Maulid

Pada zaman dahulu di Mesir terdapat seorang lelaki yang setiap tahun selalu merayakan maulid baginda nabi Muhammad SAW. Dia memiliki tetangga penganut yahudi. Suatu hari dengan sinis istri Yahudi itu bertanya kepada suaminya, "Apa sih yang dilakukan oleh tetangga muslim kita? Mengapa setiap tahun dia selalu mengeluarkan banyak uang di bulan ini (maksudnya, Rabi'ul Awwal)?"

Suaminya menjawab, "Menurutnya, Nabinya lahir di bulan ini. Dia melakukan itu karena merasa gembira dengan kelahirannya dan ingin memuliakannya."

Suatu malam istri Yahudi itu bermimpi melihat seorang lelaki yang tampan dan berwibawa. Wajahnya menggambarkan kemuliaan dan kedamaian. Masih dalam mimpinya, istri Yahudi melihat lelaki itu masuk ke rumah tetangganya yang muslim. Dia pun ikut masuk. Di dalam rumah itu tampak para sahabat berkumpul. Mereka semuanya sedang memuliakan lelaki tadi. Merasa penasaran si istri bertanya kepada salah satu sahabat," Siapakah lelaki berwajah tampan itu?"

Sahabat menjawab, "Dia adalah Muhammad, utusan Allah. Beliau datang ke rumah ini untuk memberi salam kepada penghuninya sekaligus mengunjungi mereka karena kecintaan mereka kepadanya."
Istri Yahudi bertanya lagi, "Apakah dia tidak keberatan jika aku berbicara dengannya?"
Sahabat menjawab, "Ya." Wanita itu mendekati Rasulullah SAW dan menyapanya, "Wahai Muhammad." Dengan santun beliau menjawab, "Labbaiki (aku penuhi panggilanmu)."
Wanita itu merasa heran atas jawabannya dan bertanya, "Mengapa engkau menjawab seperti itu padahal aku bukan pengikutmu bahkan termasuk musuhmu?"
Nabi menjawab, "Demi Allah yang telah mengutusku membawa kebenaran, aku tidak akan menjawab panggilanmu kecuali aku tahu bahwa Allah telah memberi hidayah kepadamu."
Istri Yahudi berkata, "Sungguh engkau nabi yang mulia, engkau memiliki akhlak yang agung. Sungguh celaka orang yang melanggar perintahmu dan sungguh rugi orang yang tidak mengetahui kedudukanmu. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah." Wanita Yahudi itu telah bersyahadat dalam mimpinya.
Ketika pagi tiba ia menyedekahkan harta yang ia miliki dan merayakan perayaan maulid nabi Muhammad SAW sebagai wujud rasa gembira atas keislamannya dan wujud syukur atas apa yang ia lihat dalam mimpinya.
Pada saat yang sama dia melihat suaminya turut dalam perayaan maulid, suaminya terlihat sungguh-sungguh. Dengan terheran-heran istrinya berkata kepada suaminya, "Aku tidak pernah memberitahumu tentang hal (baik) ini."
Suaminya menjawab, "Aku melakukan ini karena engkau sudah masuk Islam melalui nabi semalam." Istrinya bertanya lagi, "Siapa yang memberitahu mengenai rahasia ini?" Suaminya menjawab bahwa ia juga telah masuk islam di depan nabi setelah istrinya. Wallahu a'lam bish Shawab.

Sumber : Maulid Syaraful Anam

Category:

0 comments:

Post a Comment