Shalat dan sholawat terjemahan harfiahnya sebenarnya sama yaitu doa, tetapi shalat dalam arti ritual ibadah (shalat maghrib misalnya) adalah ritual ibadah yang terdiri dari gerak, bacaan dan doa. Sedangkan shalawat Nabi adalah doa yang secara khusus diperuntukkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan keluarganya.
Mengapa Nabi Muhammad yang sudah dibebaskan dari dosa (ma`shum) masih harus didoakan segala oleh kita, bukankah itu sudah tidak perlu ? Konsep sholawat adalah konsep syafa`at. Dalam teologi Islam dikatakan bahwa Nabi Muhammad memiliki “otoritas” syafa`at, yakni perlindungan kepada ummatnya kelak nanti di hari kiamat, ketika tidak ada lagi yang bisa memberikan perlindungan.
Orang yang berpeluang memperoleh syafa’at Nabi adalah orang yang mencintainya. Wujud dari cinta Rasul dibuktikan dengan membaca salawat itu. Nabi sendiri secara konsepsional sudah tidak memerlukan doa dari ummatnya, jadi sholawat itu bukan untuk kepentingan Nabi, tetapi kepentingan kita. Jika Nabi diibaratkan sebuah gelas, ia sudah penuh dengan air putih bersih, nah orang yang membaca shalawat Nabi ibarat menambahkan air ke dalam gelas yang sudah penuh itu dengan harapan memperoleh luberannya, yakni luberan syafa`atnya. Jangankan kita manusia, menurut al Qur’an, Allah dan malaikatpun membaca salawat kepada Nabi sehingga orang beriman juga diperintahkan untuk bersalawat dan salam kepadanya; Innalloha wa mala’ikatahu yushalluna `alan nabiy, ya ayyuhalladzina amanu shallu `alaihi wa sallimu taslima (Q/33:56).
Pembacaan sholawat Nabi sebagai ekpressi cinta kepada Rasul kemudian melahirkan kreatifitas seni. Bukan saja dalam teks-teks doa shalawat dibaca, tetapi juga dalam nasyid, dalam syair, dalam lagu. Dalam teks doa, banyak sekali format sholawat dibuat, misalnya ada sholawat nariyah, sholawat Munjiyat, sholawat Fatih, sholawat syifa' dan lain-lain.
Dalam seni ada sebuah karya epik sejarah Nabi , terkenal dengan Barzanji atau orang Betawi menyebutnya Rawi.. Di dalam kitab Barzanzi, riwayat Nabi dikisahkan dalam kalimat yang sangat indah, enak dibaca dan enak di dengar. Demikian juga kasidah Barzanji yang berisi sholawat dan pujian kepada Nabi disusun dalam karya seni yang sangat tinggi kualitasnya.
Buku kasidah Barzanji atau Rawi adalah karya seni yang terbanyak pembacanya dan karya seni yang tidak pernah basi hingga hari ini, hingga pada segmen masyarakat tertentu, kitab Barzanji bagaikan kitab suci kedua… Barzanji dibaca oleh bangsa-bangsa muslim di Asia dan Afrika, ritmenya bisa didendangkan dengan berbagai lagu. Mari bersalawat dan bersalam kepada Nabi ;
Ya Nabi salam `alaika –ya Rasul salam `alaika –
ya habib salam `alaika—shalawaatulllah `alaikaaaaaa……….
0 comments:
Post a Comment