَّكُّ قَبْلَ فِعْلِ مِثْلِهِ) أَيْ فِعْلِ الْمَشْكُوْكَ فِيْهِ مِنْ رَكْعَةٍ أُخْرَى[هامش إعانة الطالبين 1/178-179]

Apabila selain ma’mum (munfarid atau imam) lupa tertib dengan meninggalkan rukun… atau ia ragu mengenai rukun apa sudah dikerjakan atau belum – misalnya ketika ruku’ ia ragu apa sudah membaca Fatihah, atau ketika sujud apa sudah ruku’ atau i’tidal – maka ia wajib segera mengerja-kan rukun yang diragukan tadi, apabila keraguan timbul sebelum ia mengerjakan rukun yang sama, yakni sama dengan yang diragukan dari raka’at berikutnya”. (Hamisy I’anah al-Thalibin I/178-179)

أَمَّا مَأْمُوْمٌ عَلِمَ أَوْ شَكَّ قَبْلَ رُكُوْعِهِ وَبَعْدَ رُكُوْعِ إِمَامِهِ أَنَّهُ تَرَكَ

الْفَاتِحَةَ فَيَقْرَأُهَا وَيَسْعَى خَلْفَهُ، وَبَعْدَ رُكُوْعِهِمَا لَمْ يَعُدْ إِلَى الْقِيَامِ لِقِرَاءتِهِ الْفَاتِحَةَ بَلْ يَتْبَعُ إِمَامَهُ وَيُصَلِّيْ رَكْعَةً بَعْدَ سَلاَمِ اْلإِمَامِ [هامش إعانة الطالبين 1/180].

“Adapun ma’mum yang sudah mengetahui atau rag sebelum ia ruku’ namun imam sudah ruku’, bahwa ia belum membaca Fatihah, maka ia harus membaca Fatihahnya lalu menyusul imam. Dan apabila tahunya/ragunya sesudah mereka (imam dan ma’mum) ruku’, maka tidak perlu berdiri lagi untuk membaca Fatihah, tetapi mengikuti imam dan menambah satu raka’at setelah salamnya imam” .(Hamisy I’anah al-Thalibin I/180).

[+/-] Selengkapnya...

Macam-macam Sholawat Nabi


image
Sholawat Nabi itu banyak sekali macamnya diantara yang diketahui adalah :
1. Sholawat
2. Sholawat "Munjiyat"
3. Sholawat "Badawiyah"
4. Sholawat " Kubro"
5. Sholawat "Kamaliyah"
6. Sholawat
7. Shalawat "Basyairul Khairat"
8. Shalawat "Al-Fatih"
9. Shalawat "Sa'adatud-Darain"
10. Shalawat "Mohon Rizqi Banyak"
11. Shalawat "Ra'ufurahhim
12. Sholawat "Bariyyah"
13. Shalawat "Bahriyyah Kubro"
14. Shalawat "Qomaril Wujud"
15. Shalawat "Al-Qurasyi"
16. Shalawat "An-Nabiyyul Ummi"
17. Sholawat "Nuridzati"
18. Shalawat "Untuk menyembuhkan Penyakit"
19. Shalawat "syifa' (Obat)"
20. Shalawat "Tibbil Qulub"
21. Shalawat "Ahmad Shibagh"
22. Shalawat "Ar-Rizqi"
23. Shalawat "Kunuzul Asrar"
24. Shalawat Ibnu Mas'ud
25. Sholawat "Pembuka Pintu Ilmu"
26. Shalawat Ighatsah
27. Shalawat untuk menghilangkan kelupaan
28. Shalawat untuk cepat memahami suatu ilmu
29. Shalawat untuk mencapai yang diinginkan dan menutup Aib
30. Shalawat "Badar" (Badriyah)
31. Shalawat "Asnawiyyah"
32. Sholawat "Rekais"
33. Sholawat "Nurul Anwar"
34. Sholawat " Quthbul Aqthab "
dll

[+/-] Selengkapnya...

Shalawat Nuridzati

IMG_1878

Allaahumma shalli   wasallim 'ala sayyidinaa Muhammadinin nuuridz dzaatii wassirrissaarii fii saairil asmaai wash shifaati wa'alaa aalihi washah bihii wasallim

Artinya :

Ya Allah berikanlah rahmat keselamatan dan berkah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW merupakan cahaya Dzat (Allah) dan merupakan raasia yang mengalir pada seluruh nama dan sifat dan berikanlah  pula salam sejahtera, barokah atas keluarganya dan para sahabatnya.

Fadhilah dan manfat sholawat Nuridzzati :

Lafadz sholawat Nuridzzati disusun oleh Imam Syadzali, kata beliau satu sholawat nilainya sama dengan 100.000 sholawat. Gunanya ialah untuk menghilangkan segala macam kesusahan, untuk membuka pintu rizqi dan memudahkannya. Dibaca paling sedikit 3 x setelah shalat fardlu

Manfaat yang lain untuk pagar / membentengi badan , caranya dengan puasa tiga hari , mulai hari Selasa, Rabu dan Kamis, sholawat Nuridzati dibaca sebanyak-banyaknya selama puasa. Setelah selesai puasa sholawat dibaca 41 x sehari semalam secara istiqomah. Dapat pula untuk menangkal gangguan anak kecil terhadap jin/syetan agar tidak rewel, selamat dari penyakit yang membahayakan.

Cara membuatnya , sebelum menulis sholawat nuridzati shalat hajat 2 rakaat , waktu menulis dalam keadaan suci dan menghadap kiblat , usahakan menulisnya pakai kertas putih dengan tinta minyak misik ja'faron/ minyak mawar. setelah ditulis kertas dilipat berbentuk segi empat, dibungkus kain putih lalu dikalungkan pada anak yang dimaksud, Insya Allah selamat.

Cara menulisnya :

IMG_1879

....................................... dan seterusnya.

Pada lafadz Muhammad mim yang kedua dibesarkan hingga cukup diisi dengan nama anak yang ditangkal, misalnya nama "Shalih"ditulis seperti contoh di atas.

[+/-] Selengkapnya...

Sholawat Rekeis

Assalaatu wassalaamu 'alaika yaa sayyidi yaa rasuulallaah khudz biyadii qollat hiilatiiadriknii

Artinya :

Rahmat dan keselamatan semoga tetap atas engkau wahai penghulu saya ya Rasulullah, peganglah tanganku, habis daya upayaku, semoga engkau berkenan menolong aku

Khasiat dan fadhilah sholawat Rekeis :

Manfaat , khasiat serta fadhilah sholawat Rekis ini sangat besar daantaranya yaitu :

Barang siapa membaca sholawat Rekis 1000 x (seribu kali) pada malam Jum'at dan dilanjutkan pada malam -malam berikutnya sampai hari Jum'at sebanyak 1000 x ( delapan hari berturut-turut) maka akan dikabulkan hajatnya, dan Insya Allah dapat bermimpi ketemu Rasulullah SAW. ( Menurut Syech Ibn Syaifuddin Al Jabbary ).

Sholawat Rekeis dengan Lafadh lain :

Allaahumma shalli wasallim 'alaa sayyidinaa Muhammadin qod dlaqat hiilatii adriknii yaa rasulallah

Sholawat ini diajarkan oleh Rasulullah kepada seorang Mufti kota Syam yang bernama Syech Hamid Affandy Al 'Imadi dalam sebuah mimpi, Beliau Rasulullah bersabda barang siapa membaca Sholawat tsb Allah SWT akan memberikan kemudahan dalam segala hal

[+/-] Selengkapnya...

Ya Rasulullah salamun 'alaik

يا رسول الله سلام عليك

يَا إِمَامَ الرُّسْلِ يَا سَنَدِي

Wahai penghulu para rasul ! wahai sandaranku

أَنْتَ بَعْدَ الله مُعْتَمَدِي

Setelah Allah, engkau adalah peganganku

فَبِـدُنْيـَايَ وَآخِـرَتِي

Dalam urusan dunia dan akhiratku

يا رسول الله خُذْ بِيَدِيْ

Wahai rasulullah! Bantulah aku

عَطْفَـةً يَا جِيْرَةَ الْعَلَـمِ

Belas kasihmu wahai yang berjiran dengan Ka’bah

يَا أُهَيْلَ الْجُوْدِ والْكَـرَمِ

Wahai keluarga yang bermurah dan mulia

نحنُ جِيْرَانٌ بِذَا الْحَـرَمِ

Kami berada berhampiran dengan Kota Haram

حَرَمُ الإحْسَانِ والْحَسَـنِ

Kota yang penuh ihsan dan kebaikan

نحن مِنْ قَوْمٍ بِهِ سَكَنـُوْا

Kami daripada kaum yang tinggal di Kota Haram

وَبِهِ مِنْ خَوْفِهِمْ أَمِنـُوْا

Di dalamnya mereka aman daripada ketakutan

وَبِآيَاتِ الْقُرْآنِ عُنـُوْا

Dan oleh ayat-ayat Al-Quran mereka di perhatikan

فَاتَّئِـدْ فِيْنـَا أَخَا الْوَهَـنِ

Maka janganlah kamu tergesa-gesa atas kami wahai saudara yang lemah

نَعْرِفُ الْبَطْحـَاء وَتَعْرِفُنـَا

Kami kenal kepada padang pasir (Mekkah) dan ia mengenal kami

وَالصَّـفَا وَالْبَيْـتُ يَأْلَفُنـَا

Demikian pula Bukit Sofa dan Ka’bah

وَلَنَا الْمَعْـلَى وَخَيْـفُ مِنَى

Untuk kami Ma’la dan Khaif Mina

فَاعْلَمَـنْ هذَا وَكُنْ وَكُـنِ

Ketahuilah engkau akan hal ini dan yakinlah

وَلَنـَا خَيْـرُ الأَنـَـاِم أَبُ

Untuk kami sebaik-baik manusia sebagai ayah

وعَـلِيٌّ الْمُرْتَضَـى حَسَـبُ

Dan Ali Al-Murtadha sebagai datuk kami

وإِلَى السِّـبْطَيْـنِ نَنْتَسِـبُ

Kepada dua cucu Nabi (Hasan & Husein) kami bernasab

نَسَبـًا مَا فِيْـهِ مِـنْ دَخَـنِ

Nasab yang tiada terdapat keraguan

أَهْلُ بَيْتِ الْمُصْطَـفَى الطُّهُـرِ

Keluarga nabi yang suci

هُـمْ أَمَـانِ الأَرْضِ فَاذَّكِـرِ

Mereka pengaman dimuka bumi, maka ingatlah itu

شُـبِّهُـوْا بِالأَنْجُـمِ الزُّهُـرِ

Mereka umpama bintang-bintang yang gemerlapan

مِثْلَ مَا قَدْ جَـاءَ فِي السُّنَـنِ

Sebagaimana telah di nyatakan dalam hadith-hadith

وسَـفِـيْنٌ لِلنَّـجَـاةِ إِذَا

Mereka umpama bahtera keselamatan bila

خِفْتَ مِنْ طُوْفَانِ كُلِّ أَذًى

Kau takut angin taufan yang menghanyutkan

فَانْجُ فِيْهَا لاَ تَكُوْنُ كَـذَا

Maka naiklah ke atasnya kau akan selamat

فَاعْتَصِمْ بِاللهِ وَاسْتَعِنِ

Berpegang teguhlah dengan Allah dan mintalah pertolongan

رَبِّ فَانْفَعْنَا بِبَرْكَتِهِمْ

Ya Allah, kurniakanlah kami dengan berkat mereka

وَاهْدِنَا الْحُسْنَى بِحُرْمَتِهِمْ

Berilah petunjuk pada kami jalan yang baik dengan kehormatan mereka

وَأَمِتْـنَا فِي طَرِيْقَتِهِمْ

Matikanlah kami pada jalan mereka

وَمُعَـافَاةٍ مِنَ الْفِتَنِ

Serta selamatkanlah kami dari fitnah

ثُمَّ لاَ تَغْتَرَّ بِالنَّسَبِ

Janganlah engkau membanggakan diri dengan nasabmu

لاَ وَلاَ تَقْنَعْ بِكَانَ أَبِي

Dan jangan pula engkau merasa cukup dengan kejayaan ayahmu

وَاتَّبِعْ فِي الْهَدْيِ خَيْرَ نَبِيّ

Ikutilah sebaik-baik nabi dalam petunjuknya

أحْمَدِ الْهَادِي إلَى السَّنَنِ

Yaitu Ahmad, pemberi petunjuk pada jalan yang benar

[+/-] Selengkapnya...