Waqaf Taskin tanpa bernafas

Seseorang membaca waqaf taskin pada akhir ayat tanpa mengambil nafas, bagaimana hukumnya ?

Waqaf taskin sebagaimana dimaksud hukumnya boleh bilamana ada niatan waqaf, namun yang lebih utama adalah dengan mengambil nafas.

(سُئِلَ) هَلْ يَجُوْزُ لِلْقَارِئِ وَهُوَ مَارٌّ بِالْقِرَأَةِ أَنْ يُسَكِّنَ آخِرَ الْحُرُوْفِ وَهُوَ مَارٌّ مِنْ غَيْرِ وُقُوْفٍ، وَهَلْ يَجُوْزُ لَهُ أَنْ يُحَرِّكَ الْوَقْفَ عِنْدَ الْوُقُوْفِ أَمْ لاَ؟ (فَأَجَابَ) بِأَنَّهُ يَجُوْزُ التَّسْكِيْنُ الْمَذْكُوْرُ لأَنَّ الْوَصْلَ بِنِيَّةِ الْوَقْفِ جَائِزٌ دُوْنَ التَّحْرِيْكِ الْمَذْكُوْرِ [هامش الفتاوى الكبرى 4/379]

“Sebuah pertanyaan perihal, apakah seorang membaca Alqur’an mensukun, membaca mati, huruf akhir sedang ia melanjutkan bacaannya tanpa waqaf dan apa boleh mengha-rakati, membaca hidup, huruf akhir ketika dibaca waqaf ataukah tidak? Jawab: Boleh mensukun sebagaimana dimak-sud karena washal, melanjutkan bacaannya, dengan niat wakaf hukumnya boleh. Lain halnya membaca harakat yang dimaksud waqaf hukumnya tidak boleh.” (Hamisy al-Fatawi al-Kubra IV/379).

اعْلَمْ اَنَّ الْوَقْفَ مَعْنَاهُ فِي اللُّغَةِ الْحَبْسُ يُقَالُ وَقَّفْتُ الدَّابَّةَ وَأَوْقَفْتُهَا إِذَا حَبَسْتُهَا عَنِ الْمَشْيِ وَفِي اْلإِصْطِلاَحِ عِبَارَةٌ عَنْ قَطْعِ الصَّوْتِ عَلَى الْكَلِمَةِ زَمَنًا يَتَنَفَّسُ فِيْهِ عَادَةً بِنِيَّةِ اسْتِئْنَافِ الْقِرَاَءةِ اِلَى أَنْ قَالَ وَيَأْتِيْ فِيْ رُؤُوْسِ اْلآيِ وَأَوْسَطُهَا وَلاَ بُدَّ مِنَ التَّنَفُّسِ مَعَه [نهاية القول المفيد 153]

“Ketahuilah bahwa waqaf menurut terminologi bahasa ada-lah menahan, sebagaimana ucapan: Telah aku berhentikan kendaraan, yakni aku tahan dari berjalan. Sedang menurut istilah adalah sebuah ungkapan mengenai terputusnya suara pada suatu kalimat dalam waktu yang biasanya bisa untuk bernafas dengan niat memulai bacaan. … Dan terjadinya waqaf itu pada awal-awal atau pertengahan ayat, yang harus disertai bernafas.” (Nihayah al-Qaul al-Mufid 153).

Category:

0 comments:

Post a Comment