Khasiat dan Faedah membaca Shalawat

Fadhilah serta faedah membaca sholawat kepada Rasulullah itu banyak sekali diantaranya adalah yang sudah diterangkan dalam Al-Qur’an maupun dalam beberapa Hadits :

1. Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya ( QS. Al-Ahzab, ayat 56)
2. Barang siapa memohonkan shalawat untukku sekali, maka saya memohonkan rahmat untuknya sepuluh kali. (Al –Hadits)
3. Perbanyaklah bacaan shalawat kepadaku, karena dapat mengatasi kesulitan dan menghindarkan bencana.(Al-hadits)
4. Barang siapa membaca shalawat kepadaku seratus kali, maka dilaksanakan seratus hajatnya, tiga puluh hajatnya di dunia dan sisanya di akhirat.(Al-Hadits)

Yang dimaksud dengan pemberian shalawat oleh Allah SWT. Adalah pemberian kasih saying, oleh karena itu keutamaan mana yang lebih besar dari pada kasih saying Allah kepada hambaNya.
Oleh karena itu hendaklah kita sebagai umat Muhammad memperbanyak membaca shalawat sebagai ungkapan rasa cinta kita kepada beliau Rasulullah saw, dan supaya terhindar dari musibah yang akhir-akhir ini sering terjadi, karena shalawat dapat menolak setiap mala petaka dunia dan akhirat.

[+/-] Selengkapnya...

Mensucikan Najis Tanpa Niat


Mensucikan Najis Tanpa Niat

Sahkah mensucikan najis tanpa diniati atau disengaja ?
Mensucikan najis tanpa diniati atau disengaja, hukumnya sah.
الطَّهَارَةُ ضَرْبَانِ طَهَارَةٌ عَنْ حَدَثٍ وَطَهَارَةٌ عَنْ نَجْسٍ. فَأَمَّا الطَّهَارَةُ عَنِ النَّجْسِ فَلاَ تَفْتَقِرُ إِلَى النِّيَّةِ لأَنَّهَا مِنْ بَابِ التُّرُوْكِ فَلَمْ تَفْتَقِرْ إِلَى النِّيَّةِ كَتَرْكِ الزّنَا وَالْخَمْرِ وَاللِّوَاطِ وَالْغَصْبِ وَالسَّرِقَةِ [المهذب 1/14[
“Bersuci ada dua macam; bersuci dari hadats dan bersuci dari najis. Untuk yang kedua tidak diperlukan niat karena termasuk bab yang perlu ditinggalkan, seperti menghindari zina, minum arak, homo, ghasab dan mencuri”. (Al-Muhadzdzab I/14).

[+/-] Selengkapnya...

Mari bersholawat

Pernahkah Anda menyanjung seseorang (lantaran ia handal leadership, misalnya) namun orang yang bersangkutan justru tak berkenan, padahal Anda tulus memaksudkan. Menyanjungnya Anda mesti cerdas dan berkelas. Begini, “Mbakyu, Anda begitu tepat memilih suami yang handal memimpin.” Kali ini sanjungan Anda bakalan mengena, pihak yang Anda sanjung akan berkenan. Sanjungan Anda kini lebih jitu, sebab menyentuh pihak tersebut dari angle kekasihnya (orang yang ia kasihi).

Demikian halnya bila kita memuji, berhajat ataupun mengakses Tuhan. Maksudnya, kita bila memuji, berhajat dan mengakses Tuhan di jalan lurus (shiraath al mustaqim) hendaknya ‘menyentuh’ Allah dari angle ‘Kekasih Allah’ (Insan yang paling DIA Kasihi) yakni Kanjeng Nabi saw. Caranya? Ber-shalawat. Hal demikian telah Allah Perintahkan kepada orang-orang beriman.

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya ber-shalawat untuk Nabi saw. Hai orang-orang yang yang beriman, ber-shalawat-lah kamu sekalian untuk Nabi dan haturkanlah salam penghormatan kepadanya,” Al-Qur’an, Surat Al-Ahzab (Golongan yang Bersekutu): 56. Ayat tersebut kerap dibacakan oleh khotib Jum’at kepada jamaah (adakah hati kita tergetar oleh pembacaan ayat perintah ini?) Camkan, bahkan Diri Allah sendiri berkenan ber-shalawat kepada Nabi saw. Hmm, njur piye shalawate Gusti Allah maring Kekasih-E? –lantas macam bagaimana Allah ber-shalawat untuk Kekasih-Nya? (Sungguh, pada beberapa ayat surat Al-Qur’an menyiratkan bagaimana DIA bershalawat untuk Nabi saw: dahsyat!!!).

Bila Allah Dzat Maha Tinggi berkenan ber-shalawat untuk Nabi saw maka kita (hamba-hamba-Nya yang melata di dunia ini) mesti giat bershalawat. Apa gerangan orang lancang dan sombong diri hingga enggan ber-shalawat? Seberapa tinggi kedudukan yang ia –rasa- punya hingga enggan ber-shalawat, sedang Diri Tuhan berkenan untuk ber-shalawat? Kesombongan itu ageman (pakaian kebesaran) Allah – Al-Khaaliq, makhluq tidak berhak dan tidak layak memakainya sama sekali.

Allah Dzat Maha Tunggal, satu-satunya Sesembahan yang Haq Disembah. Tidak ada Tuhan selain Allah. Njeng Nabi saw tetaplah seorang insan dan hamba yang Dia Utus sekaligus Terkasih diantara semua insan dan Utusan. Sunan Kalijaga (pensyiar Islam di Tanah Jawa yang fenomenal, berpakaiannya nJawani warna serba wulung –kehitaman- ekspresi mulung: memungut kearifan) amat memuliakan Njeng Nabi saw dan mengungkap dalam bahasa Jawi bahwa Nabi saw adalah ‘Titah mustikaning jagat Dhutaning Gusti panutuping pra anbiya’ (seorang hamba yang menjadi mustikanya alam seluruhnya, bertindak sebagai Duta/Utusan-Tertinggi Tuhan, ditunjuk Tuhan sebagai penutup semua Nabi). Ungkapan tersebut upaya Sunan Kalijaga untuk mengenalkan aqaid Islam dan sosok Kanjeng Nabi saw kepada wong Jowo secara familiar berikut puji-pujian atas Nabi saw dengan tetap berpijak pada hal yang faktual dari Nabi saw.

Kita pujikan Njeng Nabi saw –sebagaimana makna dari nama beliau itu- tanpa kepeleset memujanya dalam pemujaan sebagai Tuhan. Di wilayah bumi beliau dikenal dalam nama Muhammad shallallaahu ‘alaihi wassalaam, sedang di ranah langit beliau harum disebut Ahmad shallallaahu ‘alaihi wassalaam. Nama pertama beliau itu bagi para penjiwa shalawat, apalagi khawashul khawas, begitu menggetarkan hati hingga lesan pun serasa tidak mampu menyebutnya saking luruhnya hati ke beliau. Maka, atas deburan perasaan yang hebat itu, para penjiwa shalawat dan khawas merasa diri hanya ‘berani menyebut’ beliau dengan (Ka)njeng Nabi saw, (Ka)njeng Rasul saw, Bendoro-kito saw, Juragane (Beliau-Junjungan) saw, dan lain-lainnya. Sebutan-sebutan substitutif tersebut bernisbah kepada kemuliaan dan tingginya derajat Nabi saw di hadlirat Allah.

Adalah seorang rektor pada salah satu universitas terkemuka di Jakarta, umurnya empat puluh tahun dengan predikat doktor. Dirinya secara pribadi amat menggandrungi Nabi saw, appreciate atas tingginya kedudukan Nabi saw di sisi Allah. Beberapa waktu lalu ia mintokke (minta pendapat) kepada kami secara ‘nakal-intelektual’, “Asmane Juragane (Ahmad saw) kae, nek huruf mim-e diilangi, piye Mas?” (Nama Junjungan-kita Ahmad saw itu andai huruf mim-nya pada lafadz tersebut dihapus, bagaimana Mas?) Kami menjawab, “Hus, Nis! Awakmu rasah nggiring aku ujar bab Juragane saw sing piyambake kagungan drajat kang duwur banget ing Ngarsane Allah nganti koyo-koyo huruf mim-e arep ilang. Wis, aku rakuat nyandra Juragane saw.” (Jangan nakal, ah. Nis! Jangan menggiring-giring saya bertutur padamu perihal Junjungan-kita saw yang memiliki derajat sangat tinggi di hadlirat Allah hingga serasa huruf mim pada lafadz Ahmad saw hampir terhapus. Sudahlah, saya enggak kuat mencandra Junjungan-kita saw). Doktor yang rektor plus ‘nakal-inteleketual’ ini tak bermaksud mensejajarkan Nabi saw kepada Allah Dzat Al-Ahad, melainkan dirinya itu lagi asyiq-masyuq dengan Sang Insan Terpuji yang memiliki derajat tinggi di sisi Tuhan.

Sekali lagi, Nabi saw itu insan, bukan Tuhan ataupun ‘Putera Tuhan’. Beliau itu Insan teragung dengan kedudukan tinggi di sisi Tuhan yang Agung sebagaimana Tuhan telah Tentukan. Kita jiwai kedudukan istimewa Nabi saw di sisi Tuhan dan dedikasi Nabi saw kepada alam semesta. Penjiwaan kita dimulaikan dari giat ber-shalawat, kemudian mengikuti teladan beliau saw. Bahwa sesudahnya Allah berkenan menerima puja-puji dan permohonan kita –dengan kita ‘menyentuh’ Allah dari angle ‘Kekasih-Nya’- siapa akan menolak Tanda Cinta dari Allah?

“Shalawat serta salam bagimu, ya Nabi saw, pada saat Paduka ditentukan. Shalawat dan salam bagimu, Nabi saw, di saat Paduka didzahirkan di dunia. Shalawat dan salam bagimu, Nabi saw, pada saat Paduka diwafatkan di dunia. Shalawat dan salam bagimu, wahai Nabi saw, pada saat Paduka dibangkitkan. Shalawat dan salam bagimu, ya Nabi saw, pada saat Paduka memberi syafa’at kepada alam semesta. Shalawat dan salam bagimu, wahai Nabi saw, duhai Rahmatan lil ‘aalamien.”

Wallaahu a’lam.

[+/-] Selengkapnya...

Sholawat Nariyah


Artinya :
Ya Allah, semoga Engkau mencurahkan rahmat yang sempurna, dan salam yang sempurna atas nabi Muhammad saw, yang menjadi sebab terlepasnya keruwetan dan hilangnya kesusahan, terpenuhinya segala hajat dan tercapainya segala yang disukai, dan husnul khotimah dan turunnya hujan dari awan, berkat keagungan dan kemuliaan nabi Muhammad saw, dan kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya pada tiap-tiap mata melirik, dan tiap-tiap jiwa bernafas, dengan jumlah yang Engkau ketahui.

Penjelasan:
Shalawat ini lebih dikenal dengan sebutan “shalawat Tafrijiyah”. Tentang shalawat ini, Imam Al-Qurthubi me-nuturkan bahwa, barangangsiapa yang membacanya secara rutin setiap hari sebanyak 41 kali atau 100 kali atau lebih, Allah akan melenyapkan kecemasan dan kesusahan-nya, menghilangkan kesulitan dan penyakitnya, memudah-kan urusannya, menerangi hatinya, meninggikan kedudukannya, memperbaiki keadaannya, meluaskan rezeki-nya, dan membukakan baginya segala pintu kebaikan, dan lain-lain.

Khasiat Sholawat Nariyah

Sholawat Nariyah merupakan salah satu sholawat yang mujarab. Sholawat nariyah juga disebut sholawat Kamilah/Sholawat Tafrijiyyah. Diantara fadhilahnya:

1. Dapat melancarkan rizqi ( baca sholawat nariyah 11X setiap hari)
2. Kalau punya hajat dapat tercapai hajatnya ( dibaca 100X setiap hari )
3. Dapat dibaca setiap habis sholat ferdlu sebanyak 11X secara rutin atau 41 atau 100 kali
menurut kemampuan kita.
4. Jika seseorang punya hajat yang besar agar benar-benar sukses dan tercapai secara gemilang , maka bacalah sholawat nariyah sebanyak 4444X (empat ribu empat ratus empat puluh empat kali) lalu mohon dikabulkan hajatnya, maka insya Allah dapat berhasil.

dan masih banyak lagi fadlilah sholawat nariyah.

[+/-] Selengkapnya...