Thursday, August 4, 2011

Puasa, saat Tubuh Buang Racun

Oleh Anies

DALAM kenyataan sehari-hari, banyak kegiatan yang dibatalkan atau diundur diadakan menunggu usai bulan ramadan. Puasa dihubungkan pula dengan timbulnya rasa lesu, lemah serta kurang berkonsentrasi.

Benarkah puasa dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari, bahkan gangguan kesehatan ? Sebenarnya hal tersebut bukan terkait langsung dengan ibadah puasanya, melainkan karena pola makan yang berubah. Semula makan tiga kali sehari menjadi dua kali, makan sahur dan buka puasa.

Puasa tidak harus menimbulkan gangguan kesehatan, bahkan dalam banyak kasus justru membuat tubuh menjadi bugar. Tentu saja yang tidak kalah penting adalah pengaturan buka puasa dan makan sahur, sebagai rangkaian dari ibadah puasa tersebut.  

Puasa sering dikaitkan dengan kesehatan, baik berupa gangguan kesehatan maupun pengaruhnya yang positif terhadap sesuatu penyakit yang sedang diderita. Ada sisi lain yang sering terlupakan, yaitu adanya pembersihan racun di dalam tubuh sewaktu berpuasa.

Pembersihan Racun

Beberapa hari pertama puasa, biasanya kita akan merasa lemas, pusing, dan mengantuk. Hal ini karena tubuh sedang melewati proses adaptasi terhadap pola makan yang baru. Aktivitas menahan rasa lapar, dahaga dan emosi ini sangat baik bagi kesehatan.

Selama berpuasa, atau tidak makan dan minum selama kurang lebih 14 jam, sel-sel dan organ-organ tubuh yang berhubungan dengan sistem saluran cerna, juga ikut beristirahat. Saat itu, selain sel tubuh terhindar dari kelelahan, tubuh juga melakukan proses detoksifikasi atau pembersihan dari zat-zat beracun yang masuk ke dalam tubuh, baik lewat makanan maupun lewat udara yang dihirup. Ketika organ pencernaan beristirahat, tubuh memiliki energi untuk mengerjakan hal lain, yaitu membuang racun (toksin) yang menumpuk.

Sewaktu berpuasa, organ-organ yang berkaitan dengan pencernaan memperoleh kesempatan untuk tidak bekerja berat, termasuk lambung, usus, pankreas, empedu, dan hati. Bahkan hati merupakan organ pencernaan yang aktivitas metaboliknya paling tinggi, karena selain berfungsi sebagai gudang penyimpanan dan distributor zat-zat makanan yang diperlukan sel-sel tubuh, juga mengendalikan keluar masuknya racun pada tubuh kita.

Dengan berkurangnya kalori saat berpuasa, secara bertahap hati akan mengubah glikogen (cadangan energi dari karbohidrat yang disimpan oleh hati) menjadi glukosa dan energi. Berkurangnya jumlah glikogen karena puasa akan dikompensasi dengan menggunakan protein dalam otot. Hal ini sebagai penghasil glukosa dan energi dengan cara mengubah protein menjadi asam-asam amino lebih dulu. Asam lemak digunakan paling akhir setelah energi dari protein mulai menipis.

Sebagaimana protein, lemak juga diubah dulu menjadi keton sebelum menjadi energi yang dapat digunakan otak. Proses ini disebut ketosis. Pada puasa, ketosis merupakan adaptasi tubuh untuk mencegah kekurangan protein akibat pembakaran. Pembentukan keton baru dimulai pada hari ketiga, sehingga sebagian orang merasakan pusing.

Ada mekanisme tubuh yang cukup unik, yaitu penghematan energi pada waktu berpuasa. Dalam hal ini tubuh secara reflek mempertahankan diri dengan melakukan pengurangan beban, dengan cara melakukan pengurasan zat-zat bersifat racun. Pengurasan juga berlangsung terhadap sisa-sisa metabolisme seperti timbunan lemak, sel-sel aus, jaringan yang rusak, tumor dan berbagai bentuk jaringan abnormal lainnya, dengan mengaktifkan organ-organ pembuangan. Proses ini disebut otolisasi, dan biasanya mulai terjadi pada hari ketiga puasa. Dalam proses ini tubuh juga akan merangsang dan mempercepat pertumbuhan sel-sel baru, pada saat protein yang diperlukan didaurulang dari sel-sel yang sudah aus. Dengan demikian kadar protein dalam darah tetap normal selama puasa.

Tidak semua racun dan sisa metabolisme dapat didaurulang. Racun yang tidak bisa didaurulang akan dibuang oleh organ-organ pembuangan. Dalam proses ini, beberapa gejala pengeluaran racun dapat terlihat seperti warna air kencing  lebih keruh, pengeluaran lendir melalui hidung (ingus), tenggorokan serta berlanjut melalui usus besar. Akibatnya, akan meningkatkan sirkulasi oksigen dan nutrisi ke seluruh sel dan jaringan tubuh, sehingga sel dapat memperbaiki diri serta berfungsi secara optimal.

Melindungi Tubuh

Berpuasa secara umum dapat melindungi tubuh, di samping dapat membersihkan racun. Antara lain menurunkan kadar gula darah, menyehatkan sistem pencernaan, mengurangi obesitas, serta risiko stroke.

    Menurunkan gula darah

Kadar gula darah cenderung turun saat seseorang berpuasa. Hal ini memberi kesempatan pada kelenjar pankreas untuk istirahat. Seperti Anda ketahui, fungsi kelenjar ini adalah menghasilkan hormon insulin. Hormon ini berfungsi mengatur kadar gula dalam darah, mengubah kelebihan gula menjadi glikogen yang disimpan sebagai cadangan pada otot dan hati.

    Menyehatkan sistem pencernaan

Di waktu puasa, lambung dan sistem pencernaan akan istirahat selama lebih kurang 12 sampai 14 jam, selama lebih kurang satu bulan. Jangka waktu ini cukup mengurangi beban kerja lambung untuk memroses makanan yang bertumpuk dan berlebihan.

    Mengurangi obesitas

Puasa dapat menghilangkan lemak dan obesitas (kegemukan), secara ilmiah diketahui bahwa lapar tidak disebabkan oleh kekosongan perut, tetapi juga disebabkan oleh penurunan kadar gula dalam darah.

    Mencegah risiko stroke

Manfaat puasa, menurut beberapa hasil penelitian ilmiah, antara lain dapat mengurangi risiko stroke. Dalam hal ini puasa juga dapat memperbaiki kolesterol darah, sehingga mengurangi risiko stroke. (49)

Prof Dr dokter Anies, MKes, PKK -  Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan pada Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

 

Sumber: http://suaramerdeka.com

No comments:

Post a Comment