Bongkaran masjid untuk Madrasah

BONGKARAN MASJID UNTUK MADRASAH

Bolehkah material bongkaran masjid seperti ubin dan sebagainya digunakan untuk madrasah/mushalla ?

Tidak boleh menggunakan bongkaran tersebut kecuali tidak ada masjid lain yang membutuhkan.

وَلاَ يُعَمَّرُ بِهِ غَيْرُ جِنْسِهِ كَرِبَاطٍ وَبِئْرٍ كَالْعَكْسِ إِلاَّ إِذَا تَعَذَّرَ جِنْسُهُ (قوله إِلاَّ إِذَا تَعَذَّرَ جِنْسُهُ) أَيْ فَإِنَّهُ يُعَمَّرُ بِهِ غَيْرُ الْجِنْسِ [إعانة الطالبين 3/181]

“Hasil bongkaran masjid tidak boleh digunakan untuk bangunan lain yang bukan sejenis seperti mushalla dan sumur sebagaimana sebaliknya, kecuali bila sulit ditemukan yang sejenis maka dapat digunakan untuk yang bukan sejenis. (I’anah al-Thalibin 3/181).

[+/-] Selengkapnya...

Jual bongkaran masjid

JUAL BONGKARAN MASJID

Bagaimana hukum menjual bongkaran masjid ?

Apabila barang tersebut tidak bisa dimanfaatkan dan tidak ada maslahat kecuali dijual maka boleh. Apabila barang tersebut masih bisa dimanfaatkan atau tidak ada maslahat bila dijual maka tidak boleh dijual.

وَيَجُوْزُ بَيْعُ حُصُرِ الْمَسْجِدِ الْمَوْقُوْفَةِ عَلَيْهِ إِذَا بَلِيَتْ بِأَنْ ذَهَبَ جَمَالُهَا وَنَفْعُهَا وَكَانَتِ الْمَصْلَحَةُ فِيْ بَيْعِهَا وَكَذَا جُذُوْعُهُ الْمُنْكَسِرَةُ خِلاَفًا لِجَمْعٍ فِيْهِمَا وَيُصْرَفُ ثَمَنُهَا لِمَصَالِحِ الْمَسْجِدِ إِنْ لَمْ يُمْكِنْ شِرَاءُ حَصِيْرٍ أَوْ جِذْعٍ بِهِ [هامش إعانة الطالبين 3/180].

“Diperbolehkan menjual tikar masjid yang diwaqafkan jika telah rusak, misalnya sudah pudar keindahannya dan tidak berfungsi lagi manfaatnya, bahkan merupakan kemaslahatan bila dijual. Demikian menjual tiang-tiang penyangga masjid yang patah. Lain halnya menurut segolongan ulama yang

berbeda pendapat dalam kedua masalah tersebut. Kemudian hasil penjualannya dibelanjakan untuk kepentingan masjid jika tidak memungkinkan untuk membeli tikar atau tiang yang baru”. (Hamisy I’anah al-Thalibin III/180).

[+/-] Selengkapnya...

Kerja membangun gereja

Bagaimana hukum orang Islam ikut kerja membangun gereja atau warung pramuwisma?

Haram hukumnya ikut kerja membangun gereja ataupun warung pramuwisma.

وَلاَ يَجُوْزُ بَذْلُ مَالٍ فِيْهِ لِغَيْرِ ضَرُوْرَةٍ وَمِثْلُهُ أَيْضًا اسْتِئْجَارُ كَافِرٍ مُسْلِمًا لِبِنَاءِ نَحْوِ كَنِيْسَةٍ [قليوبي

3/70].

“Tidak boleh menyerahkan uang untuk hal-hal yang diharamkan tanpa adanya dlarurat. Demikian juga tidak boleh orang kafir mempekerjakan orang Islam untuk membangun semisal gereja”. (Qalyubi III/70).

وَلاَ يَجُوْزُ اسْتِئْجَارُ الْمَغَانِيْ وَلاَ شَخْصٍ لِحَمْلِ خَمْرٍ وَنَحْوِهِ وَلاَ لِجَبْيِ الْمُكُوْسِ وَالرِّشَى وَجَمِيْعِ الْمُحَرَّمَاتِ [كفاية الأخيار 1/215].

“Tidak boleh mempekerjakan biduan. Tidak boleh pula mempekerjakan seseorang untuk membawa arak dan sejenisnya atau untuk manarik bea, suap dan segala hal yang dilarang”. (Kifayah al-Akhyar I/215).

[+/-] Selengkapnya...

Sewa pohon ambil buah

SEWA POHON AMBIL BUAH

Bagaimana hukumnya menyewa pohon untuk diambil buahnya?

Akad tersebut tidak boleh, karena barang (bukan jasa) tidak bisa dimiliki dengan akad ijarah, berbeda dengan pendapat Imam Subki yang memperbolehkannya, namun pendapat ini adalah dla’if.

فَلاَ يَصِحُّ اكْتِرَاءُ بُسْتَانٍ لِثَمْرَتِهِ لأَنَّ اْلأَعْيَانَ لاَ تُمْلَكُ بِعَقْدِ اْلإِجَ‍ارَةِ قَصْدًا وَنَقَلَ التَّاجُ السُّبْكِي فِيْ تَوْشِيْخِهِ اخْتِيَارَ وَالِدِهِ التَّقِيّ السُّبْكِيّ فِيْ آخِرِ عُمْرِهِ صِحَّةَ إِجَارَةِ اْلأَشْجَارِ لِثَمْرِهَا. (قَوْلُهُ وَنَقَلَ التَّاجُ السُّبْكِيّ الخ. ضَعِيْفٌ) [هامش إعانة الطالبين 3/114) ]

“Tidak sah menyewa kebun untuk diambil buahnya, karena tidak bisa dimiliki dengan akad tijarah, sewa, sebagai tujuan awalnya. Al-Taj al-Subki dalam sebuah ulasannya menukil pendapat orang tuanya, Al-Taqiy al-Subki, diakhir usianya yang memilih sahnya sewa pohon untuk diambil buahnya.

Kalimat ‘Al-Taj al-Subki menukil dst.’ adalah dla’if.” (Hamisy I’anah al-Thalibin III/114).

[+/-] Selengkapnya...

Jual beli kucing

JUAL BELI KUCING

Bagaimana hukum memperjual belikan kucing ?

Memperjual belikan kucing hukumnya boleh.

وَيَصِحُّ أَيْضًا بَيْعُ مَا يُنْتَفَعُ بِتَعْلِيْمِهِ كَقِرْدٍ أَوْبِصَيْدِهِ كَصَقْر وَهِرَّةٍ أفَادَ ذَلِكَ الرَّمْلِيّ [مرقاة صعود التصديق فى شرح سلم التوفيق 49]

“Sah menjual hewan yang bermanfaat, baik dengan dilatih seperti monyet atau dipergunakan untuk berburu seperti burung elang dan kucing. Keterangan ini disampaikan oleh Al-Ramli.” (Mirqah Shu’ud al-Tashdiq fi Syarh Sullam al-Taufiq 49)

[+/-] Selengkapnya...

Jual minuman keras

JUAL MINUMAN KERAS

Bagaimana hukum menjual minuman keras ?

Menjual minuman keras hukumnya haram dan tidak sah.

وَيَحْرُمُ وَلاَ يَصِحُّ أَيْضًا بَيْعُ النَّجْسِ وَكَذَا الْمُتَنَجِّسُ الَّذِيْ لاَ يُمْكِنُ تَطْهِيْرُهُ بِالْمَاءِ كَالْكَلْبِ وَدُهْنٍ مُتَنَجِّسٍ وَكَذَا بَيْعُ كُلِّ مُسْكِرٍ كَخَمْرٍ وَكُلِّ مُحَرَّمٍ مِنْ آلاَتِ الْمَلاَهِيْ وَالصُّوَرِ وَلَوْ مِنْ ذَهَبٍ [إسعاد الرفيق 1/136]

“Haram dan tidak sah menjual barang najis, begitu juga ba-rang yang kena najis yang tidak mungkin disucikan kembali dengan air, seperti anjing dan minyak yang kena najis. Demi- kian halnya menjual setiap barang yang memabukkan seperti arak dan setiap yang diharamkan seperti alat musik dan gambar /lukisan meskipun dari emas.” (Is’ad al-Rafiq I/136).

[+/-] Selengkapnya...

Pemodal sekaligus pembeli

PEMODAL SEKALIGUS PEMBELI

Seseorang memberi pinjaman modal kepada peternak ayam dengan syarat hasil ternaknya harus dijual kepada pemberi pinjaman dengan harga di bawah standar. Bagaimana hukumnya ?

Bilamana persyaratan tadi disebut pada waktu akad maka hukumnya haram dan bilaman tidak disebut pada waktu akad, dikalangan ulama, terdapat tiga pendapat yaitu haram, halal dan syubhat. Yang lebih berhati-hati adalah haram.

اخْتَلَفَ الْعُلَمَاءُ فِيْ هَذِهِ الْمَسْئَلَةِ عَلَى ثَلاَثَةِ أَقْوَالٍ : قِيْلَ إِنّهُ حَرَامٌ لأَنَّهُ دَاخِلٌ فِيْ قَرْضٍ جَرَّ نَفْعًا، وَقِيْلَ إِنَّهُ حَلاَلٌ لِعَدَمِ الشَّرْطِ فِيْ صُلْبِ الْعَقْدِ أَوْ فِيْ مَجْلِسِ الْخِيَارِ وَالْعَادَةُ الْمُطَّرِدَةُ لاَ يَنْزِلُ مَنْزِلَةَ الشَّرْطِ عِنْدَ الْجُمْهُوْرِ، وَقِيْلَ شبُهْةٌَ لاخْتِلاَفِ الْعُلَمَاءِ فِيْهِ، واَلْمُؤْتَمَرُ قَرَّرَ أَنَّ اْلأَحْوَطَ الْقَوْلُ اْلأَوَّلُ وَهُوَ الْحُرْمَةُ [أحكام الفقهاء 1/22]

“Para ulama dalam masalah ini berselisih atas tiga pendapat; Haram karena termasuk pinjaman untuk mengambil keun-tungan; halal karena tidak adanya syarat pada waktu akad atau pada waktu hak khiyar sedangkan kebiasaan yang ber-laku tidak bisa menduduki kedudukan syarat menurut keba-nyakan ulama; dan syubhat karena para ulama berbeda-beda pendapat. Mu’tamar menetapkan, bahwa yang lebih berhati-hati adalah pendapat yang pertama yaitu haram.” (Ahkam al-Fuqaha’ I/22)

وَمِنْهُ الْقَرْضُ لِمَنْ يَسْتَأْجِرُ مِلْكَهُ أَيْ مَثَلاً بِأَكْثَرَ مِنْ قِيْمَتِهِ لأَجْلِ الْقَرْضِ إِنْ وَقَعَ ذَلِكَ شَرْطًا إِذْ هُوَ حِيْنَئِذٍ حَرَامٌ إِجْمَاعًا وَإِلاَّ كُرِهَ عِنْدَنَا وَحَرُمَ عِنْدَ كَثِيْرٍ مِنَ الْعُلَمَاءِ [هامش إعانة الطالبين 3/5354]

Termasuk riba qardl adalah memberi pinjaman utang kepada orang yang menyewa hak miliknya misalnya, dengan harga lebih tinggi dari harga sebenarnya karena hutang, bilamana hal tersebut merupakan syarat, karena demikian ini haram menurut ijma’ ulama dan bila tidak syarat maka makruh menurut kami dan haram menurut kebanyakan ulama. (Hamisy I’anah al-Thalibin III/53-54)

(قَوْلُهُ فَفَاسِدٌ) قَالَ ع ش: وَمَعْلُوْمٌ أَنَّ مَحَلَّ الْفَسَادِ حَيْثُ وَقَعَ الشَّرْطُ فِيْ صُلْبِ الْعَقْدِ أَمَّا لَوْ تَوَافَقَا عَلَى ذَلِكَ وَلَمْ يَقَعْ شَرْطٌ فَي الْعَقْدِ فَلاَ فَسَادَ [إعانة الطالبين 3/53]

“Kata ‘batal’. ع ش berkata : Sudah jelas bahwa letak batal-nya dari sisi terjadinya syarat pada waktu akad. Adapun jika keduanya bersepakat pada hal tersebut dan syarat tidak terjadi di dalam akad maka tidak batal.” (I’anah al-Thalibin III/53)

41. ANAK KECIL JUAL BELI

Bagaimana hukumnya anak kecil belum baligh melakukan jual beli ?

Jual beli tersebut hukumnya boleh namun terbatas pada sesuatu yang maklum seperti rokok, sabun dan semisalnya.

وَمِمَّا عَمَّتِ الْبَلْوَى بِعْثَانُ الصَّغَائِرِ لِشِرَاءِ الْحَوَائِجِ وَاطَّرَدَتِ الْعَادَةُ فِيْ سَائِرِ الْبِلاَدِ وَقَدْ تَدْعُو الضَّرُوْرَةُ إِلَى ذَلِكَ فَيَنْبَغِيْ إِلْحَاقُ ذَلِكَ بِالْمُعَاطَاةِ [كفاية الأخيار 1/240]

“Termasuk kebiasaan yang sudah umum adalah menyuruh anak-anak kecil untuk membeli berbagai kebutuhan dan kebiasan ini sudah berlaku di berbagai negara, bahkan kadang-kadang juga dlarurat mendorong pada hal tersebut. Maka seyogyanya disamakan dengan mu’athah.” (Kifayah al-Akhyar I/240)

فَلاَ يَنْعَقِدُ بِالْمُعَاطَاةِ لَكِنِ اخْتِيْرَ اْلإِنْعِقَادُ بِكُلِّ مَا يُتَعَارَفُ الْبَيْعُ بِهَا فِيْهِ كَاْلُخُبْزِ وَاللَّحْمِ دُوْنَ نَحْوِ الدَّوَابِّ وَاْلأَرَاضِيْ

[هامش إعانة الطالبين 3\4]

“Tidak sah jual beli dengan mu’athah, tetapi dipilih pendapat yang menyatakan sah pada sesuatu yang dikenal sebagai jual beli dengan mu’athah seperti roti, daging bukan semisal hewan, kendaraan, dan tanah.” (Hamisy I’anah al-Thalibin III/4)

[+/-] Selengkapnya...