Bagaimana hukum menggunakan kulit hewan kurban untuk bedug masjid atau terbang ?
Hukumnya boleh bilamana kurban sunat dan tidak boleh bilamana kurban wajib atau nadzar. Demikian ini bila yang menggunakan mudlahhi, orang yang berkurban sendiri. Bila sudah diterimakan kepada mustahiq maka boleh.
وَيَحْرُمُ اْلأَكْلُ مِنْ اُضْحِيَةٍ أَوْ هَدْيٍ وَجَبَا بِنَذْرِهِ. (قوله وَيَحْرُمُ اْلأَكْلُ الخ) أَيْ وَيَحْرُمُ أَكْلُ الْمُضَحِّيْ وَالْمُهْدِيْ مِنْ ذَلِكَ فَيَجِبُ عَلَيِهِ التَّصَدُّقُ بِجَمِيْعِهَا حَتَّي قَرْنِهَا وَظِلْفِهَا فَلَوْ أَكَلَ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ غَرَمَ بَدَلَهُ لِلْفُقَرَاَء [إعانة الطالبين 2/333]
“Haram makan daging hewan kurban atau hadiah yang wajib sebab nadzar. Kalimat ‘haram makan dst.’. Haram bagi orang yang kurban dan yang berhadiah, makan hewan kurban dan
hadiahnya. Ia wajib menyedekahkan semuanya, termasuk tanduk dan kukunya. Andaikan ia memakan sedikit saja maka ia harus menggantinya untuk diserahkan kepada fakir.” (I’anah al-Thalibin II/333)
(قَوْلُهُ وَالتَّصَدُّقُ بِجِلْدِهَا) أَيْ وَاْلأَفْضَلُ التَّصَدُّقُ بِجِلْدِهَا وَلَهُ أَنْ يَنْتَفِعَ بِهِ بِنَفْسِهِ كَأَنْ يَجْعَلَهُ دَلْوًا أَوْ نَعْلاً وَلَهُ أَنْ يُعِيْرَهُ لِغَيْرِهِ وَيَحْرُمُ عَلَيْهِ وَعَلَى وَارِثِهِ بَيْعُهُ كَسَائِرِ أَجْزَائِهَا وَإِجَارَتُهُ وَإِعْطَاؤُهُ أُجْرَةَ جَزَّارٍ فِيْ مُقَابَلَةِ الذَّبْحِ [إعانة الطالبين 2/333]
“Kalimat ‘dan menyedekahkan kulitnya’ artinya dan yang utama adalah menyedekahkan kulitnya. Ia boleh mempergunakannya sendiri seperti untuk timba dan sandal; dan boleh pula meminjamkan pada orang lain. Haram baginya dan ahli warisnya menjual kulit tersebut sebagaimana organ-organ lain hewan kurban tersebut. Haram pula memberikannya kepada tukang potong sebagai imbalan/upah atas penyembelihannya.” (I’anah al-Thalibin II/333)
0 comments:
Post a Comment