Dibalik Rahasia Amalan SHOLAWAT

image

Fatwa sayyid Abdur-Rahman bin Musthofa Al-Idrus
Al-Allamah sayyid Abdurrohman bin musthofa Al-Idrus ( tinggal di mesir ), menyatakan (dalam penjelasan Beliau tentang sholawatnya sayyid Ahmad Al-Badawi.
Komentar ini di tulis dalam kitab yang berjudul ”Miraatu Al-Syumus fi manaqibi Aali Al-Idrus “):
bahwa di akhir zaman nanti, ketika sudah tidak di temukan seorang murobbi (Mursyid) yang memenuhi syarat, tidak ada satu pun amalan yang bisa mengantarkan seseorang wushul (ma’rifat) kepada Allah kecuali bacaan Sholawat kepada Nabi SAW, baik dalam keadaan tidur maupun terjaga.
Kemudian setiap amalan itu mungkin di terima dan mungkin juga di tolak kecuali bacaan sholawat kepada Nabi SAW yang pasti di terima, karena memuliakan kepada Nabi Sayyid Abdur Rohman meriwayatkan keterangan tersebut berdasarkan kesepakatan ulama’. Ketahuilah sesungguhnya para ulama’ telah sepakat atas diwajibkannya
membaca “Sholawat dan Salam” untuk Baginda Nabi SAW. Kemudian mereka berselisih pendapat mengenai “kapan” kewajiban itu harus dilaksanakan?.
Menurut Imam Malik, cukup sekali dalam seumur. Menurut Asy-Syafi’i, wajib dibaca pada tasyahud akhir dalam sholat fardhu. Menurut ulama’ lainnya, wajib dibaca satu kali dalam setiap majlis. Ada juga ulama’ yang berpendapat, wajib dibaca setiap kali mendengar nama nabi disebut. Dan ada juga yang mengatakan wajib untuk memperbanyak sholawat, tanpa di batasi bilangan tertentu.
Secara umum, membaca sholawat kepada nabi, merupakan hal yang agung dan keutamaannya pun sangat banyak. Membaca sholawat, merupakan bentuk ibadah, yang paling utama dan paling besar pahalanya. Sampai-sampai sebagian kaum “arifin”, mengatakan :
“sungguhnya sholawat itu, bisa mengantarkan pengamalnya untuk ma’rifat kepada Allah, meskipun tanpa guru spiritual ( mursyid )” . Karena guru dan sanadnya, langsung melalui Nabi. Ingat ! setiap sholawat yang dibaca seseorang selalu diperlihatkan kepada beliau dan beliau membalasnya dengan do’a yang serupa ( artinya nabi tahu siapa saja yang membaca sholawat kepada beliau dan nabi menjawab sholawat dengan do’a yang serupa kepada pembacanya tadi ).
Hal ini berbeda dengan dzikir-dzikir ( selain sholawat ) yang harus melalui bimbingan guru spiritual/mursyid, yang sudah mencapai maqom ma’rifat. Jika tidak demikian, maka akan dimasuki syaithon, dan pengamalnya tidak akan mendapat manfaat apapun”.
( Hasyisyah Ash-Showi ‘la Al-Jalalain, Hal :287,Juz III, Toha Putra )
KEUTAMAAN SHOLAWAT
Berikut beberapa keutamaan shalawat dan hal-hal yang berkenaan dengannya yang di kutip dari Kitab Nashaihud Diniyyah Wal Washayal Imaniyah, Karya Al Habib Abdullah Bin Alawi Al Haddad, seorang ulama besar abad 17.
Shalawat untuk Rasulullah SAW memiliki keutamaan yang besar dan menghasilkan manfaat yang banyak di dunia dan akhirat bagi orang-orang yang banyak mengucapkannya. Allah Ta’ala dalam Firman Nya yang maksudnya,
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah penghormatan kepadanya”. [Al Ahzab:56]
Cukuplah bagimu apa yang di sebutkan Allah SWT di atas sebagai penghormatan dan pengagungan bagi Nabi Nya serta dorongan bagi para hamba Nya yang mu’min untuk mengucapkan shalawat dan salam baginya.
Nabi Muhammad SAW Bersabda “Barangsiapa bershalawat untukku sekali, maka Allah Bershalawat untuknya 10 kali.”
Seorang alim berkata, “Andaikata Allah bershalawat untuk hamba sepanjang umurnya sekali, niscaya hal itu telah cukup baginya sebagai kehormatan dan kemuliaan.”
Maka bagaimana dengan 10 shalawat untuk setiap shalawat yang di ucapkan muslim untuk Nabinya? Maka Segala Puji bagi Allah atas karunia Nya yang banyak dan pemberian Nya yang besar.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa bershalawat untukku sekali, maka Allah bershalawat untuknya 10 kali, dan mengangkat baginya 10 derajat, menulis baginya 10 kebaikan dan menghapus darinya 10 kesalahan.”
Nabi SAW juga bersabda “Orang yang paling banyak mendapat perhatianku pada hari kiamat ialah orang yang paling banyak shalawatnya untukku”.
Nabi SAW bersabda “Barangsiapa mengucapkan; ‘ Allahumma Shalli ‘Alaa Muhammad Wa Anzilhu al-Maq’adal Muqarrab ‘indaka Yaumal Qiyaamah.’ (Ya Allah bershalawatlah untuk Muhammad dan tempatkan dia di tempat yang dekat di sisi Mu pada hari kiamat), maka Wajiblah ia mendapat syafa’atku”.
Dalam sabdanya SAW,”Barangsiapa mengucapkan, Jazallahu ‘Anna Muhammad Maa Huwa Ahluhu (Semoga Allah membalas jasa Muhammad terhadap kami sebagaimana mestinya), maka ia pun telah memayahkan 70 malaikat menulis selama 1000 pagi”
Rasulullah SAW bersabda “Bershalawatlah kalian untukku di mana pun kalian berada, karena shalawatmu sampai kepadaku.”
Di riwayakan bahwa Allah mempunyai Malaikat-malaikat yang berkeliling bumi menyampaikan kepada Nabi SAW, Shalawat dari ummatnya yang bershalawat untuknya.
Diriwayatkan pula bahwa tidaklah seorang dari ummatnya memberi salam kepadanya, melainkan Allah mengembalikan ruhnya yang mulia kepadanya hingga menjawab salamnya. Telah di riwayatkan pula jawaban yang berlipat atas siapa yang memberi salam Kepada nya SAW.
Nabi SAW bersabda, “Telah menjadi hina orang yang namaku di sebut di dekatnya, namun ia tidak bershalawat untukku”
Rasul SAW bersabda, “Barangsiapa yang aku di sebut di dekatnya, namun tidak mengucapkan shalawat untukku, ia pun telah menyimpang dari jalan syurga”
Nabi SAW bersabda, “Perbanyaklah mengucapkan shalawat untukku pada hari jum’at, karena shalawat untukku di tunjukkan kepadaku pada setiap Jum’at. Maka yang terdekat di antara mereka kedudukannya dariku pada hari kiamat ialah yang paling banyak bershalawat kepada ku”.
Nabi SAW juga bersabda, “Bershalawatlah kalian untukku pada malam yang cemerlang dan hari yang indah.” Yakni, malam Jum’at dan siangnya.
Oleh karena itu setiap mu’min patut memperbanyak shalawat untuk Rasul SAW dalam seluruh waktunya dan pada malam Jum’at dan siangnya secara khusus. Hendaklah ia menggabungkan salam dengan shalawat untuknya. Allah telah menyuruh mengucapkan keduanya bersama-sama.
Di sebutkan dalam hadits dari Allah Ta’ala bahwa Dia berkata kepada Nabi SAW, “Barangsiapa bershalawat untukmu, Aku pun bershalawat untuknya. Dan siapa mengucapkan salam untukmu, Aku pun mengucapakan salam untuknya”.
Barangsiapa mengucapkan shalawat dan salam untuk Nabi SAW, hendaknya ia ucapkan shalawat dan salam untuk keluarga Nabi SAW sesudahnya, karena Beliau SAW menyukai hal itu bagi mereka. Telah di riwayatkan banyak hadits mengenai hal itu. Disebutkan dalam suatu atsar bahwa shalawat yang di dalamnya tidak terdapat shalawat untuk keluarga Nabi Muhammad SAW maka shalawat tersebut di namakan shalawat yang buntung. Wallahu A’laam..
Di sarikan dari terjemahan Kitab Nashaihud Diniyyah Wal Washayal Imaniyyal. Sayyid Zaid Husain Al Hamid. Diterbitkan oleh Mutiara Ilmu Surabaya. Cetakan Pertama, Shafar 1423 H.
SELALU MEMBACA SHOLAWAT
Rasulullah SAW pernah bersabda,
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan memberinya rahmat kepadanya sepuluh kali.”
Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali ra di dalam kitabnya, Ihya, mengemukakan hadis dari Abdul Wahid bin Zaid yang menuturkan sebagai berikut.
Pada suatu hari, saya bersama seorang teman keluar meninggalkan rumah untuk suatu keperluan. teman saya tidak henti-hentinya mengucapkan shalawat, baik di saat sedang berdiri, duduk, bergerak maupun diam. Ketika kutanyakan hal itu kepadanya, ia menjawab :
Anda saya beritahu soal itu. Dahulu saya bersama ayah pergi ke Makkah untuk pertama kali. Dalam perjalanan berangkat saya ketiduran di suatu tempat. Dalam mimpi saya melihat seorang datang mendekatiku, lalu berkata,
“Bangunlah. Allah telah mewafatkan ayahmu dalam keadaan wajahnya kehitam-hitaman!”
Saya bangun dalam keadaan takut dan bingung. Ayah kuhampiri dan kubuka kain penutup mukanya. Ternyata benar, ia telah menjadi mayit dan wajahnya tampak kehitam-hitaman. Saya sungguh ketakutan sekali. Beberapa saat kemudian, dalam keadaan bingung dan sedih, saya tertidur kembali.
Kali ini saya mimpi lagi melihat empat orang lelaki berkulit hitam, masing-masing memegang tongkat besi. Tiba-tiba datang seorang lelaki berwajah rupawan berpakaian warna hijau. Kepada orang-orang yang berkulit hitam itu ia berkata,
“Menyingkirlah kalian semua!.”
Lelaki rupawan itu lalu mengusap-usap muka ayahku dengan tangannya. Lalu mendekatiku seraya berkata,
“Hai, bangunlah. Allah telah memutihkan muka ayahmu.”
Aku bertanya,
“Anda siapa?.”
Ia menjawab,
“Aku Muhammad.”
Ketika bangun, saya segera menghampiri ayah dan kubuka kain penutup mukanya, dan ternyata wajahnya tampak keputih-putihan. Sejak itu saya tidak pernah meninggalkan shalawat kepada Rasulullah.
[Disarikan dari Mutiara Zikir & Doa, Al-Habib Alwi bin Ahmad Alhaddad, hal. 111, cetakan I, penerbit Pustaka Hidayah]

[+/-] Selengkapnya...

Category: 0 comments

BUKTI TAWASUL NABI NUH KEPADA RASULULLAH SAW

image Pada bulan Juli 1951 sebuah tim yang terdiri
dari ahli-ahli Rusia melakukan penelitian terhadap
Lembah Kaat. Sepertinya mereka tertarik untuk menemukan
sebuah tambang baru di daerah tersebut.
Dalam penelitiannya mereka menemukan beberapa
potong kayu di daerah tersebut berserakan.

Mereka kemudian mulai menggali tempat tersebut
dengan tujuan untuk menemukan sesuatu yang berharga.
Tetapi alangkah terkejutnya mereka ketika menemukan
kumpulan potongan-potongan kayu tertimbun di situ.
Salah seorang ahli yang ikut serta memperkirakan,
setelah meneliti beberapa lapisanya, bahwa kayu-kayu
tersebut bukanlah kayu yang biasa, dan menyimpan rahasia
yang sangat besar di dalamnya.

Mereka mengekskavasi tempat tersebut dengan penuh keingintahuan.
Mereka menemukan cukup banyak potongan-potongan
kayu di daerah penggalian tersebut, dan
di samping itu mereka juga menemukan hal-hal
lain yang sangat menarik. Mereka juga menemukan
sepotong kayu panjang yang berbentuk persegi.
Mereka sangatlah terkejut setelah mendapati
bahwa potongan kayu yang berukuran 14 X 10 inchi
tersebut ternyata kondisinya jauh lebih baik
dibandingkan potongan-potongan kayu yang lain.
Setelah waktu penelitian yang memakan waktu yang
cukup lama, hingga akhir tahun 1952, mereka
mengambil kesimpulan bahwa potongan kayu tersebut
merupakan potongan dari bahtera Nabi Nuh a.s.
yang terdampar di puncak Gunung Calff (Judy).
Dan potongan (pelat) kayu tersebut,
di mana terdapat beberapa ukiran dari
huruf kuno, merupakan bagian dari bahtera tersebut.

Setelah terbukti bahwa potongan kayu
tersebut merupakan potongan kayu dari
bahtera Nabi Nuh a.s., timbullah pertanyaan
tentang kalimat apakah yang tertera di
potongan kayu tersebut. Sebuah dewan yang
terdiri dari kalangan pakar dibentuk oleh
Pemerintah Rusia di bawah Departemen Riset
mereka untuk mencaritahu makna dari tulisan
tersebut. Dewan tersebut memulai kerjanya pada
tanggal 27 Februari 1953.
Berikut adalah nama-nama dari anggota dewan tersebut:
1. Prof. Solomon, Universitas Moskow
2. Prof. Ifa Han Kheeno, Lu Lu Han College , China
3. Mr. Mishaou Lu Farug, Pakar fosil
4. Mr. Taumol Goru, Pengajar Cafezud College
5. Prof. De Pakan, Institut Lenin
6. Mr. M. Ahmad Colad, Asosiasi Riset Zitcomen
7. Mayor Cottor, Stalin College

Kemudian ketujuh orang pakar ini setelah
menghabiskan waktu selama delapan bulan
akhirnya dapat mengambil kesimpulan bahwa
bahan kayu tersebut sama dengan bahan kayu
yang digunakan untuk membangun bahtera Nabi
Nuh a.s., dan bahwa Nabi Nuh a.s. telah meletakkan
pelat kayu tersebut di kapalnya demi keselamatan dari
bahtera tersebut dan untuk mendapatkan ridho Illahi.

Terletak di tengah-tengah dari pelat tersebut adalah
sebuah gambar yang berbentuk telapak tangan dimana juga terukir
beberapa kata dari bahasa Saamaani.
Mr. N.F. Max, Pakar Bahasa Kuno, dari Mancester, Inggris telah
menerjemahkan kalimat yang tertera di pelat tersebut menjadi:
"Ya Allah, penolongku! Jagalah tanganku dengan kebaikan dan bimbingan
dari dzatMu Yang Suci, yaitu Muhammad, Ali, Fatima, Shabbar dan Shabbir.
Karena mereka adalah yang teragung dan termulia.
Dunia ini diciptakan untuk mereka maka tolonglah aku demi nama mereka."

Semuanya sangatlah terkejut setelah mengetahui arti
tulisan tersebut. Terutama yang membikin mereka
sangatlah bingung adalah kenapa pelat kayu tersebut
setelah lewat beberapa abad tetap dalam keadaan utuh dan tidak rusak sedikitpun.
Pelat kayu tersebut saat ini masih disimpan dengan
rapih di Pusat Penelitian Fosil Moskow di Rusia.

Jika anda sekalian mempunyai waktu untuk mengunjungi
Moskow, maka mampirlah di tempat tersebut, karena pelat
kayu tersebut akan menguatkan keyakinan anda terhadap kedudukan Ahlul Bayt a.s.

Terjemahan kalimat tersebut telah dipublikasikan antara lain di:
1. Weekly - Mirror, Inggris 28Desember 1953
2. Star of Britain , London , Manchester 23 Januari 1954
3. Manchester Sunlight, 23Januari 1954
4. London Weekly Mirror, 1Februari 1954
5. Bathraf Najaf , Iraq 2 Februari 1954
6. Al-Huda, Kairo 31 Maret 1954
7. Ellia - Light, Knowledge & Truth, Lahore 10 Juli 1969

Sumber : http://hidangan-ilahi.blogspot.com

[+/-] Selengkapnya...

Mencintai Dengan Bershalawat

Bila bicara, kata katanya bagaikan mutiara. Bila diam, dia menyimpan kesejukan. Bila berjalan, matanya sangat terjaga. BIla berprilaku, dia laksana Al Quran berjalan. Dia bagaikan Malaikat, memberikan cahaya. Cahaya iman. Jejaknya jadi teladan bagi setiap orang. BIla satu kali namanya di sebutkan, beribu doa dan rahmat terlimpah atasnya. Atas wujudnyalah, lahir cinta sejati. Cinta suci yang tak pernah ternodai.

Seorang pemuda mendapatkan surat dari kekasihnya. Sebelum surat itu dibuka, perangkonya di lepas dan dijilatinya. Lalu dia membalas surat

itu dan bercerita kalau perangkonya dia jilati. Karena si pemuda yakin bahwa sewaktu menempel perangko itu pasti memakai ludah kekasihnya. Jadi hitung hitung menelan ludah kekasihnya walaupun sudah kering.

Tak lama berslelang datanglah balasan dari si kekasih. Ia menyatakan terimakasih atas kemurnian cintanya. Tetapi maaf, katanya, yang menempelkan perangko dahulu bukan dia sendiri tetapi tukang becak yang dia titipi untuk mengeposnya. Keruan saja si pemuda nyengir kecut. Itulah orang yang sedang dimabuk cinta.

DI tanah Arab, Majnun yang mencintai Layla, disebut gila. Karena dia datang ke rumah Layla dan menciumi dinding rumah itu sepuas puasnya.

Terhadap cemoohan itu, Majnun menjawabnya dengan puisi:

Aku melewati rumah, rumah Layla

Kucium dinding ini, dinding ini

Tidaklah cinta rumah yang memenuhi hati

Tetapi cinta kepada dia yang tinggal di rumah ini

Sekali lagi, begitulah cinta. Menurut psikolog muslim klasik, Ibnu Qayyim, cinta ditandai dengan perhatian yang aktif pada orang yang kita cintai dan ada kenikmatan menyebut namanya. Ketika menyebut atau mendengar orang menyebut, nama kekasih kita, hati kita bergetar. Tiada yang lebih menyenangkan hati daripada mengingatnya dan menghadirkan kebaikan kebaikannya. JIka ini menguat dalam hati, lisan akan memuji dan menyanjungnya. Seperti itulah orang orang yang mencintai Rasulullah.

Segera setelah Nabi wafat, Bilal tidak mau mengumandangkan azan. Akhirnya, setelah didesak oelh para sahabat, Bilal mau juga. Tetapi masya Allah, ketika sampai pada kata ‘Wa asyhadu anna Muhammad….’ Dia berhenti. Suaranya tersekat di tenggorokan. Dia menangis keras. Nama Muhammad, kekasih yang baru saja kembali ke Rabbul izzati, menggetarkan jantung Bilal. BIlal bukan tidak mau menyebut nama Rasulullah. Baginya, nama Muhammad adalah nama insan yang paling indah. Justru karena cintanya kepada Rasulullah, nama beliau sering diingat, disebut dan dilantunkan.

Berbahagialah orang yang merasa nikmat saat bershalawat. Karena menurut Rasuullah, orang yang paling dekat dengan beliau di hari kiamat adalah orang yang paling banyak bershalawat (HR Tirmidzi).

Cukuplah kita simak nasihat Ibnu Athailah ini: Betapa indahnya hidup ini jika engkau isi dengan taat kepada Allah. Yaitu dengan cara berzikir kepada Allah dan sibuk bershalawat atas Rasulullah pada setiap waktu disertai oleh kalbu yang ikhlas, jiwa yang bening, niat yang baik dan perasaan cinta kepada Rasulullah. “Sesungguhnya Allah beserta para malaikatNya bershalawat atas Nabi. Wahai orang yang beriman, ucapkanlah shalawat dan salam atasnya” (QS Al Azhab 33:56).

Ingin Mimpi bertemu Nabi

Siang itu, dengan wajah muram seorang murid bersimpuh di hadapan syaikhnya. Syaikh, dengan suara berwibawa bertanya, “Apa gerangan yang merisaukanmu?”

“Wahai syaikh, sudah lama saya ingin melihat wajah Rasulullah walau hanya lewat mimpi. Tetapi sampai sekarang keinginan itu belum terkabul juga” jelas is murid.

“Oo..rupanya itu yang engkau inginkan. Tunggu sebentar…” Setelah diam beberapa saat, berkatalah Syaikh:

“Nanti malam, datanglah engkau kemari. Aku mengundangmu makan malam”

Sang murid mengangguk kemudian pulang ke rumahnya. Setelah tiba saatnya, pergilah dia ke rumah Syaikh untuk memenuhi undangannya. Dia merasa heran melihat Syaikh hanya menghidangkan ikan asin.

“Makan, makanlah semua ikan itu. Jangan sisakan sedikitpun!” kata Syaikh kepada muridnya.

Karena tergolong murid taat, dia habiskan seluruh ikan asin yang disuguhkan. Selesai makan, dia merasa kehausan. Dia segera meraih segelas air dingin di hadapannya.

“Letakkan kembali gelas itu!” perintah Syaikh. “Kau tidak boleh minum air itu hingga esok pagi, dan malam ini kau tidur di rumahku!”

Dengan penuh rasa heran, diturutinya perintah Syaikh. Malam itu dia tak bisa tidur. Lehernya serasa tercekik karena kehausan. Dia membolak balikkan badannya hingga akhirnya tertidur karena kelelahan. Apa yang terjadi? Malam itu dia bermimpi minum air sejuk dari sungai, mata air dan sumur. Mimpi itu sangat nyata. Seakan akan benar terjadi padanya.

Begitu bangun paginya, dia langsung menghadap Syaikh.

“Wahai guru, bukannya menlihat Rasulullah, saya malah bermimpi minum air”

Tersenyumlah Syaikh mendengar jawaban muridnya. Dengan bijaksana dia berkata, “Begitulah, makan ikan asin membuatmu amat kehausan sehingga kau hanya memimpikan air sepanjang malam. JIka kau merasakan kehausan semacam itu akan Rasulullah, maka kau akan melihat ketampanannya”

Terisaklah si murid. Dia sadar betapa cintanya kepada Rasulullah hanyalah sebatas kata. Kerinduan sebatas pengakuan.

Kondisi si murid adalah kondisi hati kebanyakan kita semua. Cinta pada dunia menutupi cinta kita pada Nabi. Jujur saja, hati ini tak merasa nikmat saat bershawlawat. Apalagi bergetar. Biasa biasa saja.

Tetapi kita tak perlu berkecil hati. Yang kita ulas diatas adalah shalawat pecinta, sementara kita adalah shalawat pemula. Bagi pemula, Syaikh Muzaffer Ozak (penutur cerita mimpi diatas) berpesan, “Bila kau terus mengulang ulang shalawat dengan ikhlas, hampir pasti akan menjumpai Rasulullah dan siapapu yang melihatnya hampir pasti akan mendapat syafaatnya”

Jadi,melantunkan shalawat bagi pemula laksana menanam benih. Mula mula dalam ucapan, lalu dalam pikiran. Bukankah segala tindakan selalu bermula dari pikiran? Apa yang sedang anda pikirkan saat ini menciptakan kehidupan masa depan anda. Anda menciptakan hidup anda dengan pikirna pikiran anda. Apa yang paling anda pikirkan dan fokuskan adalah apa yang akan muncul dalam hati anda. Apapun yang anda tanam, itulah anda tuai.

“Kau adalah pikiranmu saudaraku! Sisanya adalah tulang dan otot. Jika engkau memikirkan bunga mawar, engkau adalah taman mawar. Jika engkau memikirkan duri, engkau adalah kayu bakar” demikian senandung Jalaluddin Rumi dalam Matsnawi (2:277-8)

Dengan memperbanyak shalawat, kita ingin pikiran kita jadi ‘taman cinta Rasulullah’. Kita ingin tindakan kita memancarkan keharuman akhlak Sang Teladan Segala Zaman.

Para psikolog pun belakangan membuktikan bahwa karakter manusia dapat diubah secara menyeluruh dengan pengulangan kata kata tertentu. Dna hasil yang dicapai melalui kata kata itu ternyata mengagumkan. RMP (repetitive magic power) istilah mereka. “Segala sesuatu yang anda pancarkan lewat pikiran, perasaan, citra mental dan tutur kata anda, akan didatangkan kembali ke dalam kehidupan anda,” tegas Ponder, salah seorang pakar law of attraction.

Maka beruntunglah kita hidup di tanah air ini yagn didalamnya shalawat selalu menyertai tahap tahap kehidupan kita. Saat dilahirkan, bahkan sejak dalam kandungan 7 bulan, dikhitan, dinikahkan, lulus ujian dan ketika meninggal dunia, semua tahapan itu diisi dengan bacaaan shalawat Nabi. Itulah cara orang tua kita dahulu menghidupkan kecintaan kepada Rasulullah dihati kita. Tiada hari tanpa siraman shalawat, agar pohon kerinduan kepada Rasulullah terus tumbuh subur dan menakjudkan orang yang menanamnya. ~~

http://nabimuhammad.info

Written by: Ibnu Muhammad Salim

[+/-] Selengkapnya...

Category: 0 comments

Sayap-sayap ampunan

Pada malam Mi’roj, sebagaimana termaktub dalam sebuah hadist qudsi, saat Rasulullah sedang melakukan perjalanan di dampingi Malaikat Jibril, tiba-tiba ada sesosok malaikat yang jatuh didepan beliau. Bulu-bulu malaikat itu telah rontok dan bentuk amat berbeda dengan kebanyakan malaikat lain.

Beliau pun terkejut, dan bertanya pada Jibril:

“Ya Jibril, siapa malaikat ini?

“Ia adalah malaikat yang termasuk dalam golongan malaikat muqarrabin,” tegas Jibril. Malaikat muqarrabin merupakan malaikat-malaikat yang sangat dekat dengan Allah SWT.

“Apa yang telah terjadi padanya?”, tanya Rasulullah kemudian.

Jibril terdiam sejenak. Lalu Jibril pun bertutur:

”Suatu saat, malaikat yang termasuk dalam golongan malaikat muqarrabin  itu di utus oleh Allah untuk menghancurkan suatu kaum yang durhaka pada Allah, namun ia menolaknya”.

Aku tak kuasa melakukannya, Tuhanku. Aku kasihan pada mereka. Di antara mereka ada anak-anak kecil dan kaum wanita yang tak berdaya. Aku tak sanggup melakukannya, Tuhanku. Maafkan aku,” ujarnya sambil menangis.

Mendengar penolakannya itu Allah pun murka. Hal itu berlangsung hingga empat ribu tahun lamanya. Keadaanya pun cukup mengedihkan, seperti telah di saksikan Rasulullah dalam perjalanan Mi’roj-nya itu.

Rasulullah pun trenyuh mendengarnya.

“Apakah tak ada taubat baginya, wahai Jibril?”

“Ada, Muhammad. Allah telah mewahyukan padaku, bahwa taubatnya akan diterima jika ia menyampaikan shalawat untukmu sebanyak sepuluh kali,” ungkap Jibril.

Maka malaikat itupun bershalawat untuk Rasulullah sebanyak 10 kali. Sesaat kemudian, malaikat itu kembali ke tempat semula. Dan ia dikaruniai 70 ribu wajah. Pada setiap wajahnya terdapat 70 ribu mulut. Sedangkan pada tiap mulut itu masing-masing terdapat 70 ribu lisan. Lisan-lisan itu bertasbih pada Allah sebanyak 70 ribu tasbih.

Tak hanya itu, dari tasbih-tasbih yang dilantunkan oleh lisan-lisan itu terciptalah malaikat, dimana malaikat-malaikat itu akan memohonkan ampunan Allah untuk orang-orang yang bershalawat padamu.

Demikianlah, orang-orang yang membaca shalawat untuk Rasulullah akan dimintakan ampunan oleh malaikat. Betapa besar karunia Allah pada yang melantunkan shalawat untuk kekasih-Nya itu.*

dari Buku Rahasia Shalawat Rasulullah saw (M. Syukron Maksum,Ahmad fathoni el-Kaysi)

penerbit : Mutiara Media

(Khazinatul Asrar karya Muhammad Haqqi an-Naziliy)

[+/-] Selengkapnya...

Category: 1 comments

Srigala Tanpa Nyali

Abul Hasan asy-SrSyadzili pernah mengalami saat-saat penuh ketakutan akan binatang buas. Ini terjadi saat ia berada dalam petualangannya. Asy-Syadzili, sebagaimana yang dilakukan para sufi lainnya, memang senang berpetualang ke segala penjuru bumi Allah yang demikian luas.
Nah, suatu ketika asy-Syadzili terpaksa bermalam di sebuah tempat yang banyak terdapat binatang buas. Rasa manusiawinya pun muncul, ia mulai ketakutan saat binatang-binatang pemakan daging itu mulai mengeluarkan suaranya satu persatu. Beberapa juga mulai menatap asy-Syadzili, dan dari sorot matanya ia tahu jika binatang yang taringnya sanggup mencabik-cabik tubuh manusia itu menginginkan daging asy-Syadzili. Keselamatannya benar-benar terancam ketika itu.

Saat itulah ia membaca shalawat untuk Nabi saw. Ia melakukannya karena ia ingat sebuah hadist Rasulullah saw: ”Barangsiapa yang bershalawat untukku sekali, maka Allah SWT akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim).

Ia sangat meyakini akan sabda Rasul saw itu. Logikanya, jika Allah SWT bershalawat padanya, berarti ia berada dalam lindungan Allah. Cukuplah perlindungan Allah itu menyelamatkan dirinya dari gangguan binatang-binatang buas itu, sebab binatang-binatang itu adalah makhluk Allah juga yang tentu saja berada dalam kendaliNya.

Benar saja, begitu kalimat-kalimat shalawat untuk Rasulullah saw mengalir dari bibirnya dengan penuh kekhusyukan, rasa takut akan binatang-binatang buas itu pun hilang. Dan berangsur-angsur kondisi pun aman tanpa kekhawatiran akan keselamatan jiwanya.*

dari Buku Rahasia Shalawat Rasulullah saw (M. Syukron Maksum,Ahmad fathoni el-Kaysi)

penerbit : Mutiara Media

[+/-] Selengkapnya...

Category: 0 comments

Sholawat Asnawiyah

sholawat asnawiyah2

SHOLAWAT ASNAWIYAH

YAA ROBBISHOLLI ‘ALA ROSUU LI MUHAMMADIN SIRRIL ‘ULAA
WAL ANBIYAA’ WAL MURSALIIN AL GHURRI KHOT MAN AWWALAA
YAA ROBBI NAWWIR QOLBANAA BINURI QURAANIN JALA
WAFTAH LANAA BIDARSIN AW  QIROATIN TUROTTALAA
WARZUQ BIFAHMIL ANBIYAA LANAA WA AYYA MANTALAA
TSABIT BIHI IIMANANAA DUNYA WA UKHRON KAMILA
AMAN AMAN AMAN AMAN INDONESIA RAYA AMAN
AMIN AMAIN AMIN AMIN YAA ROBBI ROBBAL ‘ALAMIN
AMIN AMIN AMIN AMIN WAYAA MUJIIBASSAILIIN

Artinya:

Wahai tuhanku berilah sholawat kepada rasul
*
Baginda nabi Muhammad yang punya rahasia unggul
Dan para nabi dan para rasul
*
Awal akhir mulya betul
Wahai tuhanku berilah sinar pada hati kami
*
Dengan cahaya alqur’an yang agung serta nan suci
Dan bukalah kami sebab
*
Baca qur’an yang teliti
Dan berilah rizqi dengan kefahaman para nabi
*
Untuk kami orang orang yang membaca dan mengaji
Iman tetap sebab nabi
*
Dunia akhirat terpuji
Aman aman aman aman
*
Indonesia raya aman
Amin amin amin amin
*
Wahai pemilik alam semesta
Amin amin amin amin
*
Wahai pengkabul para pemohon

 

Sholawat Asnawiyah merupakan Sholawat gubahan syair karya Kyai Haji Raden Asnawi (KHR. Asnawi)yang terkenal hingga sekarang. Kalau boleh saya katakan bahwa Sholawat Asnawiyah merupakan “Sholawat Nasionalis” , karena kalau kita mau menyimak syair Sholawat  tersebut,  akan terlihat betapa Kiai Asnawi sangat mencintai Indonesia. Dalam syair tersebut terdapat doa yang khusus untuk Indonesia agar aman. Kiai Raden Asnawi adalah seorang Ulama’ dan Kyai kharismatik terkenal dari Kudus Jawa Tengah salah seorang pendiri organisasi sosial keagamaan Islam terbesar di Indonesia dan bahkan di dunia, yakni Nahdlatul Ulama (NU). NU memang dilahirkan oleh para ulama besar di Tanah Air pada 1926. Peran Kiai Raden Asnawi dalam mendirikan NU selama ini agak dilupakan, padahal beliau termasuk salah seorang tokoh kunci dalam upaya pendirian hingga penyebaran NU di Indonesia. Beliau juga seorang pejuang kemerdekaan yang sangat mencintai negara Indonesia ( Indonesia Raya) , beliau pernah di penjara Belanda karena membela negara. Jejak perjalanan hidup Kiai Raden Asnawi menunjukkan bahwa beliau adalah seorang tokoh besar Islam yang mencintai negaranya, Ulama’ yang berjiwa nasionalis sejati.
Download  Sholawat Asnawiyah klik di sini

[+/-] Selengkapnya...

Maskawin Pernikahan Adam dan Hawa

Sebagaimana dikisahkan dalam Al-Quran, Hadits atau Literatur, manusia pertama yang hidup di surga adalah Adam. Tentu saja semua kenikmatan diberikan kepada beliau di dalamnya agar dia betah. Digambarkan, sungguh surga adalah tempat yang amat indah dan permai, menjadi idaman setiap insan.

Demikian menurut riwayat, ketika Allah SWT selesai mencipta Alam semesta dan makhluk-makhluk lainnya, maka kemudian diciptakan-Nya  Adam Alaihissalam sebagai manusia pertama. Hamba yang dimuliakan ini kemudian ditempatkan Allah SWT di dalam surga (Jannah).

Mula-mula Adam hidup sebatang kara, tanpa  seorang kawan pun. Dia berjalan ke kiri dan ke kanan, menghadap ke langit-langit yang tinggi, ke bumi yang terhampar jauh di seberang, maka tidak ada sesuatu yang dilihatnya dari makhluk sejenisnya kecuali burung-burung yang berterbangan ke sana dan kemari, sambil berkejar-kejaran di angkasa bebas, bernyanyi-nyanyi, bersiul-siul, seolah-olah memamerkan kemesraan mereka.

Adam terpikat melihatnya. Tetapi sungguh malang, siapakah kawan yang hendak diajak berdiskusi. Dia merasa kesepian di surga. Bagai orang kebingungan tanpa pasangan yang akan diajak bermesraan, sebagaimana burung-burung yang dilihatnya.

Tiada pekerjaan yang dilakukan adam sehari-hari kecuali bermalas-malasan, bersantai berangin-angin di dalam taman surga yang permai, yang ditumbuhi oleh bermacam-macam bunga semerbak nan wangi, yang di bawahnya mengalir anak-anak sungai bercabang-cabang, yang disiram airnya  membuat pesona bagi yang melihatnya.

Apalah arti semua itu kalau hati selalu gundah , gelisah,  di dalam kesepian seorang diri? Itulah satu-satunya kekurangan yang dirasakan adam di dalam surga. Dia perlu seorang kawan pendamping  di dalam menikmati hari-hari indah di dalam surgai. Kadang kala kalau rindunya datang, turunlah dia ke bawah pohon-pohon rindang mencari hiburan, mendengarkan burung-burung bernyanyi bersahut-sahutan. Bukanya ketentraman batin yang didapat, malah menjadi lebih sedih. Keharuan yang begitu mendalam dirasakannya sebagai derita batin di balik kenikmatan yang dianugerahkan Allah SWT kepadanya.

Meski suasana membosankan itu dirasakan, tetapi Adam AS sungkan mengadukan problemnya kepada Allah SWT. Namun, Allah Maha Tahu tentang perasaan yang dipendam makhluknya. Oleh karena itu Allah Ta’ala ingin menghilangkan rasa kesepian Adam. Tapi rencana itu dilakukan dengan rahasia dan diam-diam.

Suatu hari, adam tengah duduk melamun di permadani yang mewah. Angin semilir tak henti menerpanya. Sampai-sampai rasa kantuk menyerangnya. Adam pun tertidur nyenyak. Pada saat itu Allah mulai bekerja. Sebuah informasi dikirimkan kepada malaikat Jibril AS. Diam-diam Jibril diperintahkan mencabut tulang rusuk Adam dari lambung sebelah kiri. Bagai orang yang sedang terbius adam tidak merasakan apa-apa.

Dengan tulang rusuk itu Allah menciptakan sosok Hawa. Kun Faya Kuun! Dalam sekejap Hawa telah berdiri di hadapan Allah dan Jibril. Kemudian Hawa duduk bersandar pada bantal lembut di atas tempat duduk megah yang bertahtakan emas dan permata mutu manikam. Lalu, Hawa terpesona melihat kecerahan wajah dari seorang lelaki yang sedang terbaring, tak jauh di depannya. Benih-benih asmara yang menggelombang di dalam sanubari hawa seolah-olah merupakan arus-arus tenaga listrik yang datang mengetuk kalbu Adam AS, yang langsung menerimanya sebagai mimpi yang berkesan di dalam gambaran jiwanya seketika itu.

Adam tiba-tiba terjaga. Alangkah terkejutnya dia ketika dilihatnya ada makhluk manusia seperti dirinya, hanya beberapa langkah di hadapannya. Dia seolah tak percaya pada penglihatannya. Dia masih terbaring mengusap matanya beberapa kali untuk memastikan apa yang sedang dilihatnya.

Tak kalah terkejutnya adalah hawa. Sebagai makhluk yang diciptakan lengkap dengan perasaan malu, ia segera memutar badannya sekedar menyembunyikan bukit-bukit di dadanya, seraya mengirimkan senyum manis bercampur manja, diiringi pandangan melirik dari sudut mata yang memberikan sinar harapan.

Memang, Hawa diciptakan dengan bentuk dan paras rupa yang sempurna. Dia dihiasi dengan kecantikan, kemanisan , keindahan, kejelitaan , kehalusan, kelembutan, kasih-sayang, kesucian, keibuan dan segala sifat-sifat kepribadian yang terpuji bagi seorang wanita, di samping bentuk tubuhnya yang mempesona serta memikat hati setiap yang memandangnya.dia adalah wanita tercantik yang menghiasi surga. Kelak keindahan ragawi dan ruhani itu akan diwariskan turun-temurun kepada kaum wanita di muka bumi.

Adam sendiri tak kurang gagah dan gantengnya. Tidak dijumpai cacat pada dirinya karena dia adalah satu-satunya makhluk yang dicipta oleh Allah SWT secara langsung tanpa perantara. Semua ketampanan yang diperuntukkan bagi lelaki terkumpul padanya. Ketampanan itu juga yang diwariskan turun-temurun kepada orang-orang (kaum pria) di kemudian hari sebagai anugerah Allah SWT kepada makhluk-Nya yang bergelar manusia.bahkan diriwayatkan bahwa kelak semua penduduk surga akan dibangkitkan dengan pantulan dari cahaya rupa Adam AS.

Didorong naluri yang menggebu-gebu Adam segera bangkit dari pembaringannya, memperbaiki duduknya. Dia memperhatikan dengan pandangan tajam dia sadar bahwa orang asing di depannya itu bukanlah bayangan fatamorgana. Ini benar-benar suatu kenyataan dari wujud insani yang mempunyai bentuk fisik seperti dirinya. Dia yakin kalau dirinya tidak salah pandang. Dia tahu itu manusia seperti dirinya, yang hanya berbeda kelamin saja. Kecerdasannya spontan menarik kesimpulan bahwa makhluk di depannya adalah perempuan, yang akan menjadi pasangannya, seperti halnya burung-burung yang selalu dilihatnya, yang hidup berpasangan.

Adam sadar bahwa itulah jenis yang dirindukannya. Hatinya gembira, bersyukur, bertahmid memuji Dzat maha Pencipta. Dia tersenyum kepada gadis jelita itu, yang membuatnya tersipu-sipu seraya menundukkan kepalanya dengan pandangan tak langsung, pandangan yang menyingkap apa yang terselip di kalbunya.

Sesuai dengan rencana besar Allah, kedua insan itu kemudian diresmikan dalam sebuah ikatan pernikahan. Inilah pernikahan resmi pertama yang sesuai dengan hukum Allah. Undangan segera dikirimkan. Seluruh bidadari surga berkumpul menghiasi dan menghibur mempelai perempuan itu serta membawa perhiasan-perhiasan surga. Sementara para malaikat langit berkumpul bersama-sama di bawah pohon Syajarah Thuba, yang menjadi saksi pernikahan Adam dan Hawa.

Diriwayatkan bahwa pada akad pernikahan antara adam dan hawa ini Allah SWT berfirman:” Segala puji adalah kepunyaan-Ku, segala kebesaran adalah pakaian-Ku, segala kemegahan adalah hiasan-Ku dan segala makhluk adalah hamba-Ku dan di bawah kekuasaan-Ku. Menjadi saksilah kamu hai para malaikat dan penghuni langit dan surga bahwa Aku menikahkan Hawa dengan Adam, kedua ciptaan-Ku dengan Mahar, dan hendaklah keduanya bertahlil dan bertahmid kepada-Ku!”.

Setelah akad pernikahan selesai berdatanganlah para malaikat dan para bidadari menyebarkan mutiara-mutiara yaqut dan intan-intan permata kemilau kepada kedua pengantin agung tersebut. Selesai itu Adam AS menemui mempelai Wanita di istana megah yang akan mereka diami. Tak sabar Adam ingin memeluk Hawa dan menyalurkan hasratnya. Tetapi, Hawa tampak dingin. Kata-kata yang keluar dari bibir Hawa justru menuntut haknya. Hak yang disyari’atkan Tuhan sejak semula.

“mana maharnya?” Tanya Hawa. Dia menolak bersentuhan sebelum mahar (mas kawin) dibayar terlebih dahulu. Adam AS mendadak bingung seketika. Lalu sadar bahwa untuk menerima haruslah bersedia memberi. Dia insyaf bahwa yang demikian itu haruskah menjadi kaidah pertama dalam pergaulan hidup. Pemberian pertama pada pernikahan untuk menerima kehalalan ialah Mahar. Allah sendiri pada waktu pembacaan aqad nikah telah menyebutkan kata mahar.

Tapi Adam bingung dengan kata itu, karena memang tidak memberikan apa-apa pada saat akad berlangsung. Apakah bentuk mahar yang harus diberikan? Itulah yang sedang dipikirkan Adam.

“Illahi, Rabbi! Apakah gerangan yang akan kuberikan kepadanya? Emaskah, intankah, perak atau permata?” Tanya Adam kepada Allah.

“bukan!”kata Tuhan.

“apakah hamba akan berpuasa atau shalat atau bertasbih untuk-Mu sebagai maharnya:” Tanya Adam AS penuh pengharapan.

“bukan!” tegas Allah lagi.

Adam pun terdiam, menentramkan jiwanya. Kemudian dia bermohon lagi, “kalau begitu tunjukkanlah hamba-Mu jalan keluar!”

Allah SWT berfirman, “ Mahar Hawa ialah sholawat sepuluh kali kepada nabi-Ku, nabi yang bakal kubangkitkan, yang membawa pernyataan dari sifat-sifatku: Muhammad, cincin permata dari para anbiya dan penutup serta penghulu semua Rasul. Ucapkanlah sepuluh kali!”.

Mendengar itu bathin Adam AS menjai lega. Dia lalu mengucapkan sepuluh kali sholawat atas nabi Muhammada SAW. Sebagai mahar kepada isterinya. Suatu mahar yang bernilai spiritual. Karena Nabi Muhammad SAW adalah Rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam). Hawa mendengarkannya dan menerimanya sebagai mahar.

“hai Adam, kini Aku halalkan Hawa bagimu,” perintah Allah. “dan dapatlah dia sebagai istrimu!”.

Luar biasa senangnya Adam AS. Dia bersujud syukur, lalu segera masuk ke kamar isterinya dengan ucapan salam. Hawa menyambutnya dengan segala keterbukaan dan cinta kasih yang tulus kemudian terdengar Allah SWT berfirman kepada mereka, “hai Adam diamlah engkau bersama istrimu di dalam surga dan makanlah (serta nikmatilah) apa saja yang kamu berdua ingini, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini karena (apabila mendekatinya) kamu berdua akan menjadi dzalim”. (QS.Al-A’raaf: 19).

Dengan pernikahan ini Adam AS tidak lagi merasa kesepian di dalam surga. Inilah pernikahan dan percintaan pertama dalam sejarah umat manusia yang berlangsung di dalam surga yang penuh kenikmatan. Sebuah pernikahan agung yang dihadir oleh para bidadari, jin dan disaksikan oleh para malaikat. Peristiwa pernikahan Adam dan hawa terjadi pada hari jum’at, entah berapa lama keduanya berdiam di surga, hanya Allah SWT yang tahu.

Sampai kemudian Adam dan Hawa melanggar janjinya, memakan buah Khuldi. Hukuman untuk pasangan itu adalah meninggalkan surga. Lalu keduanya bermukim di bumi, menyebar luaskan keturunan yang akan mengabdi kepada Allah SWT dengan janji bahwa surga itu tetap tersedia di hari kemudian bagi hamba-hamba yang beriman dan beramal sholeh. Firman Allah SWT, “Kami berfirman: turunlah kamu dari surga itu. Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”(QS. Al-Baqarah: 38).

Adam dan hawa diyakini sebagai manusia pertama di muka bumi. Tafsir Al-Qur’an selama ini menyebut dia diciptakan di surga bersama Hawa (Eva). Terbujuk oleh Iblis, Adam dan Hawa “diturunkan” ke bumi. Doa “Rabbanaa dhalamnaa anfusana wainlam taghfirlanaa wa tarhamnaa lanakuunannaa minal khasirin” (QS Al-A’raaf: 23) diyakini sebagai doa Adam dan Hawa yang menyesali kesalahan karena telah terbujuk Iblis.

Setelah diturunkan ke bumi. Mereka terpisah oleh jarak. Menurut legenda, Hawa diturunkan di daerah yang sekarang menjadi kota Jeddah, Saudi Arabi. “Jeddah” sendiri berarti “Nenek’ (Hawa). Legenda yang sama menyebut Adam dan Hawa bertemu kembali di Jabal Rahmah sering dijadikan symbol “Cinta” atau “Jodoh” oleh peziarah.

Adam-Hawa dikaruniai putra-putri yang lahir berpasangan. Diantaranya adalah Qabil dan Iqlima. Kemudian Habil dan labuda. Qabil sendiri bersifat kasar sedangkan Habil lembut hati. Qabil bekerja sebagai petani dan Habil peternak.atas petunjuk Allah, Adam akan menikahkan Qabil dengan Labuda, Habil dengan Iqlimatapi Qabil menolak rencana itu, karena pasangan untuknya tidak cantik. Sebab Qabil lebih menaksir dengan labuda kembarannya, yang memang sangat rupawan.

Lagi-lagi Allah memberi petunjuk. Adam kemudian menyuruh keduanya melakukan kurban. Siapa yang kurbannya diterima Allah, dia nanti yang berhak menikah dengan Labuda, Qabil mengurbankan hasil panenya yang berupa sayur, sedangkan Habil berkurban daging. Kurban-kurban itu ditaruh di puncak gunung. Ternyata korban Habil yang diterima. Tap Qabil menjadi murka. Dia kemudian membunuh Habil, dia menguburkan saudaranya itu setelah melihat burung gagak mengubur gagak lain yang mati setelah keduanya berkelahi. Riwayat ini menjadi kisah turun-temurun di kalangan arab dan yahudi yang masih ada hingga saat ini. Tapi tak disebutkan dengan pasti kapan persisinya masa hidup Adam dan hawa. Apakah dia berada pada masa sebelum atau setelah “manusia purba” seperti Homo Erectus di Hawa, Homo Pekinensis di Cina atau manusia Neanderthal di Eropa. Yang pasti kisah tentang Adam dan keluarganya memberi pelajaran tentang perlunya keteguhan manusia menghadapi godaan. Bagaimana bersikap dalam menghadapi urusan cinta, dosa, ketulusan untuk pengorbanan, juga nafsu serakah manusia. Dan juga perlu digarisbawahi bahwa membaca sholawat untuk junjungan nabi Muhammad SAW. itu bukan merupakan hal yang baru tetapi sudah dilakukan sejak nabi Adam. Kalau ada orang yang enggan bersholawat sama artinya tidak tahu sejarah asal mula manusia. “Allahumma sholli ‘alaa Muhammad…… “.

[+/-] Selengkapnya...

Category: 12 comments