Maskawin Pernikahan Adam dan Hawa

Sebagaimana dikisahkan dalam Al-Quran, Hadits atau Literatur, manusia pertama yang hidup di surga adalah Adam. Tentu saja semua kenikmatan diberikan kepada beliau di dalamnya agar dia betah. Digambarkan, sungguh surga adalah tempat yang amat indah dan permai, menjadi idaman setiap insan.

Demikian menurut riwayat, ketika Allah SWT selesai mencipta Alam semesta dan makhluk-makhluk lainnya, maka kemudian diciptakan-Nya  Adam Alaihissalam sebagai manusia pertama. Hamba yang dimuliakan ini kemudian ditempatkan Allah SWT di dalam surga (Jannah).

Mula-mula Adam hidup sebatang kara, tanpa  seorang kawan pun. Dia berjalan ke kiri dan ke kanan, menghadap ke langit-langit yang tinggi, ke bumi yang terhampar jauh di seberang, maka tidak ada sesuatu yang dilihatnya dari makhluk sejenisnya kecuali burung-burung yang berterbangan ke sana dan kemari, sambil berkejar-kejaran di angkasa bebas, bernyanyi-nyanyi, bersiul-siul, seolah-olah memamerkan kemesraan mereka.

Adam terpikat melihatnya. Tetapi sungguh malang, siapakah kawan yang hendak diajak berdiskusi. Dia merasa kesepian di surga. Bagai orang kebingungan tanpa pasangan yang akan diajak bermesraan, sebagaimana burung-burung yang dilihatnya.

Tiada pekerjaan yang dilakukan adam sehari-hari kecuali bermalas-malasan, bersantai berangin-angin di dalam taman surga yang permai, yang ditumbuhi oleh bermacam-macam bunga semerbak nan wangi, yang di bawahnya mengalir anak-anak sungai bercabang-cabang, yang disiram airnya  membuat pesona bagi yang melihatnya.

Apalah arti semua itu kalau hati selalu gundah , gelisah,  di dalam kesepian seorang diri? Itulah satu-satunya kekurangan yang dirasakan adam di dalam surga. Dia perlu seorang kawan pendamping  di dalam menikmati hari-hari indah di dalam surgai. Kadang kala kalau rindunya datang, turunlah dia ke bawah pohon-pohon rindang mencari hiburan, mendengarkan burung-burung bernyanyi bersahut-sahutan. Bukanya ketentraman batin yang didapat, malah menjadi lebih sedih. Keharuan yang begitu mendalam dirasakannya sebagai derita batin di balik kenikmatan yang dianugerahkan Allah SWT kepadanya.

Meski suasana membosankan itu dirasakan, tetapi Adam AS sungkan mengadukan problemnya kepada Allah SWT. Namun, Allah Maha Tahu tentang perasaan yang dipendam makhluknya. Oleh karena itu Allah Ta’ala ingin menghilangkan rasa kesepian Adam. Tapi rencana itu dilakukan dengan rahasia dan diam-diam.

Suatu hari, adam tengah duduk melamun di permadani yang mewah. Angin semilir tak henti menerpanya. Sampai-sampai rasa kantuk menyerangnya. Adam pun tertidur nyenyak. Pada saat itu Allah mulai bekerja. Sebuah informasi dikirimkan kepada malaikat Jibril AS. Diam-diam Jibril diperintahkan mencabut tulang rusuk Adam dari lambung sebelah kiri. Bagai orang yang sedang terbius adam tidak merasakan apa-apa.

Dengan tulang rusuk itu Allah menciptakan sosok Hawa. Kun Faya Kuun! Dalam sekejap Hawa telah berdiri di hadapan Allah dan Jibril. Kemudian Hawa duduk bersandar pada bantal lembut di atas tempat duduk megah yang bertahtakan emas dan permata mutu manikam. Lalu, Hawa terpesona melihat kecerahan wajah dari seorang lelaki yang sedang terbaring, tak jauh di depannya. Benih-benih asmara yang menggelombang di dalam sanubari hawa seolah-olah merupakan arus-arus tenaga listrik yang datang mengetuk kalbu Adam AS, yang langsung menerimanya sebagai mimpi yang berkesan di dalam gambaran jiwanya seketika itu.

Adam tiba-tiba terjaga. Alangkah terkejutnya dia ketika dilihatnya ada makhluk manusia seperti dirinya, hanya beberapa langkah di hadapannya. Dia seolah tak percaya pada penglihatannya. Dia masih terbaring mengusap matanya beberapa kali untuk memastikan apa yang sedang dilihatnya.

Tak kalah terkejutnya adalah hawa. Sebagai makhluk yang diciptakan lengkap dengan perasaan malu, ia segera memutar badannya sekedar menyembunyikan bukit-bukit di dadanya, seraya mengirimkan senyum manis bercampur manja, diiringi pandangan melirik dari sudut mata yang memberikan sinar harapan.

Memang, Hawa diciptakan dengan bentuk dan paras rupa yang sempurna. Dia dihiasi dengan kecantikan, kemanisan , keindahan, kejelitaan , kehalusan, kelembutan, kasih-sayang, kesucian, keibuan dan segala sifat-sifat kepribadian yang terpuji bagi seorang wanita, di samping bentuk tubuhnya yang mempesona serta memikat hati setiap yang memandangnya.dia adalah wanita tercantik yang menghiasi surga. Kelak keindahan ragawi dan ruhani itu akan diwariskan turun-temurun kepada kaum wanita di muka bumi.

Adam sendiri tak kurang gagah dan gantengnya. Tidak dijumpai cacat pada dirinya karena dia adalah satu-satunya makhluk yang dicipta oleh Allah SWT secara langsung tanpa perantara. Semua ketampanan yang diperuntukkan bagi lelaki terkumpul padanya. Ketampanan itu juga yang diwariskan turun-temurun kepada orang-orang (kaum pria) di kemudian hari sebagai anugerah Allah SWT kepada makhluk-Nya yang bergelar manusia.bahkan diriwayatkan bahwa kelak semua penduduk surga akan dibangkitkan dengan pantulan dari cahaya rupa Adam AS.

Didorong naluri yang menggebu-gebu Adam segera bangkit dari pembaringannya, memperbaiki duduknya. Dia memperhatikan dengan pandangan tajam dia sadar bahwa orang asing di depannya itu bukanlah bayangan fatamorgana. Ini benar-benar suatu kenyataan dari wujud insani yang mempunyai bentuk fisik seperti dirinya. Dia yakin kalau dirinya tidak salah pandang. Dia tahu itu manusia seperti dirinya, yang hanya berbeda kelamin saja. Kecerdasannya spontan menarik kesimpulan bahwa makhluk di depannya adalah perempuan, yang akan menjadi pasangannya, seperti halnya burung-burung yang selalu dilihatnya, yang hidup berpasangan.

Adam sadar bahwa itulah jenis yang dirindukannya. Hatinya gembira, bersyukur, bertahmid memuji Dzat maha Pencipta. Dia tersenyum kepada gadis jelita itu, yang membuatnya tersipu-sipu seraya menundukkan kepalanya dengan pandangan tak langsung, pandangan yang menyingkap apa yang terselip di kalbunya.

Sesuai dengan rencana besar Allah, kedua insan itu kemudian diresmikan dalam sebuah ikatan pernikahan. Inilah pernikahan resmi pertama yang sesuai dengan hukum Allah. Undangan segera dikirimkan. Seluruh bidadari surga berkumpul menghiasi dan menghibur mempelai perempuan itu serta membawa perhiasan-perhiasan surga. Sementara para malaikat langit berkumpul bersama-sama di bawah pohon Syajarah Thuba, yang menjadi saksi pernikahan Adam dan Hawa.

Diriwayatkan bahwa pada akad pernikahan antara adam dan hawa ini Allah SWT berfirman:” Segala puji adalah kepunyaan-Ku, segala kebesaran adalah pakaian-Ku, segala kemegahan adalah hiasan-Ku dan segala makhluk adalah hamba-Ku dan di bawah kekuasaan-Ku. Menjadi saksilah kamu hai para malaikat dan penghuni langit dan surga bahwa Aku menikahkan Hawa dengan Adam, kedua ciptaan-Ku dengan Mahar, dan hendaklah keduanya bertahlil dan bertahmid kepada-Ku!”.

Setelah akad pernikahan selesai berdatanganlah para malaikat dan para bidadari menyebarkan mutiara-mutiara yaqut dan intan-intan permata kemilau kepada kedua pengantin agung tersebut. Selesai itu Adam AS menemui mempelai Wanita di istana megah yang akan mereka diami. Tak sabar Adam ingin memeluk Hawa dan menyalurkan hasratnya. Tetapi, Hawa tampak dingin. Kata-kata yang keluar dari bibir Hawa justru menuntut haknya. Hak yang disyari’atkan Tuhan sejak semula.

“mana maharnya?” Tanya Hawa. Dia menolak bersentuhan sebelum mahar (mas kawin) dibayar terlebih dahulu. Adam AS mendadak bingung seketika. Lalu sadar bahwa untuk menerima haruslah bersedia memberi. Dia insyaf bahwa yang demikian itu haruskah menjadi kaidah pertama dalam pergaulan hidup. Pemberian pertama pada pernikahan untuk menerima kehalalan ialah Mahar. Allah sendiri pada waktu pembacaan aqad nikah telah menyebutkan kata mahar.

Tapi Adam bingung dengan kata itu, karena memang tidak memberikan apa-apa pada saat akad berlangsung. Apakah bentuk mahar yang harus diberikan? Itulah yang sedang dipikirkan Adam.

“Illahi, Rabbi! Apakah gerangan yang akan kuberikan kepadanya? Emaskah, intankah, perak atau permata?” Tanya Adam kepada Allah.

“bukan!”kata Tuhan.

“apakah hamba akan berpuasa atau shalat atau bertasbih untuk-Mu sebagai maharnya:” Tanya Adam AS penuh pengharapan.

“bukan!” tegas Allah lagi.

Adam pun terdiam, menentramkan jiwanya. Kemudian dia bermohon lagi, “kalau begitu tunjukkanlah hamba-Mu jalan keluar!”

Allah SWT berfirman, “ Mahar Hawa ialah sholawat sepuluh kali kepada nabi-Ku, nabi yang bakal kubangkitkan, yang membawa pernyataan dari sifat-sifatku: Muhammad, cincin permata dari para anbiya dan penutup serta penghulu semua Rasul. Ucapkanlah sepuluh kali!”.

Mendengar itu bathin Adam AS menjai lega. Dia lalu mengucapkan sepuluh kali sholawat atas nabi Muhammada SAW. Sebagai mahar kepada isterinya. Suatu mahar yang bernilai spiritual. Karena Nabi Muhammad SAW adalah Rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam). Hawa mendengarkannya dan menerimanya sebagai mahar.

“hai Adam, kini Aku halalkan Hawa bagimu,” perintah Allah. “dan dapatlah dia sebagai istrimu!”.

Luar biasa senangnya Adam AS. Dia bersujud syukur, lalu segera masuk ke kamar isterinya dengan ucapan salam. Hawa menyambutnya dengan segala keterbukaan dan cinta kasih yang tulus kemudian terdengar Allah SWT berfirman kepada mereka, “hai Adam diamlah engkau bersama istrimu di dalam surga dan makanlah (serta nikmatilah) apa saja yang kamu berdua ingini, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini karena (apabila mendekatinya) kamu berdua akan menjadi dzalim”. (QS.Al-A’raaf: 19).

Dengan pernikahan ini Adam AS tidak lagi merasa kesepian di dalam surga. Inilah pernikahan dan percintaan pertama dalam sejarah umat manusia yang berlangsung di dalam surga yang penuh kenikmatan. Sebuah pernikahan agung yang dihadir oleh para bidadari, jin dan disaksikan oleh para malaikat. Peristiwa pernikahan Adam dan hawa terjadi pada hari jum’at, entah berapa lama keduanya berdiam di surga, hanya Allah SWT yang tahu.

Sampai kemudian Adam dan Hawa melanggar janjinya, memakan buah Khuldi. Hukuman untuk pasangan itu adalah meninggalkan surga. Lalu keduanya bermukim di bumi, menyebar luaskan keturunan yang akan mengabdi kepada Allah SWT dengan janji bahwa surga itu tetap tersedia di hari kemudian bagi hamba-hamba yang beriman dan beramal sholeh. Firman Allah SWT, “Kami berfirman: turunlah kamu dari surga itu. Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”(QS. Al-Baqarah: 38).

Adam dan hawa diyakini sebagai manusia pertama di muka bumi. Tafsir Al-Qur’an selama ini menyebut dia diciptakan di surga bersama Hawa (Eva). Terbujuk oleh Iblis, Adam dan Hawa “diturunkan” ke bumi. Doa “Rabbanaa dhalamnaa anfusana wainlam taghfirlanaa wa tarhamnaa lanakuunannaa minal khasirin” (QS Al-A’raaf: 23) diyakini sebagai doa Adam dan Hawa yang menyesali kesalahan karena telah terbujuk Iblis.

Setelah diturunkan ke bumi. Mereka terpisah oleh jarak. Menurut legenda, Hawa diturunkan di daerah yang sekarang menjadi kota Jeddah, Saudi Arabi. “Jeddah” sendiri berarti “Nenek’ (Hawa). Legenda yang sama menyebut Adam dan Hawa bertemu kembali di Jabal Rahmah sering dijadikan symbol “Cinta” atau “Jodoh” oleh peziarah.

Adam-Hawa dikaruniai putra-putri yang lahir berpasangan. Diantaranya adalah Qabil dan Iqlima. Kemudian Habil dan labuda. Qabil sendiri bersifat kasar sedangkan Habil lembut hati. Qabil bekerja sebagai petani dan Habil peternak.atas petunjuk Allah, Adam akan menikahkan Qabil dengan Labuda, Habil dengan Iqlimatapi Qabil menolak rencana itu, karena pasangan untuknya tidak cantik. Sebab Qabil lebih menaksir dengan labuda kembarannya, yang memang sangat rupawan.

Lagi-lagi Allah memberi petunjuk. Adam kemudian menyuruh keduanya melakukan kurban. Siapa yang kurbannya diterima Allah, dia nanti yang berhak menikah dengan Labuda, Qabil mengurbankan hasil panenya yang berupa sayur, sedangkan Habil berkurban daging. Kurban-kurban itu ditaruh di puncak gunung. Ternyata korban Habil yang diterima. Tap Qabil menjadi murka. Dia kemudian membunuh Habil, dia menguburkan saudaranya itu setelah melihat burung gagak mengubur gagak lain yang mati setelah keduanya berkelahi. Riwayat ini menjadi kisah turun-temurun di kalangan arab dan yahudi yang masih ada hingga saat ini. Tapi tak disebutkan dengan pasti kapan persisinya masa hidup Adam dan hawa. Apakah dia berada pada masa sebelum atau setelah “manusia purba” seperti Homo Erectus di Hawa, Homo Pekinensis di Cina atau manusia Neanderthal di Eropa. Yang pasti kisah tentang Adam dan keluarganya memberi pelajaran tentang perlunya keteguhan manusia menghadapi godaan. Bagaimana bersikap dalam menghadapi urusan cinta, dosa, ketulusan untuk pengorbanan, juga nafsu serakah manusia. Dan juga perlu digarisbawahi bahwa membaca sholawat untuk junjungan nabi Muhammad SAW. itu bukan merupakan hal yang baru tetapi sudah dilakukan sejak nabi Adam. Kalau ada orang yang enggan bersholawat sama artinya tidak tahu sejarah asal mula manusia. “Allahumma sholli ‘alaa Muhammad…… “.

[+/-] Selengkapnya...

Category: 12 comments

Sejarah Sholawat Al barzanji

 image Al-Barzanji atau Berzanji adalah suatu do’a-do’a, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad saw yang biasa dilantunkan dengan irama atau nada. Isi Berzanji bertutur tentang kehidupan Nabi Muhammad saw yakni silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga diangkat menjadi rasul. Didalamnya juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia.

Nama Barzanji diambil dari nama pengarangnya, seorang sufi bernama Syaikh Ja’far bin Husin bin Abdul Karim bin Muhammad Al – Barzanji. Beliau adalah pengarang kitab Maulid yang termasyur dan terkenal dengan nama Mawlid Al-Barzanji. Karya tulis tersebut sebenarnya berjudul ‘Iqd Al-Jawahir (kalung permata) atau ‘Iqd Al-Jawhar fi Mawlid An-Nabiyyil Azhar. Barzanji sebenarnya adalah nama sebuah tempat di Kurdistan, Barzanj. Nama Al-Barzanji menjadi populer tahun 1920-an ketika Syaikh Mahmud Al-Barzanji memimpin pemberontakan nasional Kurdi terhadap Inggris yang pada waktu itu menguasai Irak.

Kitab Maulid Al-Barzanji karangan beliau ini termasuk salah satu kitab maulid yang paling populer dan paling luas tersebar ke pelosok negeri Arab dan Islam, baik Timur maupun Barat. Bahkan banyak kalangan Arab dan non-Arab yang menghafalnya dan mereka membacanya dalam acara-acara keagamaan yang sesuai. Kandungannya merupakan Khulasah (ringkasan) Sirah Nabawiyah yang meliputi kisah kelahiran beliau, pengutusannya sebagai rasul, hijrah, akhlaq, peperangan hingga wafatnya. Syaikh Ja’far Al-Barzanji dilahirkan pada hari Kamis awal bulan Zulhijjah tahun 1126 di Madinah Al-Munawwaroh dan wafat pada hari Selasa, selepas Asar, 4 Sya’ban tahun 1177 H di Kota Madinah dan dimakamkan di Jannatul Baqi`, sebelah bawah maqam beliau dari kalangan anak-anak perempuan Junjungan Nabi saw.

Sejarah Pengarang Maulid AlBarzanji

Sayyid Ja’far Al-Barzanji adalah seorang ulama’ besar keturunan Nabi Muhammad saw dari keluarga Sa’adah Al Barzanji yang termasyur, berasal dari Barzanj di Irak. Datuk-datuk Sayyid Ja’far semuanya ulama terkemuka yang terkenal dengan ilmu dan amalnya, keutamaan dan keshalihannya. Beliau mempunyai sifat dan akhlak yang terpuji, jiwa yang bersih, sangat pemaaf dan pengampun, zuhud, amat berpegang dengan Al-Quran dan Sunnah, wara’, banyak berzikir, sentiasa bertafakkur, mendahului dalam membuat kebajikan bersedekah,dan pemurah.

Nama nasabnya adalah Sayid Ja’far ibn Hasan ibn Abdul Karim ibn Muhammad ibn Sayid Rasul ibn Abdul Sayid ibn Abdul Rasul ibn Qalandar ibn Abdul Sayid ibn Isa ibn Husain ibn Bayazid ibn Abdul Karim ibn Isa ibn Ali ibn Yusuf ibn Mansur ibn Abdul Aziz ibn Abdullah ibn Ismail ibn Al-Imam Musa Al-Kazim ibn Al-Imam Ja’far As-Sodiq ibn Al-Imam Muhammad Al-Baqir ibn Al-Imam Zainal Abidin ibn Al-Imam Husain ibn Sayidina Ali r.a.

Semasa kecilnya beliau telah belajar Al-Quran dari Syaikh Ismail Al-Yamani, dan belajar tajwid serta membaiki bacaan dengan Syaikh Yusuf As-So’idi dan Syaikh Syamsuddin Al-Misri.Antara guru-guru beliau dalam ilmu agama dan syariat adalah : Sayid Abdul Karim Haidar Al-Barzanji, Syeikh Yusuf Al-Kurdi, Sayid Athiyatullah Al-Hindi. Sayid Ja’far Al-Barzanji telah menguasai banyak cabang ilmu, antaranya: Shoraf, Nahwu, Manthiq, Ma’ani, Bayan, Adab, Fiqh, Usulul Fiqh, Faraidh, Hisab, Usuluddin, Hadits, Usul Hadits, Tafsir, Hikmah, Handasah, A’rudh, Kalam, Lughah, Sirah, Qiraat, Suluk, Tasawuf, Kutub Ahkam, Rijal, Mustholah.

Syaikh Ja’far Al-Barzanji juga seorang Qodhi (hakim) dari madzhab Maliki yang bermukim di Madinah, merupakan salah seorang keturunan (buyut) dari cendekiawan besar Muhammad bin Abdul Rasul bin Abdul Sayyid Al-Alwi Al-Husain Al-Musawi Al-Saharzuri Al-Barzanji (1040-1103 H / 1630-1691 M), Mufti Agung dari madzhab Syafi’i di Madinah. Sang mufti (pemberi fatwa) berasal dari Shaharzur, kota kaum Kurdi di Irak, lalu mengembara ke berbagai negeri sebelum bermukim di Kota Sang Nabi. Di sana beliau telah belajar dari ulama’-ulama’ terkenal, diantaranya Syaikh Athaallah ibn Ahmad Al-Azhari, Syaikh Abdul Wahab At-Thanthowi Al-Ahmadi, Syaikh Ahmad Al-Asybuli. Beliau juga telah diijazahkan oleh sebahagian ulama’, antaranya : Syaikh Muhammad At-Thoyib Al-Fasi, Sayid Muhammad At-Thobari, Syaikh Muhammad ibn Hasan Al A’jimi, Sayid Musthofa Al-Bakri, Syaikh Abdullah As-Syubrawi Al-Misri.

Syaikh Ja’far Al-Barzanji, selain dipandang sebagai mufti, beliau juga menjadi khatib di Masjid Nabawi dan mengajar di dalam masjid yang mulia tersebut. Beliau terkenal bukan saja karena ilmu, akhlak dan taqwanya, tapi juga dengan kekeramatan dan kemakbulan doanya. Penduduk Madinah sering meminta beliau berdo’a untuk hujan pada musim-musim kemarau.

Historisitas Al-Barzanji tidak dapat dipisahkan dengan momentum besar perihal peringatan maulid Nabi Muhammad saw untuk yang pertama kali. Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad saw pada mulanya diperingati untuk membangkitkan semangat umat Islam. Sebab waktu itu umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris.

Kita mengenal itu sebagai Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 M tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan persaudaraan ukhuwah. Secara politis memang umat Islam terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan. Meskipun ada satu khalifah tetap satu dari Dinasti Bani Abbas di kota Baghdad sana, namun hanya sebagai lambang persatuan spiritual.

Adalah Sultan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi -dalam literatur sejarah Eropa dikenal dengan nama Saladin, seorang pemimpin yang pandai mengena hati rakyat jelata. Salahuddin memerintah para tahun 1174-1193 M atau 570-590 H pada Dinasti Bani Ayyub- katakanlah dia setingkat Gubernur. Meskipun Salahuddin bukan orang Arab melainkan berasal dari suku Kurdi, pusat kesultanannya berada di kota Qahirah (Kairo), Mesir, dan daerah kekuasaannya membentang dari Mesir sampai Suriah dan Semenanjung Arabia. Menurut Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Nabi mereka. Salahuddin mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini harus dirayakan secara massal.

Sebenarnya hal itu bukan gagasan murni Salahuddin, melainkan usul dari iparnya, Muzaffaruddin Gekburi yang menjadi Atabeg (setingkat Bupati) di Irbil, Suriah Utara. Untuk mengimbangi maraknya peringatan Natal oleh umat Nasrani, Muzaffaruddin di istananya sering menyelenggarakan peringatan maulid nabi, cuma perayaannya bersifat lokal dan tidak setiap tahun. Adapun Salahuddin ingin agar perayaan maulid nabi menjadi tradisi bagi umat Islam di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan semangat juang, bukan sekadar perayaan ulang tahun biasa.

Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari Khalifah di Baghdad yakni An-Nashir, ternyata Khalifah setuju. Maka pada musim ibadah haji bulan Dzulhijjah 579 H / 1183 M, Salahuddin sebagai penguasa Haramain (dua tanah suci, Mekah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji, agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera menyosialkan kepada masyarakat Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 / 1184 M tanggal 12 Rabiul Awal dirayakan sebagai hari Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam.

Pada mulanya gagasan Salahuddin ditentang oleh para ulama. Sebab sejak zaman Nabi peringatan seperti itu tidak pernah ada. Lagi pula hari raya resmi menurut ajaran agama cuma ada dua, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Akan tetapi Salahuddin kemudian menegaskan bahwa perayaan Maulid Nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syiar agama, bukan perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dapat dikategorikan bid`ah yang terlarang.

Salah satu kegiatan yang di prakarsai oleh Sultan Salahuddin pada peringatan Maulid Nabi yang pertama kali tahun 1184 (580 H) adalah menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa yang seindah mungkin. Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti kompetisi tersebut. Pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syaikh Ja`far Al-Barzanji.

Ternyata peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 H) Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjidil Aqsa menjadi masjid kembali, sampai hari ini.

Kitab Al-Barzanji ditulis dengan tujuan untuk meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah SAW dan meningkatkan gairah umat. Dalam kitab itu riwayat Nabi saw dilukiskan dengan bahasa yang indah dalam bentuk puisi dan prosa (nasr) dan kasidah yang sangat menarik. Secara garis besar, paparan Al-Barzanji dapat diringkas sebagai berikut: (1) Sislilah Nabi adalah: Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusay bin Kitab bin Murrah bin Fihr bin Malik bin Nadar bin Nizar bin Maiad bin Adnan. (2) Pada masa kecil banyak kelihatan luar biasa pada dirinya. (3) Berniaga ke Syam (Suraih) ikut pamannya ketika masih berusia 12 tahun. (4) Menikah dengan Khadijah pada usia 25 tahun. (5) Diangkat menjadi Rasul pada usia 40 tahun, dan mulai menyiarkan agama sejak saat itu hingga umur 62 tahun. Rasulullah meninggal di Madinah setelah dakwahnya dianggap telah sempurna oleh Allah SWT.

Dalam Barzanji diceritakan bahwa kelahiran kekasih Allah ini ditandai dengan banyak peristiwa ajaib yang terjadi saat itu, sebagai genderang tentang kenabiannya dan pemberitahuan bahwa Nabi Muhammad adalah pilihan Allah. Saat Nabi Muhammad dilahirkan tangannya menyentuh lantai dan kepalanya mendongak ke arah langit, dalam riwayat yang lain dikisahkan Muhammad dilahirkan langsung bersujud, pada saat yang bersamaan itu pula istana Raja Kisrawiyah retak terguncang hingga empat belas berandanya terjatuh. Maka, Kerajaan Kisra pun porak poranda. Bahkan, dengan lahirnya Nabi Muhammad ke muka bumi mampu memadamkan api sesembahan Kerajaan Persi yang diyakini tak bisa dipadamkan oleh siapapun selama ribuan tahun.

Keagungan akhlaknya tergambarkan dalam setiap prilaku beliau sehari-hari. Sekitar umur tiga puluh lima tahun, beliau mampu mendamaikan beberapa kabilah dalam hal peletakan batu Hajar Aswad di Ka’bah. Di tengah masing-masing kabilah yang bersitegang mengaku dirinya yang berhak meletakkan Hajar Aswad, Rasulullah tampil justru tidak mengutamakan dirinya sendiri, melainkan bersikap akomodatif dengan meminta kepada setiap kabilah untuk memegang setiap ujung sorban yang ia letakan di atasnya Hajar Aswad. Keempat perwakilan kabilah itu pun lalu mengangkat sorban berisi Hajar Aswad, dan Rasulullah kemudian mengambilnya lalu meletakkannya di Ka’bah.

Kisah lain yang juga bisa dijadikan teladan adalah pada suatu pengajian seorang sahabat datang terlambat, lalu ia tidak mendapati ruang kosong untuk duduk. Bahkan, ia minta kepada sahabat yang lain untuk menggeser tempat duduknya, namun tak ada satu pun yang mau. Di tengah kebingungannya, Rasulullah saw memanggil sahabat tersebut dan memintanya duduk di sampingnya.. Tidak hanya itu, Rasul kemudian melipat sorbannya lalu memberikannya pada sahabat tersebut untuk dijadikan alas tempat duduk. Melihat keagungan akhlak Nabi Muhammad, sahabat tersebut dengan berlinangan air mata lalu menerima sorban tersebut namun tidak menjadikannya alas duduk, tetapi justru mencium sorban Nabi Muhammad saw tersebut.

Bacaan shalawat dan pujian kepada Rasulullah bergema saat kita membacakan Barzanji di acara peringatan maulid Nabi Mauhammad saw, Ya Nabi salâm ‘alaika, Ya Rasûl salâm ‘alaika, Ya Habîb salâm ‘alaika, ShalawatulLâh ‘alaika… (Wahai Nabi salam untukmu, Wahai Rasul salam untukmu, Wahai Kekasih salam untukmu, Shalawat Allah kepadamu…)

Kemudian, apa tujuan dari peringatan maulid Nabi dan bacaan shalawat serta pujian kepada Rasulullah? Dr. Sa’id Ramadlan Al-Bûthi menulis dalam Kitab Fiqh Al-Sîrah Al-Nabawiyyah: “Tujuannya tidak hanya untuk sekedar mengetahui perjalanan Nabi dari sisi sejarah saja. Tapi, agar kita mau melakukan tindakan aplikatif yang menggambarkan hakikat Islam yang paripurna dengan mencontoh Nabi Muhammad saw.”

Sarjana Jerman peneliti Islam, Annemarie Schimmel dalam bukunya, Dan Muhammad adalah Utusan Allah: Penghormatan terhadap Nabi saw dalam Islam (1991), , menerangkan bahwa teks asli karangan Ja’far Al-Barzanji, dalam bahasa Arab, sebetulnya berbentuk prosa. Namun, para penyair kemudian mengolah kembali teks itu menjadi untaian syair, sebentuk eulogy bagi Sang Nabi. Pancaran kharisma Nabi Muhammad saw terpantul pula dalam sejumlah puisi, yang termasyhur: Seuntai gita untuk pribadi utama, yang didendangkan dari masa ke masa.

Untaian syair itulah yang tersebar ke berbagai negeri di Asia dan Afrika, tak terkecuali Indonesia. Tidak tertinggal oleh umat Islam penutur bahasa Swahili di Afrika atau penutur bahasa Urdu di India, kita pun dapat membaca versi bahasa Indonesia dari syair itu, meski kekuatan puitis yang terkandung dalam bahasa Arab kiranya belum sepenuhnya terwadahi dalam bahasa kita sejauh ini.

Secara sederhana kita dapat mengatakan bahwa karya Ja’far Al-Barzanji merupakan biografi puitis Nabi Muhammad saw. Dalam garis besarnya, karya ini terbagi dua: ‘Natsar’ dan ‘Nadhom’. Bagian Natsar terdiri atas 19 sub bagian yang memuat 355 untaian syair, dengan mengolah bunyi “ah” pada tiap-tiap rima akhir. Seluruhnya menurutkan riwayat Nabi Muhammad saw, mulai dari saat-saat menjelang beliau dilahirkan hingga masa-masa tatkala paduka mendapat tugas kenabian. Sementara, bagian Nadhom terdiri atas 16 sub bagian yang memuat 205 untaian syair, dengan mengolah rima akhir “nun”.

Dalam untaian prosa lirik atau sajak prosaik itu, terasa betul adanya keterpukauan sang penyair oleh sosok dan akhlak Sang Nabi. Dalam bagian Nadhom misalnya, antara lain diungkapkan sapaan kepada Nabi pujaan” Engkau mentari, Engkau rebulan dan Engkau cahaya di atas cahaya“.

Di antara idiom-idiom yang terdapat dalam karya ini, banyak yang dipungut dari alam raya seperti matahari, bulan, purnama, cahaya, satwa, batu, dan lain-lain. Idiom-idiom seperti itu diolah sedemikian rupa, bahkan disenyawakan dengan shalawat dan doa, sehingga melahirkan sejumlah besar metafor yang gemilang. Silsilah Sang Nabi sendiri, misalnya, dilukiskan sebagai “Untaian Mutiara”.

Betapapun, kita dapat melihat teks seperti ini sebagai tutur kata yang lahir dari perspektif penyair. Pokok-pokok tuturannya sendiri, terutama menyangkut riwayat Sang Nabi, terasa berpegang erat pada Alquran, hadist, dan sirah nabawiyyah. Sang penyair kemudian mencurahkan kembali rincian kejadian dalam sejarah ke dalam wadah puisi, diperkaya dengan imajinasi puitis, sehingga pembaca dapat merasakan madah yang indah.

Salah satu hal yang mengagumkan sehubungan dengan karya Ja’far Al-Barzanji adalah kenyataan bahwa karya tulis ini tidak berhenti pada fungsinya sebagai bahan bacaan. Dengan segala potensinya, karya ini kiranya telah ikut membentuk tradisi dan mengembangkan kebudayaan sehubungan dengan cara umat Islam diberbagai negeri menghormati sosok dan perjuangan Nabi Muhammad saw.

Kitab Maulid Al-Barzanji ini telah disyarahkan oleh Al-’Allaamah Al-Faqih Asy-Syaikh Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ahmad yang terkenal dengan panggilan Ba`ilisy yang wafat tahun 1299 H dengan satu syarah yang memadai, cukup elok dan bermanfaat yang dinamakan ‘Al-Qawl Al-Munji ‘ala Mawlid Al-Barzanji’ yang telah banyak kali diulang cetaknya di Mesir.

Di samping itu, telah disyarahkan pula oleh para ulama kenamaan umat ini. Antara yang masyhur mensyarahkannya ialah Syaikh Muhammad bin Ahmad ‘Ilyisy Al-Maaliki Al-’Asy’ari Asy-Syadzili Al-Azhari dengan kitab ’Al-Qawl Al-Munji ‘ala Maulid Al-Barzanji’. Beliau ini adalah seorang ulama besar keluaran Al-Azhar Asy-Syarif, bermazhab Maliki lagi Asy`ari dan menjalankan Thoriqah Asy-Syadziliyyah. Beliau lahir pada tahun 1217 H / 1802M dan wafat pada tahun 1299 H / 1882M.

Ulama kita kelahiran Banten, Pulau Jawa, yang terkenal sebagai ulama dan penulis yang produktif dengan banyak karangannya, yaitu Sayyidul Ulamail Hijaz, An-Nawawi Ats-Tsani, Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani Al-Jawi turut menulis syarah yang lathifah bagi Maulid al-Barzanji dan karangannya itu dinamakannya ‘Madaarijush Shu`uud ila Iktisaail Buruud’. Kemudian, Sayyid Ja’far bin Sayyid Isma`il bin Sayyid Zainal ‘Abidin bin Sayyid Muhammad Al-Hadi bin Sayyid Zain yang merupakan suami kepada satu-satunya anak Sayyid Ja’far al-Barzanji, juga telah menulis syarah bagi Maulid Al-Barzanj tersebut yang dinamakannya ‘Al-Kawkabul Anwar ‘ala ‘Iqdil Jawhar fi Maulidin Nabiyil Azhar’. Sayyid Ja’far ini juga adalah seorang ulama besar keluaran Al-Azhar Asy-Syarif. Beliau juga merupakan seorang Mufti Syafi`iyyah. Karangan-karangan beliau banyak, antaranya: “Syawaahidul Ghufraan ‘ala Jaliyal Ahzan fi Fadhaail Ramadhan”, “Mashaabiihul Ghurar ‘ala Jaliyal Kadar” dan “Taajul Ibtihaaj ‘ala Dhauil Wahhaaj fi Israa` wal Mi’raaj”. Beliau juga telah menulis sebuah manaqib yang menceritakan perjalanan hidup dan ketinggian nendanya Sayyid Ja’far Al-Barzanji dalam kitabnya “Ar-Raudhul A’thar fi Manaqib As-Sayyid Ja’far”.

Kitab Al-Barzanji dalam bahasa aslinya (Arab) dibacakan dalam berbagai macam lagu; rekby (dibaca perlahan), hejas (dibaca lebih keras dari rekby ), ras (lebih tinggi dari nadanya dengan irama yang beraneka ragam), husein (memebacanya dengan tekanan suara yang tenang), nakwan membaca dengan suara tinggi tapi nadanya sama dengan nada ras, dan masyry, yaitu dilagukan dengan suara yang lembut serta dibarengi dengan perasaan yang dalam

Di berbagai belahan Dunia Islam, syair Barzanji lazimnya dibacakan dalam kesempatan memeringati hari kelahiran Sang Nabi. Dengan mengingat-ingat riwayat Sang Nabi, seraya memanjatkan shalawat serta salam untuknya, orang berharap mendapat berkah keselamatan, kesejahteraan, dan ketenteraman. Sudah lazim pula, tak terkecuali di negeri kita, syair Barzanji didendangkan – biasanya, dalam bentuk standing ovation – dikala menyambut bayi yang baru lahir dan mencukur rambutnya.

Pada perkembangan berikutnya, pembacaan Barzanji dilakukan di berbagai kesempatan sebagai sebuah pengharapan untuk pencapaian sesuatu yang lebih baik. Misalnya pada saat kelahiran bayi, upacara pemberian nama, mencukur rambut bayi, aqiqah, khitanan, pernikahan, syukuran, kematian (haul), serta seseorang yang berangkat haji dan selama berada disana. Ada juga yang hanya membaca Barzanji dengan berbagai kegiatan keagamaan, seperti penampilan kesenian hadhrah, pengumuman hasil berbagai lomba, dan lain-lain, dan puncaknya ialah mau’idhah hasanah dari para muballigh atau da’i.

Kini peringatan Maulid Nabi sangat lekat dengan kehidupan warga Nahdlatul Ulama (NU). Hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal kalender hijriyah (Maulud). Acara yang disuguhkan dalam peringatan hari kelahiran Nabi ini amat variatif, dan kadang diselenggarakan sampai hari-hari bulan berikutnya, bulan Rabius Tsany (Bakda Mulud). Ada yang hanya mengirimkan masakan-masakan spesial untuk dikirimkan ke beberapa tetangga kanan dan kiri, ada yang menyelenggarakan upacara sederhana di rumah masing-masing, ada yang agak besar seperti yang diselenggarakan di mushala dan masjid-masjid, bahkan ada juga yang menyelenggarakan secara besar-besaran, dihadiri puluhan ribu umat Islam.

Para ulama NU memandang peringatan Maulid Nabi ini sebagai bid’ah atau perbuatan yang di zaman Nabi tidak ada, namun termasuk bid’ah hasanah (bid’ah yang baik) yang diperbolehkan dalam Islam. Banyak memang amalan seorang muslim yang pada zaman Nabi tidak ada namun sekarang dilakukan umat Islam, antara lain: berzanjen, diba’an, yasinan, tahlilan (bacaan Tahlilnya, misalnya, tidak bid’ah sebab Rasulullah sendiri sering membacanya), mau’idhah hasanah pada acara temanten dan mauludan.

Dalam ‘Madarirushu’ud Syarhul’ Barzanji dikisahkan, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa menghormati hari lahirku, tentu aku berikan syafa’at kepadanya di hari kiamat.” Sahabat Umar bin Khattab secara bersemangat mengatakan: “Siapa yang menghormati hari lahir Rasulullah sama artinya dengan menghidupkan Islam!”

Sumber : http://pencarisyafaat.blogspot.com/

[+/-] Selengkapnya...

Dokumen Surat Asli Nabi Muhammad Kepada Para Raja

Setelah Perjanjian Hudaibiyyah Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam memiliki kesempatan untuk berdakwah yang lebih luas. Beliau mengirimkan banyak surat kepada pembesar di berbagai negeri menyeru mereka kepada Islam.

Berikut ini adalah kisah tiga orang raja yang berbeda reaksinya ketika menerima surat dari Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam. Perbedaan reaksi ini berakibat pada perbedaan nasib yang mereka alami.
Mari kita mulai perjalanan wisata kita ke tiga negeri untuk menemui tiga orang raja.

1- Surat Nabi saw untuk Raja Negus (Penguasa Ethiopia)


Isi surat:
Dari Muhammad utusan Islam untuk An-Najasyi, penguasa Abyssinia (Ethiopia). Salam bagimu, sesungguhnya aku bersyukur kepada Allah yang tidak ada Tuhan kecuali Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, dan aku bersaksi bahwa Isa putra Maryam adalah ruh dari Allah yang diciptakan dengan kalimat Nya yang disampaikan Nya kepada Maryam yang terpilih, baik dan terpelihara. Maka ia hamil kemudian diciptakan Isa dengan tiupan ruh dari-Nya sebagaimana diciptakan Adam dari tanah dengan tangan Nya. Sesungguhnya aku mengajakmu ke jalan Allah. Dan aku telah sampaikan dan menasihatimu maka terimalah nasihatku. Dan salam bagi yang mengikuti petunjuk.
Ketika Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam menulis surat kepada An-Najasyi yakni Ashhamah bin Al-Abjar dan menyerunya kepada Islam. Raja An-Najasyi mengambil surat itu, beliau lalu meletakkan ke wajahnya dan turun dari singgasana. Beliaupun masuk Islam melalui Ja’far bin Abi Tholib radiyallahu ‘anhu.
Beliau lalu mengirimkan surat kepada Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam dan menyebutkan tentang keislamannya.
Raja An-Najasyi akhirnya meninggal dunia pada bulan Rajab tahun ke-9 Hijriyyah. Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam memberitakan hal itu pada hari wafatnya lalu melakukan shalat ghaib untuknya. Beliau juga mengabarkan bahwa Raja An-Najasyi kelak akan masuk surga.

2- Surat Nabi saw untuk Raja Heraclius (Kaisar Romawi)


Isi surat:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad utusan Allah untuk Heraclius Kaisar Romawi yang agung. Salam bagi siapa yang mengikuti petunjuk. Salain dari pada itu, sesungguhnya aku mengajak kamu untuk memeluk Islam. Masuklah kamu ke agama Islam maka kamu akan selamat dan peluklah agama Islam maka Allah memberikan pahalah bagimu dua kali dan jika kamu berpaling maka kamu akan menanggung dosa orang orang Romawi. “Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. Al-Imron 64
Ketika Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam mengirim surat kepada Kaisar Heraklius dan menyerukan kepada Islam. Pada waktu itu Kaisar sedang merayakan kemenangannya atas Negeri Persia.
Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam telah mengirim Dihyah bin Khalifah Al-Kalby sebagai utusan kepada Kaisar Heraklius penguasa Kekaisaran Romawi, negara adi daya pada masa itu. Sang Kaisar pun berkeinginan untuk melakukan penelitian guna memeriksa kebenaran kenabian Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam. Maka beliau memerintahkan untuk mendatangkan seseorang dari Bangsa Arab ke hadapannya.
Abu Sufyan rodhiyaullahu ‘anhu, waktu itu masih kafir, dan rombongannya segera dihadirkan di hadapan Kaisar. Beliau diminta berdiri paling depan sebagai juru bicara karena memiliki nasab yang paling dekat dengan Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam. Rombongan yang lain berdiri di belakangnya sebagai saksi, sehingga beliau tidak berani berbohong. Itulah strategi Kaisar untuk mendapatkan keterangan yang valid.
Maka berlangsunglah dialog yang panjang antara Kaisar dengan Abu Sufyan rodhiyaullahu ‘anhu. Kaisar Heraklius adalah seorang yang cerdas dengan pengetahuan yang luas. Beliau bertanya dengan taktis dan mengarahkannya kepada ciri seorang nabi. Abu Sufyan rodhiyaullahu ‘anhu juga seorang yang cerdas dan bisa membaca arah pertanyaan Sang Kaisar. Namun beliau dipaksa berkata benar walaupun berusaha memberi sedikit bias.
Hasil Penelitian
Di akhir dialog Sang Kaisar mengutarakan pendapatnya. Inilah ciri-ciri seorang nabi menurut pandangannya dan sebagaimana telah dia baca di dalam Injil. Ternyata semua ciri yang tersebut ada pada diri Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam.
Nasab
Para Rasul diutus dalam keadaan memiliki nasab-nasab yang baik pada kaumnya. Yaitu dari keluarga yang terhormat dan memiliki kedudukan yang tinggi. Semacam tokoh masyarakat.
Ajaran baru
Tidak ada seorangpun sebelum dia yang mengatakan perkataan seperti itu (yakni ajaran Islam). Seandainya telah ada yang mengatakan sebelumnya, maka dia hanyalah orang yang meniru-niru perkataan yang pernah dikatakan oleh orang sebelumnya. Kalau istilah sekarang : hanya copy paste.
Perintah rasul
Rasul memerintahkan untuk beribadah kepada Allah, tidak melakukan kesyirikan kepada-Nya dengan sesuatupun, serta melarang untuk beribadah kepada para berhala. Rasul memerintahkan untuk mengerjakan shalat, membayar zakat, dan menjaga kehormatan diri.
Inilah benang merah dakwah seluruh rasul. TAUHID.
Bukan keturunan raja
Tidak ada dari ayah dan kakek-kakeknya yang menjadi raja. Seandainya ada tentu dia hanya orang yang menginginkan tahta dari ayah dan kakeknya. Hanya menginginkan sesuatu yang masih bersifat duniawi. Sedangkan para rasul sangat jauh dari hal-hal semacam ini.
Bukan pendusta
Orang yang tidak meninggalkan tindakan dusta atas nama manusia, ia akan berdusta atas nama Allah. Orang yang berdusta akan melakukan apa saja untuk mendukung kedustaannya termasuk bersumpah atas nama Allah.
Bukan penipu
Para rasul tidak pernah menipu. Apalagi menipu untuk kepentingan pribadi yang bersifat duniawi. Seorang rasul tidak butuh kepada dunia kecuali sekadar untuk mendukung dakwah yang diembannya.
Pengikut
Pengikut para rasul adalah orang-orang lemah dan jumlah mereka terus bertambah. Tidak ada di antara pengikutnya yang murtad karena kesal dengan agamanya. Demikianlah keimanan ketika telah bercampur sifat kelapangannya dengan hati.
Kesimpulan
Kaisar Heraklius telah mengetahui tentang Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam dan membenarkan kenabian beliau dengan pengetahuan yang lengkap. Akan tetapi ia dikalahkan rasa cintanya atas tahta kerajaan, sehingga ia tidak menyatakan keislamannya. Ia mengetahui dosa dirinya dan dosa dari rakyatnya sebagaimana telah dijelaskan oleh Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam.
Dengan kecerdasan dan keluasan ilmunya Kaisar bisa mengetahui kebenaran kenabian Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan Kaisar menyatakan :
“Dia (maksudnya Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam) kelak akan mampu menguasai wilayah yang dipijak oleh kedua kakiku ini.”
Sedang saat itu Kaisar sedang dalam perjalanan menuju Baitul Maqdis.
Abu Sufyan rodhiyaullahu ‘anhu menceritakan dialog ini setelah masuk Islam dengan keislaman yang sangat baik, sehingga hadits ini diterima.
Kaisar lalu memuliakan Dihyah bin Khalifah Al-Kalby dengan menghadiahkan sejumlah harta dan pakaian.
Kaisar memuliakan surat dari Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam namun masih lebih mencintai tahtanya. Akibatnya adalah di dunia Allah Subhanahu wa Ta’ala memanjangkan kekuasaannya. Namun dia harus mempertanggungjawabkan kekafirannya di akhirat kelak.
3- Surat Nabi saw untuk Raja Khosrau II (Penguasa Persia)



Isi surat:

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad utusan Allah untuk Khosrau, penguasa Persia yang agung. Salam bagi orang yang mengikuti petunjuk, beriman kepada Allah dan RasulNya, dan bagi orang yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah, Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bagi yang bersaksi bawha Muhammad itu hamba Nya dan utusan Nya. Aku mengajakmu kepada panggilan Allah sesungguhnya aku adalah utusan Allah bagi seluruh manusia supaya aku memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir. Peluklah agama Islam maka kamu akan selamat. Jika kamu menolak maka kamu akan menanggung dosa orang orang Majusi.

Ketika Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam mengirim surat kepada Kisra Abrawaiz raja dari Negeri Persia dan menyerunya kepada Islam. Namun ketika surat itu dibacakan kepada Kisra, iapun merobeknya sambil berkata, ”Budak rendahan dari rakyatku menuliskan namanya mendahuluiku.
Ketika berita tersebut sampai kepada Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam, beliaupun mengatakan, ”Semoga Allah mencabik-cabik kerajaannya.”
Doa tersebut dikabulkan. Persia akhirnya kalah dalam perang menghadapi Romawi dengan kekalahan yang menyakitkan. Kemudian iapun digulingkan oleh anaknya sendiri yakni Syirawaih. Ia dibunuh dan dirampas kekuasaannya.
Seterusnya kerajaan itu kian tercabik-cabik dan hancur sampai akhirnya ditaklukkan oleh pasukan Islam pada jaman Khalifah Umar bin Khaththab radiyallahu ‘anhu hingga tidak bisa lagi berdiri. Selain itu Kisra masih harus mempertanggung-jawabkan kekafirannya di akhirat kelak.


Sumber : Majelis Fathulhidayah

http://pencarisyafaat.blogspot.com

[+/-] Selengkapnya...

Category: 0 comments

Raihlah syafaatku Bagi Yang Mengucap Laa Ilaaha Illallah

لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ

(صحيح البخاري)


Sabda Rasulullah saw :
Sungguh telah kukira wahai Abu Hurairah (ra) bahwa tiada yang menanyakanku mengenai hadits ini yang pertama darimu, dari apa-apa yang kulihat atas penjagaanmu pada hadits ini, yang paling bahagia dengan syafaatku dihari kiamat adalah yang mengucap Laa ilaaha illallah (Tiada Tuhan Selain Allah) ikhlas dari hatinya dan dirinya” (Shahih Bukhari)

ImageAssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha melimpahkan keberkahan, dan keberkahan adalah anugerah yang kemuliaan-Nya dilipatgandakan baik zhahir atau pun bathin, maka di bulan Rajab ini keberkahan dilimpahkan seluas-luasnya oleh Allah subhanahu wata’ala di malam-malam doa, malam-malam dzikir dan munajat. Bulan Rajab yang merupakan salah satu bulan haram, dimana Allah melimpahkan keberkahan kepada hamba-hamba-Nya, ummat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam . Sedemikian banyak doa-doa yang

dikabulakan oleh Allah di bulan mulia ini, dan sedemikian banyak musibah yang disingkirkan oleh Allah di bulan ini lebih dari bulan-bulan lainnya, sedemikian banyak kesulitan yang disingkirkan oleh Allah di bulan ini, pertolongan Allah turun dan limpahan anugerah dicurahkan, maka perbanyaklah berprasangka baik kepada Yang Maha Dermawan, karena rasa syukur dan sangka baik itu membuka anugerah yang lebih besar dari Allah subhanahu wata’ala. Allah telah bersumpah dengan sumpah luhur dalam firman-Nya, bahwa siapa yang bersyukur atas ni’mat Allah maka Allah lipatgandakan kenikmatan-Nya :

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

( إبراهيم : 7 )


"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". ( QS. Ibrahim : 7 )
Maka dekatlah kepada Yang Maha memiliki dunia dan akhirah, Maha menjauhkan segala apa yang kita risaukan karena Allah subhanahu wata’ala siap memberikan semua itu kepada yang dikehendaki-Nya, maka mohonlah dan ketuklah gerbang kedermawanan Allah, kasih sayang-Nya diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang meminta. Jika mereka mendapatkan kesulitan di dunia, maka sungguh kesulitannya akan diperkecil dan segera dibukakan bagi mereka kemudahan di dunia dan akhirah. Demikianlah Allah melimpahkan keberkahan kepada ummat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

اَللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

“ Ya Allah berilah keberkahan kepada kami di bulan Rajab, dan Sya’ban dan sampaikanlah kami pada Ramadhan”
Wahai pemilik Rajab, wahai pemilik Sya’ban, wahai pemilik Ramadhan, Engkaulah Yang melimpahkan anugerah-anugerah besar di bulan-bulan ini melebihi bulan-bulan lainnya, maka sertakan nama-nama kami semua berada diantara kelompok yang mendapatkan anugerah besar zhahiran wa bathinan. Ya Allah, nama yang teragung yang memulai segenap keluhuran, nama Yang Maha berhak memberikan segala kebahagiaan, Yang Maha membatasi atau tidak membatasinya, sungguh Allah subhanahu wata’ala Maha memberi tanpa mempedulikannya lagi, Maha memaafkan tanpa mempertanyakannya lagi, Maha mengangkat derajat tanpa mempedulikan hamba-Nya meskipun ia adalah pendosa besar namun jika Allah ingin mengangkat derajatnya maka ia akan berubah menjadi orang yang sangat mulia, sebagaimana firman-Nya :

إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

( الفرقان : 70 )


“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. ( QS. Al Furqan : 70 )
Mereka yang berbuat dosa kemudian bertobat dan meninggalkan kehinaan menuju keluhuran meninggalkan dosa-dosa semampunya menuju hal-hal yang lebih luhur, serta memohon pengampunan atas dosa yang masih ia perbuat dan belum mampu ia tinggalkan, maka Allah mengganti seluruh dosa mereka menjadi pahala. Adakah yang lebih dermawan dari Allah, kesalahan diganti dengan pahala?! Maka kuatkanlah makna kalimat لا إله إلا اللهdalam hatimu, karena tidak ada yang bisa membuat kesalahan, kejahatan, dan kehinaan berubah menjadi pahala kecuali Allah. Mereka yang berdosa lalu bertobat, beriman kemudian berbuat baik maka Allah ganti kesalahan-kesalahan mereka dengan pahala. Adakah Yang lebih berkasih sayang dari-Nya?, maka Allah subhanahu wata’ala bertanya kepada hamba-Nya dalam firman-Nya :

يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ، الَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ

( الإنفطار : 6-7 )


“Wahai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang”. ( QS. Al Infithaar : 6-7 )
Tidak ada yang lebih dermawan dari Allah subhanahu wata’ala yang telah menciptakan kita dengan penciptaan yang sempurna. Semoga Allah subhanahu wata’ala melimpahkan kepada kita rahasia kemuliaan bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan, rahasia kemuliaan malam dan siang yang terpendam di dalamnya rahasia keluhuran Allah yang tidak kita ketahui dan Allah limpahkan kepada kita. Sebagaimana orang yang yang tidak meminta-minta namun diberi, misalnya orang faqir yang lewat di jalan kemudian ada orang yang kasihan terhadapnya lalu diberi tanpa ia memintanya bahkan ia tidak mengetahui bahwa ia akan diberi, demikian pula keadaan kita terhadap Allah,

يَارَبِّ أَنْتَ قُلْتَ تَصَدَّقُوْا عَلَى اْلفُقَرَاءِ وَنَحْنُ اْلفُقَرَاءُ إِلَيْكَ فَتَصَدَّقْ عَلَيْنَا بِرَحْمَتِكَ

“Ya Rabb, Engkau berfirman : “bershadaqahlah kepada orang-orang faqir”, dan kami adalah fuqara’ dihadapan-Mu, maka bershadaqahlah kepada kami dengan kasih sayang-Mu”
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Sampailah kita pada hadits luhur ini, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Abu Hurairah : “ Wahai Abu Hurairah, aku tau bahwa tidak ada seseorang yang menanyakan tentang hadits ini selain engkau”, karena Abu Hurairah banyak duduk bersama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sedangkan kebanyakan sahabat yang lainnya dari kaum Anshar dan Muhajirin bekerja namun Abu Hurairah tidak bekerja, beliau hanya duduk di rumah Rasulullah bersama ahlu suffah untuk mempelajari hadits, kemudian mengajarkannya kepada mereka pra sahabat yang sibuk, dimana ketika mereka ada waktu luang mereka datang dan bertanya kepada Abu Hurairah, tentang ayat yang baru turun atau hadits yang baru diucapkan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam karena Abu Hurairah selalu duduk bersama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan ketika Abu Hurairah bertanya kepada Rasulullah tentang orang yang paling beruntung mendapatkan syafaat kelak di hari kiamat, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ

“Orang yang paling beruntung mendapat syafaatku dihari kiamat adalah yang mengucapkan Laa ilaaha illallah (Tiada Tuhan Selain Allah), ikhlas dari hatinya atau dari dirinya”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, shahib As Syafa’ah, shahib al mi’raj, shahib Al Makkah wa Al Madinah, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa : “Orang yang paling beruntung mendapatkan syafaatku kelak di hari kiamat adalah orang yang mengucapkan لا إله إلا الله ikhlas dari dalam hatinya atau dari dirinya”. Dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany di dalam Fath Al Baari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa maksud dari hadits ini bukan hanya kalimat لا إله إلا الله saja namun yang dimaksud adalaha لا إله إلا الله محمد رسول الله , namun Rasulullah bersabda dan meringkasnya hanya dengan kalimat لا إله إلا الله saja. Hadits ini menjelaskan juga bahwa semakin kita mendalami dan memahami makna لا إله إلا الله , maka akan semakin cepat kita mendapkan syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena seluruh hakikat ibadah tiadalah berarti tanpa kalimatلا إله إلا الله , yang merupakan permulaan iman dan tidak akan pernah ada akhirnya, ketika ia melakukan ibadah-ibadah yang lainnya seperti shalat, puasa, zakat dan haji kesemua itu hakikatnya adalah dalam keadaan islam dengan berkeyakinanan لاإله إلا الله . Al Imam Ibn Hajar menjelaskan bahwa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga memberi syafaat kepada orang non muslim, orang munafik, para pendosa, sebagaimana beliau memberi syafaat kepada para shalihin, sebagaimana Abu Thalib yang sebagian pendapat mengatakan bahwa ia telah wafat dalam keadaan di luar Islam, namun disyafaati oleh nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana riwayat Shahih Al Bukhari dimana Abu Thalib berada di dalam jurang neraka namun Rasulullah memberinya syafaat sehingga dia hanya berada di pinggir neraka, dan insyaallah akan mendapatkan syafaat lagi kelak di hari kiamat, karena disebutkan pula bahwa Abu Thalib wafat dalam keadaan Islam namun tidak mau mengucapkan لاإله إلا الله , bukan karena ia ingkar terhadap kalimat لاإله إلا الله akan tetapi karena ia khawatir jika mengucapakannya maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan semakin dipersulit oleh kuffar quraisy di saat itu, maka Abu Thalib tidak mau mengucapkannya, padahal sudah diperintah oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan menolak perintah Rasulullah adalah dosa yang sangat besar karena bisa menyebabkan sampai pada kekufuran, inilah dosa Abu Thalib, namun tetap disyafaati oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan Rasulullah juga mensyafaati para pendosa, sebagaimana yang dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany di dalam Fath Al Baari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa diantara mereka para pendosa ada yang telah masuk ke dalam neraka lalu dikeluarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, diantara mereka ada yang akan masuk neraka namun Rasulullah beri ia syafaat sehingga tidak masuk ke dalam neraka, dan adapula yang telah layak untuk masuk neraka namun dibatalkan karena syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, adapula yang memang tidak masuk neraka namun ia menghadapi hisab yang sangat lama dan sulit kemudian dipermudah oleh Rasulullah dengan syafaatnya, diantara mereka ada yang seharusnya menjalani hisab sebelum masuk ke surga namun diberi syafa’at oleh Rasulullah sehingga tidak perlu dihisab lagi dan langsung memasuki surga, ada juga yang telah masuk ke dalam surga kemudian disyafaati oleh Rasulullah agar dinaikkan ke derajat yang lebih tinggi di surga, beliaulah shahib as syafaah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan dalam riwayat yang tsiqah ketika malam Isra’ Mi’raj nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berhadapan dengan Allah, dan Allah berfirman kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam :“wahai Muhammad, langit itu milik siapa?”, nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “milik-Mu wahai Allah”, kemudian Allah bertanya lagi : “Bumi milik siapa?”,nabi menjawab : “milik-Mu wahai Allah”, lalu Allah subhanahu wata’ala bertanya lagi : “dan engkau milik siapa wahai Muhammad?” nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “milik-Mu wahai Allah”, kemudian Allah bertanya lagi : “dan Aku milik siapa wahai Muhammad?”,nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menjawab namun beliau hanya menunduk, maka Allah berkata : “Aku adalah milik hamba-hamba-Ku yang bershalawat kepadamu wahai Muhammad”. Sungguh beruntung ummat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang bershalawat kepadanya. Allah subhanahu wata’ala berfirman :

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

( الأحزاب : 56 )


“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. ( QS. Al Ahzaab : 56 )
Oleh karena itu kita gembira karena mejelis shalawat semakin hari semakin banyak dan berkembang, di wilayah Jakarta semakin dahsyat, di luar kota dan di luar negeri pun semakin dahsyat, saat ini di Singapura bergemuruh dengan shalawat kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga Allah menjaga dan menjauhkan kita dari kelompok orang yang selalu membid’ahkan shalawat kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, semoga mereka diberi hidayah oleh Allah subhanahu wata’ala, dan jangan sampai kita terjebak lagi dalam kelompok ini apalagi dipimpin oleh orang-orang dari kelompok ini, wal ‘iyadzubillah, kita tidak mau dipimpin kecuali oleh orang-orang yang memuliakan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Alhamdulillah malam Rabu yang akan datang adalah ulang tahun DKI Jakarta yang ke-484 dan kali ini akan dirayakan dengan maulid nabi dan shalawat kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian dengan dzikir يا الله 1000 x, semoga melimpahkan kemakmuran di Jakarta dan seluruh wilayah di barat dan timur, amin.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Kembali ke hadits tadi, sebagaimana yang dijelaskan juga oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany bahwa disunnahkan untuk mengualng-ulang dan memperbanyak ucapan kalimat لا إله إلا الله , berbeda dengan kelompok yang selalu membid’ahkan orang-orang yang mengucapkan tahlil ( لا إله إلا الله ), padahal telah Allah firmankan atas orang-orang yang menentang Islam bahwa ketika kalimat لا إله إلا الله diucapkan dihadapan mereka maka mereka menyombongkan diri dan menolak ucapan itu. Mereka tidak menghendaki jika kalimat لاإله إلا الله diperbanyak, semoga Allah melimpahkan hidayah kepada mereka, amin. Semoga Jakarta ini menjadi kota orang-orang yang cinta bershalawat kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadirin-hadirat, Dalam hadits tadi juga dijelaskan bahwa Abu Hurairah adalah seorang yang sangat berbakti kepada ibunya. Diriwayatkan di dalam Shahih Muslim suatu ketika Abu Hurairah datang kepada Rasulullah dalam keadaan menangis, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya : “wahai Abu Hurairah apa yang membuatmu menangis?”, maka Abu Hurairah berkata : “wahai Rasulullah, aku telah menyuruh ibuku untuk masuk Islam namun ia tidak mau, dan hari ini mengucapkan kalimat yang sangat menyakitkan hatiku karena telah menjelek-jelek kan namamu wahai Rasulullah, maka doakanlah ibuku supaya mendapatkan hidayah dan masuk Islam”, kemudian Rasulullah mengangkat kedua tangannya dan berdoa : “Ya Allah berilah hidayah kepada ibu Abu Hurairah”, lalu Abu Hurairah pulang dan belum sampai di rumahnya ia mendengar suara air, kemudian ibunya berkata : “jangan masuk dulu”, kemudian Abu Hurairah mendapati ibunya telah selesai mandi dan menggunakan pakaian yang tertutup dengan mengenakan jilbab, maka setelah Abu Hurairah masuk ke dalam rumah ia berkata : أشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله , menangislah Abu Hurairah, lalu mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata : “wahai Rasulullah, ibuku telah masuk Islam di tanganku, ketika aku pulang aku dapati ia selesai mandi dan memakai pakaian yang tertutup dan memakai jilbab kemudian mengucap syahadat “, itu karena dari doa sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dari sini kita memahami, dan supaya tidak terjebak dalam memahami firman Allah subhanahu wata’ala :

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

( الحجرات : 13 )


“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu”. (QS. Al Hujurat: 13 )
Orang yang mulia di sisi Allah tergantung pada ketakwaanya, namun bukan hanya itu, karena ada orang yang mulia di sisi Allah namun bukan karena ketakwaannya, tetapi karena doa orang lain, sebagaimana ibu Abu Hurairah yang dulunya adalah seorang kafir dan mencaci maki Rasulullah, namun karena telah didoakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka berubah menjadi mu’minah shalihah, padahal ia mencaci nabi namun didoakan oleh beliau dan dikabulkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana kisah antara nabi Musa As dan nabi Khidir As dalam surah Al Kahfi, dimana ketika nabi Khidir As diutus untuk menemui nabi Musa AS dan mengajarinya tentang takdir-takdir Ilahi. Kisah ini sangat panjang namun secara singkat ketika nabi Musa As bertemu dengan nabi Khidir As, nabi Musa As berkata kepada nabi Khidir : “izinkanlah aku ikut bersamamu untuk kau ajari aku tentang ilmu yang egkau ketahui?”,  nabi Khidir berkata: “sungguh engkau tidak akan bisa sabar bersama denganku”,  nabi Musa AS menjawab: “Insyaallah aku akan bisa bersabar dan tidak akan melanggar perintahmu”,  lalu nabi Khidir berkata:  “Jika kau ikut bersamaku, maka jangan engkau bertanya tentang sesuatu sampai aku yang mengatakannya kepadamu”. Maka keduanya berjalan hingga menaiki sebuah perahu lalu nabi Khidir membocorkan perahu itu, maka nabi Musa berkata: “mengapa engkau membocori perahu itu untuk menenggelamkan orang-orang di dalamnya, sungguh engkau telah berbuat kesalahan”,  maka nabi Khidir berkata : “bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa engkau tidak akan bisa sabar mengikutiku”, maka nabi Musa berkata :  “baiklah maafkan aku, sungguh aku telah lupa”,  kemudian mereka melanjutkan perjalanan sehingga mereka menemui seorang anak kecil maka dibunuhlah anak kecil itu oleh nabi Khidir, lalu nabi Musa As berkata : “mengapa engkau membunuh anak kecil yang tidak berdosa?”,  maka nabi Khidir kembali berkata : “bukankah telah aku katakan padamu, engkau tidak akan mampu bersabar bersamaku”, maka nabi Musa kembali berkata : “baiklah maafkan aku, jika nanti aku bertanya lagi kepadamu akan sesuatu maka tinggalkanlah aku”, mereka pun kembali melanjutkan perjalanan dan ketika tiba di sebuah perkampungan, maka penduduk kampung itu tidak mau menerima mereka dan tidak mau menjamu mereka, lalu disana mereka menemukan sebuah dinding rumah yang telah rapuh dan hampir roboh, maka nabi Khidir memperbaiki dan membangun kembali dinding rumah itu, maka nabi Musa berkata : “jika engkau mau, engkau bisa meminta imbalan untuk hal itu”, kemudian nabi Khidir berkata : “inilah akhir pertemuanku denganmu, aku akan menjelaskan kepadamu akan hal-hal yang tidak mampu engkau bersabar atasnya, ketahuilah bahwa perahu yang kubocorkan tadi adalah milik orang miskin yang bekerja di laut, dan aku merusaknya hingga perahu itu tenggelam karena dihadapan mereka ada seorang raja yang akan merampas setiap perahu, adapun anak muda (kafir) itu kubunuh, karena kedua orang tuanya adalah orang yang beriman dan aku khawatir dia akan memaksa kepada kesesatan dan kekafiran dan Allah akan menggantikannya dengan anak lain yang lebih baik darinya, dan tembok rumah yang kubangun itu adalah milik dua anak yatim di kampung itu, yang dibawahnya ada pendaman harta untuk mereka yang mana ayah mereka adalah orang shalih, maka Allah berkehendak agar anak yatim itu dewasa kemudian mereka mengeluarkan harta itu sebagai rahmat dari Allah”. Maka Allah menjaga harta itu untuk kedua anak yatim itu karena ayah mereka adalah orang yang shalih, dan bukan karena kedua anak yatim itu yang shalih.  Jadi hidayah itu bisa dikarenakan ketakwaan kita, bisa juga karena ketakwaan dan doa orang lain, atau doa seorang anak terhadap ayah ibunya, seperti doa Abu Hurairah, atau karena doa orang tua terhadap anaknya, maka kemuliaan itu bisa datang dari mana saja namun tetap dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala. Demikian rahasia kemuliaan di dalam kehidupan kita yang harus kita fikirkan, berhati-hatilah dalam melewati kehidupan ini, janganlah menjauh dari para shalihin apalagi memusuhi dan mengganggu para shalihin, baik mereka yang masih hidup atau pun yang telah wafat. Cintailah para shalihin, baik yang masih hidup atau pun yang telah wafat, khususnya pemimpin para shalihin, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Hati-hati terhadap kelompok yang tidak ingin dan tidak mau memuliakan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena hal ini ada perbuatan iblis, dimana salah satu sifat iblis adalah tidak mau memuliakan makhluk yang dimuliakan Allah, tidak mau bersujud kepada nabi Adam, kenapa? karena nabi Adam adalah makhluk yang diciptakan dari tanah, sejak puluhan ribu tahun iblis bersujud kepada Allah, namun tidak mau ketika diperintah untuk bersujud kepada nabi Adam As. Dan kita tidak diperintah untuk bersujud kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, namun kita diperintah oleh Allah untuk memuliakan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka wajib memulikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
( الحجرات : 2 )

“ Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu , sedangkan kamu tidak menyadari.” ( QS. Al Hujurat : 2 )
Di masa pemerintahan sayyidina Umar bin Khattab RA, dimana ketika datang dua orang ke Madinah Al Munawwarah dan mereka masuk ke dalam masjid An Nabawy dan mengeraskan suara mereka disana, maka sayyidina Umar yang di saat itu menjadi khalifah bertanya :“kalian datnag dari mana?”, mereka menjawab: “ kami datang dari Najd” maka sayyidina Umar berkata : “jika kalian penduduk Madinah maka akan aku cambuk kalian karena telah mengeraskan suara di dekat jasad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”, padahal Rasulullah telah wafat. Al Imam Malik Ar, guru dari Al Imam As Syafi’i Ar, beliau tidak pernah memakai sandal jika berada di Madinah karena memuliakan rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, padahal panas matahari di saat itu sangat menyengat, dan beliau ( Al Imam Malik) jika membaca hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka tidak boleh ada orang yang bersuara, karena jika ada yang bersuara atau mengeraskan suara ketika hadits Rasulullah dibaca maka sama halnya dengan mengeraskan suara di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Alhamdulillah kita di majelis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berada di dalam naungan Allah subhanahu wata’ala.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Akhir dari penyampaian saya, sebagian orang ada yang bertanya-tanya dan hal ini perlu diperjelas : “Habib Munzir kok mobilnya ganti-ganti, cakep-cakep terus?!”. Alhamdulillah, namun saya sampaikan bahwa saya tidak mempunyai mobil, dan saya tidak pernah berfikir untuk punya mobil. Saya sampaikan bahwa angsuran mobil Galant sudah lunas, tentunya dengan cara kredit yang islami, insyaallah pertemuan yang akan datang kita akan membahas masalah ini agar tidak terkena riba dalam hal kredit ini. Setelah angsurannya lunas saya jual mobil itu untuk membiayai dakwah Majelis Rasulullah ini, jika ada mobil milik majelis maka boleh-boleh saja dan jika saya wafat maka bukan warisan untuk keluarga saya, dan jika istri saya yang punya mobil maka boleh-boleh saja, namun saya pribadi tidak punya mobil dan tidak pula punya rumah, rumah saya mengontrak, saya tidak mau punya rumah atau harta, cukuplah cinta kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.“Habib kok begitu, tapi kenyataannya kan ada mobil?”, orang lain yang meminjamkan untuk dipakai seminggu atau dua minggu supaya berkah, ada pula yang menyiapkannya dan lainnya, maka janganlah kalian sampai kebingungan dan bertnya-tanya akan hal itu. Saya doakan semoga kalian semua makmur dengan rahmat dan keberkahan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak memiliki apa-apa namun para sahabat banyak yang kaya raya, diantaranya sayyidina Utsman bin ‘Affan, sayyidina Abdurrahman bin ‘Auf dan yang lainnya banyak dilimpahi keluasan, kemudian digunakan untuk membantu nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan para jama’ah yang sekarang biasa membantu dengan berinfak 500 atau 1000 rupiah, mudah-mudahan satu atau dua tahun kedepan bisa membantu dengan mobil, amin. Mohon maaf hal ini saya sampaikan hanya sekedar penjelasan saja.
Selanjutnya kita berdoa bersama semoga Allah subhanahu wata’ala melimpahkan rahmat dan keberkahan kepada kita, semoga acara-acara yang akan kita adakan sukses, semua niat dan hajat kita dikabulkan oleh Allah subhanahu wata’ala, semoga Allah subhanahu wata’ala melimphakan kemakmuran untuk aku dan kalian di dunia dan akhirat…

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا ...

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا اللهُ رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ... مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ

.

SUMBER :

http://www.majelisrasulullah.org

[+/-] Selengkapnya...

Membaca Shalawat untuk Nabi

Membaca shalawat adalah salah satu amalan yang disenangi orang-orang NU, disamping amalan-amalan lain semacam itu. Ada shalawat “Nariyah”, ada “Thibbi Qulub”. Ada shalawat “Tunjina”, dan masih banyak lagi. Belum lagi bacaan “hizib” dan “rawatib” yang tak terhitung banyaknya. Semua itu mendorong semangat keagamaan dan cita-cita kepada Rasulullah sekaligus ibadah.
Salah satu hadits yang membuat kita rajin membaca shalawat ialah: Rasulullah bersabda: Siapa membaca shalawat untukku, Allah akan membalasnya 10 kebaikan, diampuni 10 dosanya, dan ditambah 10 derajat baginya. Makanya, bagi orang-orang NU, setiap kegiatan keagamaan bisa disisipi bacaan shalawat dengan segala ragamnya.
Salah satu shalawat yang sangat popular ialah “Shalawat Badar”. Hampir setiap warga NU, dari anak kecil sampai kakek dan nenek, dapat dipastikan melantunkan shalawat Badar. Bahkan saking populernya, orang bukan NU pun ikut hafal karena pagi, siang, malam, acara dimana dan kapan saja “Shalawat Badar” selalu dilantunkan bersama-sama.
Shalawat yang satu ini, “shalawat Nariyah”, tidak kalah populernya di kalangan warga NU. Khususnya bila menghadapi problem hidup yang sulit dipecahkan maka tidak ada jalan lain selain mengembalikan persoalan pelik itu kepada Allah. Dan shalawat Nariyah adalah salah satu jalan mengadu kepada-Nya.
Salah satu shalawat lain yang mustajab ialah shalawat Tafrijiyah Qurtubiyah, yang disebut orang Maroko shalawat Nariyah karena jika mereka (umat Islam) mengharapkan apa yang dicita-citakan, atau ingin menolak apa yang tidak disuka, mereka berkumpul dalam satu majelis untuk membaca shalawat Nariyah ini sebanyak 4444 kali, tercapailah apa yang dikehendaki dengan cepat bi idznillah. Shalawat ini juga oleh para ahli yang tahu rahasia alam.
Imam Dainuri memberikan komentarnya: Siapa membaca shalawat ini sehabis shalat (fardlu) 11 kali digunakan sebagai wiridan maka rejekinya tidak akan putus, disamping mendapatkan pangkat/kedudukan dan tingkatan orang kaya. (Khaziyat al-Asrar, hlm 179)
Simak sabda Rasulullah SAW berikut ini:

وَأخْرَجَ ابْنُ مُنْذَة عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ الله عَنهُ أنّهُ قال قال َرسُوْلُ اللهِ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ: مَنْ صَلّى عَلَيَّ كُلّ يَوْمٍ مِئَة مَرّةٍ – وَفِيْ رِوَايَةٍ – مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي اليَوْمِ مِئَة مَرّةٍ قَضَى اللهُ لَهُ مِئَة حَجَّةٍ – سَبْعِيْنَ مِنْهَا في الأخِرَةِ وَثَلاثِيْنَ فِي الدُّنْيَا – إلى أنْ قال – وَرُوِيَ أن النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عليه وسلم قال : اكْثَرُوا مِنَ الصَّلاةِ عَلَيَّ فَإنّهَا تَحِلُّ اْلعَقْدَ وَتَفْرجُ الكُرَبَ – كَذَا فِيْ النزهَةِ

Hadits Ibnu Mundah dari Jabir, ia mengatakan: Rasulullah SAW bersabda: Siapa membaca shalawat kepadaku 100 kali maka Allah akan mengijabahi 100 kali hajatnya; 70 hajatnya di akhirat, dan 30 di dunia. Sampai kata-kata … dan hadits Rasulullah yang mengatakan: Perbanyaklah shalawat kepadaku karena dapat memecahkan masalah dan menghilangkan kesedihan. Demikian seperti tertuang dalam kitab an-Nuzhah.
Rasulullah di alam barzakh mendengar bacaan shalawat dan salam dan dia akan menjawabnya sesuai jawaban yang terkait dari salam dan shalawat tadi. Seperti tersebut dalam hadits. Rasulullah SAW bersabda: Hidupku, juga matiku, lebih baik dari kalian. Kalian membicarakan dan juga dibicarakan, amal-amal kalian disampaikan kepadaku; jika saya tahu amal itu baik, aku memuji Allah, tetapi kalau buruk aku mintakan ampun kepada Allah. (Hadits riwayat Al-hafizh Ismail Al-Qadhi, dalam bab shalawat ‘ala an-Nabi).
Imam Haitami dalam kitab Majma’ az-Zawaid meyakini bahwa hadits di atas adalah shahih. Hal ini jelas bahwa Rasulullah memintakan ampun umatnya (istighfar) di alam barzakh. Istighfar adalah doa, dan doa Rasul untuk umatnya pasti bermanfaat.
Ada lagi hadits lain. Rasulullah bersabda: Tidak seorang pun yang memberi salam kepadaku kecuali Allah akan menyampaikan kepada ruhku sehingga aku bisa menjawab salam itu. (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah. Ada di kitab Imam an-Nawawi, dan sanadnya shahih)

KH Munawwir Abdul Fattah

Pengasuh Pesantren Krapyak, Yogyakarta

Sumber : http://www.nu.or.id

[+/-] Selengkapnya...

Apa perlu bersholawat

31 Perlunya bersholawat

Perintah Bershalawat kepada Nabi saw dan Keluarganya

QS Al-Ahzab :56 Allah swt berfirman:

إِنَّ اللَّهَ وَ مَلَئكتَهُ يُصلُّونَ عَلى النَّبىّ‏ِ يَأَيهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صلُّوا عَلَيْهِ وَ سلِّمُوا تَسلِيماً

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi; wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu kepadanya dan ucapkan salam kepadanya.” (Al-Ahzab/33: 56)
Ulama dari kalangan mazhab Ahlul bait (as) sepakat bahwa ayat ini diturunkan untuk menegaskan hak Rasulullah saw dan Ahlul baitnya (as), yaitu perintah bershalawat kepada mereka dan cara bershalawat. Ulama Ahlussunnah juga sepakat kecuali hanya beberapa penulis.

Cara bershalawat dalam shahih Bukhari, kitab doa, bab bershalawat kepada Nabi saw:
Abdurrahman bin Abi Layli berkata: Ka’b bin Ujrah menemui aku lalu berkata: Tidakkah kamu diberi hadiah? Nabi saw datang kepada kami, lalu kami berkata: Ya Rasulallah, engkau telah mengajari kami cara mengucapkan salam kepadamu, lalu bagaimana cara bershalawat kepadamu? Beliau menjawab: Kalian ucapkan:

اللهمّ صلِّ على محمّد وعلى آل محمّد، كما صلّيت على آل إبراهيم إنك حميد مجيد، اللّهمّ بارك على محمّد وعلى آل محمّد، كما باركت على إبراهيم إنك حميد مجيد

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Kau sampaikan shalawat kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah, berkahi Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau berkahi Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.

Dalam Shahih Bukhari, kitab tafsir, bab ayat ini : Abu Said Al-Khudri berkata, kami berkata: Ya Rasulallah, ini adalah cara mengucapkan salam kepadamu, lalu bagaimana cara bershalawat kepadamu? Beliau menjawab: kalian ucapkan:

اللّهمّ صلّ على محمّد عبدك ورسولك كما صلّيت على آل إبراهيم، وبارك على محمّد وعلى آل محمّد كما باركت على إبراهيم

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad hamba-Mu dan Rasul-Mu sebagaimana Engkau sampaikan shalawat kepada keluarga Ibrahim, dan berkahi Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau berkahi Ibrahim.

Shahih Muslim, kitab shalawat kepada Nabi saw sesudah tasyahhud:
Abu Mas’ud Al-Anshari berkata: Rasulullah saw pernah mendatangi kami ketika kami berada di majlis Sa’d bin Ubadah. Kemudian Basyir bin Sa’d berkata kepadanya: Allah Azza wa Jalla memerintahkan pada kami agar bershalawat kepadamu ya Rasulallah, lalu bagaimana cara kami bershalawat kepadamu? Lalu beliau diam sepertinya beliau menghendaki kami tidak bertanya tentang hal itu. Kemudian beliau bersabda: Kalian ucapkan:

اللّهم صلّ على محمّد وعلى آل محمّد كما صليت على آل إبراهم، وبارك على محمّد وعلى آل محمّد كما باركت على آل إبراهيم في العالمين إنك حميدٌ مجيد

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Kau sampaikan shalawat kepada keluarga Ibrahim, dan berkahi Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau berkahi keluarga Ibrahim di alam semesta, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.

Sunan An-Nasa’i 1/190, bab 52, hadis ke 1289:Musa bin Thalhah dari ayahnya, ia berkata: kami berkata, ya Rasulallah, bagaimana cara bershalawat kepadamu? Beliau menjawab: Kalian ucapkan:

اللّهمّ صلِّ على محمّد وعلى آل محمّد كما صلّيت على إبراهيم وآل إبراهيم إنك حميد مجيد ، وبارك على محمّد وعلى آل محمّد كما باركت على إبراهيم وآل إبراهيم إنك حميد مجيد

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Kau sampaikan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia; berkahi Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau berkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.

Sunan An-Nasa’i 1: 190, bab 52, hadis ke 1291:
Musa bin Thalhah berkata, aku bertanya kepada Zaid bin Kharijah, ia berkata, aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw. Kemudian beliau bersabda: Bershalawatlah kalian kepadaku dan bersungguh-sungguhlah kalian dalam berdoa, dan kalian ucapkan:

اللّهم صلِّ على محمّد وعلى آل محمّد

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad.

Shahih Ibnu Majah 65, kitab shalat, bab shalawat kepada Nabi saw, hadis ke 906:
Abdullah bin Mas’ud berkata: Jika kalian bershalawat kepada Rasulullah saw, hendaknya kalian memperbaiki shalawat kepadanya, karena kalian tidak tahu kalau shalawat itu hukumnya wajib. Lalu dikatakan kepadanya: ajarkan kepada kami (tentang cara bershalawat). Ia berkata: kalian ucapkan:

اللهم اجعل صلاتك ورحمتك وبركاتك على سيد المرسلين. اللّهم صلّ على محمّد وعلى آل محمّد كما صلّيت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد ، اللهم بارك على محمّد وعلى آل محمّد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد

Ya Allah, curahkan shalawat-Mu, rahmat-Mu dan keberkahan-Mu kepada penghulu para Rasul. Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Kau sampaikan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah, berkahi Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau berkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.

Fathul Bari 13: 441, kitab doa, bab 32, hadis ke 6358:
Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang shalawat ini, pada hari kiamat aku akan menjadi saksi baginya dan memberi syafaat padanya:

اللهم صل على محمّد وعلى آل محمّد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم ، وبارك على محمّد وعلى آل محمّد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم ، وترحم على محمّد وعلى آل محمّد كما ترحمت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Kau sampaikan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, berkahi Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau berkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sayangi Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau sayangi Ibrahim dan keluarga Ibrahim.

Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i (Imam Syafi’i) meriwayatkan dalam Musnadnya:
Abu Hurairah bertanya kepada Rasulullah saw: Wahai Rasulullah, bagaimana cara kami bershalawat kepadamu? Nabi saw menjawab: kalian ucapkan:

اللّهم صل على محمد وآل محمد كما صليت على ابراهيم وبارك على محمد وآل محمد كما باركت على ابراهيم وآل ابراهيم، ثم تسلمون علي

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Kau sampaikan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, dan berkahi Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Kau berkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim; kemudian ucapkan salam kepadaku. (Musnad, jilid 2, halaman 97).

Ash-Shawa’iqul Muhriqah, hlm 144:
Ibnu Hajar meriwayatkan bahwa Ka’b bin Ujrah berkata: ketika ayat ini turun kami bertanya kepada Rasulullah saw: Ya Rasulallah, kami telah mengetahui cara mengucapkan salam kepadamu, tapi bagaimana cara bershalawat kepadamu. Nabi saw menjawab: kalian ucapkan:

اللّهم صل على محمد وآل محمد

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad. Kemudian beliau bersabda: Janganlah kalian bershalawat kepadaku dengan shalawat yang batra’ (puntung). Lalu para sahabat bertanya: Apa shalawat yang batra’ itu. Beliau menjawab: Kalian hanya mengucapkan:

اللّهم صل على محمد

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad. Tetapi, hendaknya kalian mengucapkan:

اللّهم صل على محمد وآل محمد

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad.

Dalam tafsirnya Al-Qurthubi menyebutkan beberapa riwayat bahwa ayat ini adalah keharusan menyertakan Ahlul bait ketika bershalawat kepada Nabi saw. (Al-Jami’ li-Ahkamil Qur’an 14: 233 dan 234).

Ibnul Arabi Al-Andalusi Al-Maliki juga menyebutkan beberapa riwayat bahwa ayat ini diturunkan untuk menegaskan hak Nabi saw dan keluarganya yang suci (as). (Ahkamul Qur’an 2: 84).

Jabir (ra) berkata: Sekiranya kamu melakukan shalat dan tidak bershalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, maka aku tidak melihat shalatnya diterima. (Dzakhairul Uqba:19).

Al-Qadhi ‘Iyadh meriwayatkan dalam Asy-Syifa’, dari Ibnu Mas’ud bahwa Nabi saw bersabda: “Barangsiapa yang melakukan shalat dan dalam shalatnya tidak membaca shalawat kepadaku dan Ahlul baitku, maka shalatnya tidak diterima.” (Al-Ghadir 2: 303).

Ibnu Hajar mengatakatan: Ad-Daruquthni dan Al-Baihaqi meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda: “Barangsiapa yang melakukan shalat dan dalam shalatnya tidak membaca shalawat kepadaku dan Ahlul baitku, maka shalatnya tidak diterima.” (Ash-Shawaiqul Muhriqah: 139).

Ar-Razi mengatakan: Doa untuk keluarga Nabi saw menunjukkan keagungan kedudukan mereka, karena doa ini ditempatkan di akhir Tasyahhud dalam shalat, yaitu: Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa âli Muhammad, warham Muhammadan wa âla Muhammad (Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, dan sayangi Muhammad dan keluarga Muhammad). Pengagungan ini tidak akan didapatkan pada selain keluarga Muhammad. Hal ini menunjukkan bahwa mencintai keluarga Muhammad adalah wajib. Keagungan kedudukan Ahlul bait Nabi saw terdapat dalam lima hal: Tasyahhud dalam shalat, salam, kesucian, diharamkannya sedekah bagi mereka, dan kewajiban mencintai mereka. (Tafsir Ar-Razi 7: 391).

Hadis-hadis tersebut dan yang semakna juga terdapat dalam:

1. Shahih Bukhari, jilid 6, halaman 12.

2. Asbabun Nuzul, Al-Wahidi, halaman 271.

3. Ma’alim At-Tanzil, Al-Baghawi, catatan pinggir Tafsir Al-Khazin, jilid 5, halaman 225.

4. Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, halaman 148.

5. Tafsir Fakhrur Razi, jilid 25, halaman 226.

6. Al-Hafizh Abu Na’im Al-Isfahani, Akhbar Isfahan, jilid 1, halaman 131.

7. Al-Hafizh Abu Bakar Al-Khathib, Tarikh Baghdad, jilid 6, halaman 216.

8. Ibnu Abd Al-Birr Al-Andalusi, Tajrid At-Tamhid, halaman 185.

9. Tafsir Ruh Al-Ma’ani, Al-Alusi, jilid 22, halaman 32.

10. Dzakhairul Uqba, Muhibuddin Ath-Thabari, halaman 19.

11. Riyadhush Shalihin, An-Nawawi, halaman 455.

12. Tafsir Ibnu Katsir, jilid 3, halaman 506.

13. Tafsir Ath-Thabari, jilid 22, halaman 27.

14. Tafsir Al-Khazin, jilid 5, halaman 226.

15. Ad-Durrul Mantsur, As-Suyuthi, jilid 5, halaman 215.

16. Fathul Qadir, Asy-Syaukani, jilid 4, halaman 293.

Shalat tidak akan diterima tanpa shalawat, riwayat yang menerangkan ini terdapat dalam Sunan Al-Baihaqi 2: 379, kitab shalat, bab 471, hadis 3968, sebagai berikut : Abu Mas’ud berkata: Sekiranya aku melakukan shalat tanpa bershalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, niscaya aku memandang shalatku tidak sempurna.

Dalam Sunan Ad-Daruquthni 136, kitab shalat, bab kewajiban shalawat dalam tasyahhud, hadits ke 6: Ibnu Mas’ud berkata bahwa Rasululah saw bersabda:

من صلى صلاة لم يصل فيها عليّ ولا على أهل بيتي لم تقبل منه

“Barangsiapa yang melakukan shalat, dan di dalamnya tidak bershalawat kepada ku dan Ahlul baitku, maka shalatnya tidak diterima.”

Dalam Dzakhair Al-‘Uqba 19, bab Fadhail Ahlul bait (sa):Jabir berkata: Sekiranya aku melakukan shalat, dan di dalamnya aku tidak bershalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, niscaya aku memandang shalatku tidak diterima.

Dalam Syarah Al-Mawahib halaman 7, Imam Syafi’i berkata :

يا آل بيت رسول الله حبكم فرض من الله في القرآن أنزله

كفا كم من عظيم القدر انكم من لم يصل عليكم لا صلاة له

Wahai Ahlul bait Rasulullah,mencintaimu diwajibkan oleh Allah dalam Al-Qur’an yang diturunkanCukuplah keagungan kedudukanmu orang yang tidak bershalawat kepadamu (dalam shalatnya) shalatnya tidak sah.

Perkataan Imam Syafi’i tersebut juga terdapat dalam:1. Musnad Ahmad, jilid 6 halaman 323.2. Ash-Shawaiqul Muhriqah, Ibnu hajar, halaman 88.3. Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn Al-Abshar, Asy-Syablanji, halaman 104, bab 2 manaqib Al-Hasan dan Al-Husayn.

Doa tidak akan diijabah tanpa shalawatDalam Kanzul Ummal 1: 173, pasal 2 Adab Doa : Tidak ada suatupun doa kecuali ada hijab (penghalang) antara doa itu dan Allah sehingga dibacakan shalawat. Ketika shalawat dibacakan, maka robeklah hijab itu dan sampailah doa itu kepada Allah swt. Dan jika tidak dibacakan shalawat, maka kembalilah doa itu.Pernyataan ini diriwayatkan oleh Ad-daylami dari Ali bin Abi Thalib (as).

Dalam Ash-Shawaiq Al-Muhriqah haaman 88:Ad-Daylami meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:

الدعاء محجوب حتى يُصلّى على محمّد وأهل بيته ، اللّهم صلِّ على محمّد وآله

“Doa itu akan terhijab sampai dibacakan shalawat kepada Muhammad dan Ahlul baitnya, yaitu: Sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya.”

Dalam Faydh Al-Qadhir 5: 19, hadis ke 6303:Ali bin Abi Thalib (as) berkata:

كل دعاء محجوب حتى يُصلّى على محمّد وآل محمّد

“Semua doa akan terhalangi sehingga dibacakan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad.”

Al-Haitsami mengatakan: Tokoh-tokoh hadis tersebut dapat dipercaya.Al-Muttaqi Al-Hindi juga menyebutkan dalam kitabnya Kanzul Ummal 1/314, mengutip dari Ubaidillah bin Abi Hafsh Al-‘Aysyi. Abdul Qadir Ar-Rahawi menyebutkan dalam Al-Arbain, Ath-Thabrani dalam Al-Kabir, Al-Baihaqi dalam Syu’b Al-Iman.

Dalam Faydh Al-Qadir 3: 543: Abu Syaikh meriwayatkan bahwa Imam Ali bin Abi Thalib (as) berkata :

الدعاء محجوب عن الله حتى يصلّى على محمّد وأهل بيته

“Doa itu akan terhijabi dari Allah sehingga dibacakan shalawat kepada Muhammad dan Ahlul baitnya.”

Hadis ini juga diriwayatkan Al-Baihaqi dari Asy-Sya’b, At-Tirmidzi dari Ibnu Umar.

Dalam Kanzul Ummal 1: 181:Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): Jika disedihkan oleh suatu persoalan, maka bacalah:

اللّهم احرسني بعينك التي لا تنام، واكنفني بكنفك الذي لا يرام. أسألك أن تُصلّي على محمّد وعلى آل محمّد، وبك أدرأ في نحور الأعداء والجبابرة

“Ya Allah, jagalah daku dengan mata-Mu yang tak pernah tidur, dan jagalah daku dengan benteng-Mu yang tak pernah hancur. Aku bermohon pada-Mu sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, dengan-Mu aku berlindung dari permusuhan musuh-musuhku dan orang-orang yang sombong.”

Ali, Fatimah, Hasan dan Husein (as) adalah keluarga Nabi saw . Dalam Musnad Ahmad 6: 324, hadis ke 26206:Ummu Salam berkata bahwa Rasulullah saw bersabda kepada Fatimah (as): “Bawalah kepadaku suamimu dan kedua anakmu.” Kemudian Fatimah (as) bersama mereka datang kepada Nabi saw. Lalu beliau memayungi mereka dengan kain kisa’ dan meletakkan tangannya pada mereka, lalu bersabda:

اللّهم إن هؤلاء آل محمّد ، فاجعل صلواتك وبركاتك على محمّد وعلى آل محمّد إنّك حميد مجيد

“Ya Allah, sesungguhnya mereka adalah keluarga Muhammad, curahkan shalawat-Mu dan keberkahan-Mu kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.”Ummu Salamah berkata: Kemudian aku mengangkat kain kisa’ itu untuk berkumpul bersama mereka, kemudian Nabi saw menarik kain kisa’ itu (melarang masuk ke dalam kain kisa’) dan bersabda: “Engkau adalah orang yang baik.”

Dalam Mustadrak Al-Hakim 3: 147, kitab ma’rifah Shahabah:Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib berkata: Ketika Rasulullah saw melihat rahmat Allah turun, beliau bersabda: “Datangkan padaku, datangkan padaku.” Shafiyah bertanya: Siapa yang Rasulallah? Beliau menjawab: “Ahlul baitku, yaitu Ali, Fatimah, Al-Hasan dan Al-Husayn.” Lalu mereka datang kepada Nabi saw, kemudian beliau memayungi mereka dengan kain kisa’, kemudian berdoa dengan mengangkat tangannya:

اللّهمّ هؤلاء آلي ، فصلِّ على محمّد وعلى آل محمّد

“Ya Allah, mereka adalah keluargaku, curahkan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad.” Kemudian Allah Azza wa jalla menurunkan surat Al-Ahzab: 33.Al-Hakim mengatakan hadis ini shahih menurut persyaratan Bukhari dan Muslim.

Hadis ini dan yang semakna juga terdapat dalam :

1. Kanzul Ummal, Al-Muttaqi Al-Hindi, jilid 7 halaman 103, bab Fadhail Ahlul bait, hadis ke 37629.

2. Musykil Al-Atsar, Ath-Thahawi, jilid 1 halaman 334.

3. Tafsir Ad-Durrul Mantsur, tentang surat Al-Ahzab: 33.

4. Musnad Ahmad, jilid 6 halaman 296.

5. Majma’ Az-Zawaid, Al-Haitsami, jilid 9 halaman 167, bab keutamaan Ahlul bait (as).

Larangan shalawat batra’ (terputus)

Shalawat ba’tra’ adalah shalawat yang tidak menyertakan keluarga Nabi saw dalam bershalawat kepadanya. Dalam Ash-Shawaiq Al-Muhriqah 87, bab 11:Ibnu Hajar berkata bahwa Nabi saw bersabda: “Janganlah kalian bershalawat kepadaku dengan shalawat batra’.” Kemudian sahabat bertanya: Apakah shalawat batra’ itu? Nabi saw menjawab: Kalian hanya mengucapkan:

اللّهم صلِّ على محمّد

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad. Tetapi hendaknya kalian mengucapkan:

اللّهم صلّ على محمّد وعلى آل محمّد

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad.

Di sini terdapat hal yang mengherankan: Mengapa umumnya ummat Islam bershalawat kepada Nabi saw dengan shalawat batra’ yaitu Shallallahu ‘alayhi wa sallam (semoga Allah mencurahkan shalawat dan salam kepada Muhammad). Padahal para ulama dan para imam ahli hadis dari Ahlussunnah telah meriwayatkan hadis-hadis bahwa doa itu tidak diijabah tanpa bershalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, shalat tidak diterima tanpa bershalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, cara bershalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, dan hadis-hadis bahwa Nabi saw melarang bershalawat dengan shalawat batra’ (yang terputus).

[+/-] Selengkapnya...

Khasiat Sholawat Basyairul Khairat

Khasiat Shalawat Basyairul Khairat.SajjadDuroodThuluth
Diriwayatkan dari Syaikhul Ummah, Imamul A’immah, pemimpin para wali, Quthub dari semua Quthub, Sayyidi Abdul Qadir al-Jaelani, bahwa beliau berkata kepada salah seorang sahabatnya :
“Terimalah shalawat ini dariku, karena aku menerimanya melalui ilham dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, lalu aku menunjukkannya kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam. Aku hendak menanyakan kepada beliau mengenai manfaat khusus shalawat tersebut, namun beliau menjawab sebelum aku menanyakannya. Beliau berkata kepadaku :
“Shalawat ini mempunyai manfaat khusus yang begitu dahsyat untuk diperhitungkan. Ia mengangkat orang yang mengamalkannya ke derajat yang amat tinggi, dan menjadikan mereka mencapai tujuan yang paling jauh. Bila seseorang menggunakan shalawat ini untuk mencapai maksud tertentu, maka dia tidak akan kecewa. Cita-citanya tidak akan gagal dan doanya tidak akan ditolak. Bila seseorang membacanya, meski hanya sekali atau membawanya, Allah akan menganugerahkan ampunan-Nya kepada orang itu dan kepada orang yang pergi bersamanya. Bila ajalnya tiba, empat orang malaikat rahmat akan hadir di sampingnya. Malaikat pertama akan menjaganya dari setan. Malaikat kedua akan akan membimbingnya mengucapkan kalimat syahadat. Malaikat ketiga memuaskan dahaganya dengan secangkir air dari telaga Al-Kautsar. Malaikat keempat akan membawa bejana emas yang penuh dengan buah-buahan surga, memberinya kabar gembira tentang menghuni surga, dan berkata kepadanya : ”Berbahagialah wahai hamba Allah!” lalu ia akan melihat-Nya dan memandang-Nya dengan matanya, sebelum ruhnya terpisah.
”Ia akan memasuki kuburnya dengan rasa aman, senang, dan bahagia, dan ia tidak akan merasa kesepian dan kesempitan di dalamnya. Empat puluh pintu rahmat akan terbuka baginya dan darinya terpancar cahaya. Saat ia bangkit pada hari kebangkitan kelak, malaikat akan memberinya berita gembira dari sebelah kanannya, dan malaikat lainnya akan menenteramkan hatinya dari sebelah kirinya. Ia akan diberi dua pakaian yang indah, dan seekor kuda jinak akan dibawakan untuknya sebagai tunggangan. Tak ada kesedihan dan penyesalan baginya, dan ia akan menjalani perhitungan yang mudah. Saat ia melewati jembatan neraka, apinya akan berkata kepadanya : ” Cepatlah berlalu, wahai hamba Allah yang bebas!Aku dilarang untuk menyentuhmu.”
”Ia akan memasuki surga Firdaus bersama nenek moyang mereka yang saleh, dan di dalam surga ia akan diberi empat puluh kubah dari perak. Setiap kubah akan berisi sebuah istana dari emas, dan di setiap istana ada seratus ruangan dari cahaya. Di setiap ruangan terdapat dipan tinggi yang terbuat dari kain sutera, dan di atas dipan sutera itu ada bidadari dengan mata yang indah. Tubuhnya terbuat dari wewangian yang amat harum, seolah ia bulan di saat malam purnamanya. Lalu ia akan diberi sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia.”
Diriwayatkan dari Rasulullah saw bahwa saat malam isra’ mi’raj,
Allah saw berfirman : “Bumi ini milik siapa wahai Muhammad ?
Beliau menjawab : “Milik-Mu wahai Tuhanku.
Kemudian Allah swt berfirman : “Lapisan-lapisan alam ini milik siapa wahai Muhammad ?


Beliau menjawab : “Milik-Mu wahai Tuhanku .
Kemudian Allah swt berfirman : “Al-Kursi milik siapa wahai Muhammad ?
Beliau menjawab : Milik-Mu wahai Tuhanku.
Kemudian Allah swt berfirman : ” Engkau milik siapa wahai Muhammad ? maka pada saat itu Nabi saw bersujud.
Beliau malu untuk mengatakan sesuatu, maka Allah yang Maha Agung berfirman : “Engkau adalah milik orang yang bersholawat atas dirimu, maka bertambahlah kemuliaan dan keagungan Beliau“.
Berkata Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani ; “Sholawat inilah yang sesuai dengan hadist tersebut. Sesungguhnya sholawat ini membuka tujuh puluh pintu rahmat, menampakkan keajaiban-keajaiban dari jalan surga, lebih baik daripada memerdekakan seribu budak, berkorban seribu onta, bersedekah dengan seribu dinar, berpuasa seribu bulan. Tersimpan didalamnya rahasia, memudahkan datangnya rezeki, menjadikan budi pekerti luhur, terkabulnya hajat, terangkatnya derajat, terhapusnya dosa-dosa, tertutupnya aib dan noda, serta menjadikan mulia orang yang hina”.
“Jika si pembaca dihadapkan kepada suatu masalah, maka setiap satu sholawat akan menjadi wasilah di sisi Nabi saw yang mulia, dan setiap satu ayat akan menjadi syafaat untuknya di sisi Allah. Dia sholawatnya para Mushollin, nasehat bagi mereka yang mau menerima nasehat dan wasilah bagi orang-orang yang bertawassul”.
Inilah sholawat dengan Al-Qur’an yang mulia, aku berikan nama “BASYAIRUL KHOIROT ( Kabar gembira tentang berbagai kebaikan).

Inilah Sholawatnya :





وَالَّذِيْنَ هُمْ بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُوْنَ * الَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ الرَّسُوْلَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ،

 فَأُوْلَئِكَ لَهُمْ جَزَاءُ الضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوا وَهُمْ فِي الْغُرُفَاتِ آمِنُوْنَ 


Artinya :

 1

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Ya Allah limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami,Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada kaum mukminin, sebagaimana firman Allah SWT :
Dan berikanlah kabar gembira bagi orang – orang yang beriman ( QS 2:223 ).
Dan bahwa Allah tidak mengabaikan pahala orang – orangh beriman ( QS 3: 171 ).

 2

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang ingat ( berzikir ), sebagaimana firman Allah SWT:
Ingatlah Aku, maka Aku akan mengingatmu ( QS 2 : 125 ).
Ingatlah Allah dengan zikir yang banyak, dan sucikanlah Dia di pagi dan petang hari. Dialah yang memberikan rahmat kepada kalian, untuk mengeluarkan kalian dari kegelapan menuju cahaya, dan Dia amat sayang kepada kaum yang beriman. Penghormatan mereka di hari saat bertemu dengan Nya  adalah “salam!” dan Dia menyediakan bagi mereka pahala yang baik ( QS 33 : 41 – 44 )
 
 3
 
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang beramal, sebagaimana firman Allah SWT :
Aku tidak mengabaikan amal setiap orang yang beramal, baik laki – laki maupun wanita ( QS 3 : 195 )
Dan barang siapa melakukan amal shaleh, baik laki – laki ataupun wanita, dan dia seorang yang beriman, maka orang itu akan memasuki surga, dan di sana mereka akan di beri rezeki tanpa batas ( QS 40 : 40 )
 4

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada mereka yang kembali kepada Tuhannya, sebagaiman firman Allah SWT :
Sesungguhnya Dia selalu mengampuni orang – orang yang mau kembali kepada Nya ( QS 17 : 25 )
Mereka akan memperoleh apa yang mereka inginkan di sisi Tuhan mereka, dan itulah balasan bagi orang – orang yang berbuat kebaikan ( QS 39 : 34 )

 5

 Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang bertobat, sebagaimana firman Allah SWT :
Sesungguhnya Allah mencintai orang – orang yang bertobat dan menjaga kebersihan dirinya ( QS 2 : 222 )
Dia lah yang menerima tobat dari hamba – hamba Nya dan memaafkan keburukan – keburukan ( QS 42 : 25 ) 
 6

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang ikhlas, sebagaimana firman Allah SWT :
Barangsiapa berharap bertemu dengan tuhannya, hendaklah dia melakukan amal shaleh dan tidak menyekutukan Tuhannya dengan sesuatupun dalam beribadah kepada Nya ( QS 18 : 110 )
Ikhlas dan mempersembahkan agama hanya kepada Nya ( QS 7 : 29 )
 
 7

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang  melakukan sholat, sebagaimana firman Allah SWT :
Dan dirikanlah sholat, sesungguhnya sholat membantu mencegah perbuatn keji dan tercela ( QS 31 : 17 )
Wahai anakku, dirikanlah sholat, anjurkanlah yang baik, cegahlah perbuatan tercela, dan bersabarlah atas apa yang menimpamu. Sesunggunya hal itu termasuk kewajiban yang pasti ( QS 31 : 17 )
 8

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang khusyuk, sebagaimana firman Allah SWT :
Mohonlah pertolongan dengan sabar dan sholat, meski hal itu di rasa amat berat, kecuali bagi orang – orang yang khusyuk. Yaitu orang – orang yang yakin bahwa mereka akan bertemu dengan Tuhannya dan bahwa kepada Nya mereka akan kembali ( QS 2 : 45 – 46 )
Yaitu mereka yang selalu mengingat Allah, baik dalam keadaan duduk, berdiri, atau berbaring, dan mereka merenungkan penciptaan langit dan bumi seraya berkata : “ Tuhan kami, tidaklah Kau ciptakan semua ini sia – sia. Maha suci Engkau! Maka hindarkanlah kami dari siksa neraka.” ( QS 3 : 191 )
9

 Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang sabar (dalam ke ta’atan), sebagaimana firman Allah SWT :
Sungguh, orang – orang yang sabar akan di penuhi pahalanya tanpa perhitungan ( QS 39 : 10 )
Mereka itulah orang – orang yang di beri petunjuk oleh Allah, dan mereka itulah yang memiliki akal yang jernih ( QS 39 : 18 ) 
 10

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang takut (kepada Allah), sebagaimana firman Allah SWT :
Dan bagi orang – orang yang takut kepada Tuhan nya, ada dua surga ( QS 55 : 46 )
Adapun orang – orang yang takut menghadap Tuhannya dan menahan dirinya dari mengikuti hawa nafsu, maka sesungguhnya surgalah tempat kembalinya ( QS 79 : 40 – 41 )
 
 11

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang bertakwa, sebagaimana firman Allah SWT :
Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu, maka akan Aku tetapkan ia bagi mereka yang bertakwa, menunaikan zakat, dan beriman kepada ayat – ayat Ku. Yaitu mereka yang mengikuti Rasul, nabi yang Ummi…..( QS 7 : 156 – 157 )
Bagi mereka pahala dua kali lipat dari apa yang mereka kerjakan, dan mereka akan merasa aman di tempat yang agung ( QS 34 : 37 ) 
 12

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang bersahaja, sebagaimana firman Allah SWT :
Berilah kabar gembira kepada orang – orang yang bersahaja, yaitu orang yang hatinya bergetar ketika Allah di sebut ( QS 22 : 34 – 35 )
Dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan dengan hati yang penuh rasa takut, karena mereka akan kembali kepada Tuhannya ( QS 23 : 60 )
 
13

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang sabar ( dalam menghadapi musibah ), sebagaimana firman Allah SWT :
Berilah kabar gembira kepada orang – orang yang sabar,yaitu orang – orang yang apabila di timpa musibah mereka berkata “ sesungguhnya kami ini milik Allah, dan sesungguhnya kepada Allah lah kami akan kembali.” Mereka itulah yang di beri kesejahteraan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang – orang yang mendapat petunjuk ( QS 2 : 155 – 157 )
Aku memberikan balasan baik bagi mereka pada hari ini atas kesabaran mereka, sehingga mereka menjadi orang – orang yang beruntung ( QS 23 : 111 )
 
 14

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang menahan amarahnya, sebagaimana firman Allah SWT :
Mereka yang menahan amarahnya dan memaafkan orang lain. Dan Allah mencintai orang – orang yang berbuat kebaikan ( QS 3 : 134 )
Maka barangsiapa memaafkan dan memperbaikinya, maka pahalanya ada di tangan Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang – orang yang berbuat kezaliman ( QS 42 : 40 )

15

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang aktif dalam kebiakan, sebagaimana firman Allah SWT :
Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah mencintai orang – orang yang aktif dalam kebaikan ( QS 2 : 195 )
Barangsiapa melakukan kebaikan, baginya balasan sepuluh kali yang seperti itu, dan barangsiapa yang melakukan keburukan, maka baginya balasan yang setimpal dengannya, dan mereka semua tidak akan di zalimi ( QS 6 : 160 ) 
 16

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang bersedekah, sebagaimana firman Allah SWT :
Dan jika kalian menyedekahkannya, maka itu baik bagi kalian jika kalian mengetahui ( QS 2 : 280 )
Sesungguhnya Allah akan memberikan pahala kepada orang – orang yang bersedekah ( QS 12 : 88 )
 
 17

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang menafkahkan hartanya, sebagaimana firman Allah SWT :
Dan mereka menafkahkan sebagian dari apa yang kami anugerahkan kepada mereka ( QS 2 : 3 )
Dan apapun yang kalian nafkahkan, maka dia akan memberikan gantinya ( QS 34 : 39 )
 
 18

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang bersyukur, sebagaimana firman Allah SWT :
Dan syukurilah nikmat Allah jika hanya kepada Nya kalian menyembah ( QS 16 : 144 )
Jika kalian bersyukur, sungguh Aku akan meberikan lebih kepada kalian, namun jika kalian mengingkarinya, sungguh azab Ku amatlah pedih ( QS  14 :17 )

 19

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang meminta ( kepada Mu ), sebagaimana firman Allah SWT :
Sesungguh Nya aku dekat, Aku menjawab permohonan orang yang bermohon jika ia memohon kepada Ku ( QS 2 : 186 )
Serulah Aku, pasti Ku jawab seruanmu ( QS 40 : 60 )
 
 20

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang saleh, sebagaimana firman Allah SWT :
Bahwa bumi ini akan di warisi oleh hamba – hamba Ku yang saleh ( QS 21 : 105 )
Merekalah orang – orang yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya ( QS 23 : 10 – 11 )
 21

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang aktif  berbuat baik, sebagaimana firman Allah SWT :
Sesungguhnya Allah dan para malaikat Nya bersalawat kepada nabi. Wahai orang – orang yang beriman bersalawatlah kepadanya dan berilah salam kepadanya dengan penuh penghormatan ( QS 33 : 56 )
Dia akan memberikan kepadamu cahaya penerang yang dengannya engkau berjalan, dan Dia akan mengampunimu. Dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang ( QS 57 : 28 )
 
22

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang di beri kabar gembira, sebagaimana firman Allah SWT :
Bagi mereka kabar gembira di dalam kehidupan dunia ini dan di akhirat kelak. Tak ada perubahan bagi kalimat Allah. Itulah keberuntungan yang besar ( QS 10 : 64 )
 
 23

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang beroleh kemenangan, sebagaimana firman Allah SWT :
Barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul Nya, maka sungguh ia telah memperoleh kemenangan yang besar ( QS 33 : 71 )
 24

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang zuhud, sebagaimana firman Allah SWT :
Harta dan anak – anak adalah hiasan kehidupan dunia. Namun amal baik yang abadi adalah lebih baik di sisi Tuhanmu dalam hal pahalanya dan lebih baik untuk di harapkan ( QS 18 : 46 )
 
 25

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang ummi, sebagaimana firman Allah SWT :
Kalian adalah sebaik – baik umat yang di keluarkan oleh manusia, kalian akan memerintahkan yang baik dan mencegah yang mungkar ( QS 3 : 110 ) 
 26

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang terpilih, sebagaimana firman Allah SWT :
Lalu kami wariskan kitab itu kepada orang – orang terpilih dari hamba kami. Di antara mereka ada yang menzalimi dirinya sendiri, di antara mereka ada yang sedang – sedang saja, dan di antara mereka ada yang terdepan dalam melakukan kebaikan dengan izin Allah. Itulah keutamaan yang besar ( QS 35 : 32 )
 27

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang berdosa, sebagaimana firman Allah SWT :
Katakanlah, “ wahai hamba – hamba ku yang telah melanggar batas – batas dirinya, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa, sesungguhnya Dia maha pengampun lagi maha penyayang ( QS 39 : 53 )

 28

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang beristighfar (memohon ampunan), sebagaimana firman Allah SWT :
Barangsiapa melakukan keburukan atau menzalimi dirinya sendiri, lalu ia memohon ampun kepada Allah, maka ia akan mendapati Allah maha pengampun lagi maha penyayang ( QS 4 : 110 )
 
 29

Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang yang di dekatkan (kepada Allah), sebagaimana firman Allah SWT :
Sesungguhnya orang – orang yang lebih dulu memperoleh kebaikan dari kami, mereka itu di jauhkan dari neraka. Mereka tidak mendengar sedikitpun suara api neraka, dan mereka kekal dalam menikmati apa mereka inginkan. Mereka tidak di susahkan oleh kedahsyatan yang besar ( pada hari kiamat ), dan mereka di sambut oleh para malaikat : “inilah harimu yang telah di janjikan kepadamu.” ( QS 21 : 101 – 103 )
 30


Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan kedamaian kepada junjungan kami, Muhammad, sang pembawa dan penyampai kabar gembira kepada orang – orang yang berserah diri (kepada Allah), sebagaimana firman Allah SWT :
Sesungguhnya laki – laki dan wanita yang berserah diri, laki – laki dan wanita yang beriman, laki – laki dan wanita yang taat, laki – laki dan wanita yang jujur, laki – laki dan wanita yang sabar, laki – laki dan wanita yang khusyuk, laki – laki dan wanita yang bersedekah, laki – laki dan wanita yang berpuasa, laki – laki dan wanita yang menjaga kemaluannya, laki – laki dan wanita yang banyak mengingat Allah, maka kami sediakan bagi mereka ampunan dan pahala yang besar ( QS 33 : 35 )
Dan bahwa seseorang hanya akan memperoleh apa yang di usahakannya. Dan bahwa usahanya itu akan di lihat, lalu akan di beri balasan dengan balasan yang setimpal ( QS 53 : 39 – 41 )
 
31

Ya Allah, limpahkanlah SHOLAWAT kepadanya dengan SHOLAWAT yang membuat dada menjadi lapang, berbagai urusan menjadi mudah, berbagai penghalang menjadi terbuka, dan sampaikan kepadanya salam yang banyak, berkesinambungan hingga hari  kiamat. Seruan mereka di sana adalah “ maha suci Engkau, Ya Allah”. Penghormatan mereka di sini adalah “salam.” Dan akhir ucapan mereka adalah “ Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” ( QS 10 : 10 )

Untuk mendownload klik di sini  atau link di bawah ini : DOWNLOAD !!!!!

[+/-] Selengkapnya...