Maulid Nabi Muhammad (3)

MUH_1 Perang Fijar

Pada waktu Nabi usia lima belas tahun, meletus Perang Fijar antara pihak Quraisy bersama Kinanah, berhadapan dengan pihak Qais Ailan. Komandan pasukan Qaraisy bersama Kinanah dipegang oleh Harb bin Umayyah, karena pertimbangan usia dan kedudukannya yang terpandang. Pada mulanya pihak Qais Ailan yang mendapat kemenangan. Namun kemudian beralih ke pihak Quraisy bersama Kinanah.

Dinamakan Perang Fijar, karena terjadi pelanggaran terhadap kesucian tanah haram dan bulan_bulan suci. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ikut berga-bung dalam peperangan ini dengan cara mengumpulkan anak panah bagi paman_paman beliau untuk dilemparkan kembali ke pihak musuh. [Lihat Fu’ad Hamzah, Qalbu Jaziratil ‘Arab, (Mesir: Al_Mathba’ah As_Salafiyyah wa Maktabuha, 1923 M), hal. 260]

Hilful Fudhul

Pengaruh dari peperangan ini, maka diadakanlah Hilful Fudhul pada bulan Dzulqaidah pada bulan suci, yang melibatkan beberapa kabilah Quraisy, yaitu Bani Hasyim, Bani Al_Muththalib, Bani Asad bin Abdul Uzza, Bani Zuhrah bin Kilab, dan Bani Taim bin Murrah. Mereka berkumpul di rumah Abdullah bin Jud’an At_Taimy karena pertimbangan umur dan kedudukannya yang terhormat. Mereka mengukuhkan perjanjian dan kesepakatan bahwa tidak seorang pun dari penduduk Makkah dan juga yang lainnya yang dibiarkan teraniaya. Siapa yang teraniaya, maka mereka sepakat untuk berdiri di sampingnya. Sedangkan terhadap siapa yang berbuar dzalim, maka kedzalimannya harus dibalaskan terhadap dirinya. Perjanjian ini juga dihadiri oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku pernah mengikuti perjanji-an yang dikukuhkan di rumah Abdullah bin Jud’an, suatu perjanjian yang lebih aku sukai daripada keledai yang terbagus. Andaikata aku diundang untuk perjanjian itu semasa Islam, tentu aku akan memenuhuinya.”

Syaikh Shafiyyurrahman Al_Mubarakfury mengatakan bahwa ruh dari perjanjian itu adalah menghilangkan keberanian model Jahiliyah yang lebih banyak dibang-kitkan oleh rasa fanatisme. [Lihat Shafiyyurrahman Al_Mubarakfury Ar_Rahiqul Makhtum Bah-tsun fis Sirah An_Nabawiyah ‘Ala Shahibiha Afdhalish Shalati was Salam, hal. 82]

Mengembalakan Kambing

Pada masa awal remajanya Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mempu-nyai pekerjaan tetap. Hanya saja beberapa riwayat menyebutkan bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menggembala kambing di kalangan Bani Sa’d bin Bakr dan juga di Makkah dengan imbalan uang beberapa dinar. [Lihat Muhammad Al_Ghazaly, Fiqhus Sirah, (Mesir: Darul Al_Kitab Al_Araby, 1375 H / 1955 M), cet. 2, hal. 52]

Menikah dengan Khadijah

Pada usia dua puluh lima tahun, beliau pergi berdagang ke Syam untuk men-jalankan barang dagangan milik Khadijah. Ibnu Ishaq menuturkan bahwa Khadijah binti Khuwalid adalah seorang wanita pedagang, terpandang, dan kaya raya. Dia biasa menyuruh orang_orang untuk menjalankan barang dagangannya dengan membagi sebagian hasilnya kepada mereka, karena orang_orang Quraisy memiliki hobi berdagang. Tatkala Khadijah mendengar kabar tentang kejujuran perkataan beliau, kredibilitas, dan kemuliaan akhlaq beliau, maka dia pun mengirim utusan dan menawarkan kepada beliau agar berangkat ke Syam untuk menjalankan barang dagangannya. Dia siap memberikan imbalan jauh lebih banyak dari imbalan yang pernah dia berikan kepada pedagang yang lain. Tetapi beliau harus pergi bersama seorang pembantu yang bernama Maisarah. Beliau menerima tawaran ini, maka beliau berangkat ke Syam untuk berdagang dengan diserta Maisarah. . [Lihat Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam bin Ayyub Al_Humary, As_Sirah An_ Nabawiyah, (Mesir: Syirkah Maktabah wa Mathba’ah Musthafah Al_Baby Al_Halaby wa Auladuhu, 1375 H), cet. 2, hal. 1/187-188]

Setibanya di Makkah dan setelah Khadijah bin Khuwalid tahu bahwa keuntungan dagangannya yang melimpah, yang tidak pernah dilihatnya sebanyak itu sebelumnya, apalagi setelah pembantunya, yaitu Maisarah mengabarkan kepadanya apa yang dilihatnya pada diri beliau selama menyertainya, bagaimana sifat_sifat beliau yang mulia, kecerdikan dan kejujurannya, maka seakan_akan Khadijah binti Khuwalid mendapatkan barangnyanya yang pernah hilang dan sangat diharapkannya. Sebenarnya sudah banyak para pemuka dan pemimpin kaum yang hendak menikahinya, tetapi dia tidak mau. Tiba_tiba saja dia teringat seorang rekannya, yaitu Nafisah binti Munyah. Dia meminta agar rekannya ini menemui beliau dan membuka jalan agar mau menikah dengan Khadijah binti Khuwalid. Ternyata beliau menerima tawaran itu, lalu beliau menemui paman_ pamannya. Kemudian paman_paman beliau menemui paman Khadijah binti Khuwalid untuk mengajukan lamaran. Setelah semuanya dianggap beres, maka pernikahan siap dilaksanakan. Adapun yang ikut hadir dalam pelaksanaan akad nikah adalah Bani Hasyim dan para pemuka Bani Mudhar. Hal ini terjadi dua bulan sepulang beliau dari Syam. Maskawin beliau adalah dua puluh ekor unta muda. Usia Khadijah binti Khuwalid sendiri adalah empat puluh tahun, yang pada masa itu dia merupakan wanita yang paling terpandang, cantik, pandai, dan kaya. Dia adalah wanita pertama yang dinikahi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau tidak pernah menikahi wanita lain hingga Khadijah binti Khuwalid meninggal dunia.

Putra_putri beliau – selain Ibrahim dilahirkan dari Maria Al_Qibthiyah – dilahirkan dari Khadijah binti Khuwalid adalah Al_Qasim – dengan nama ini beliau dijuluki Abul Qasim –, Abdullah – dia dijuluki Ath_Thayyib dan Ath_Thahir –, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kaltsum, dan  Fatimah. Semua putra beliau meninggal dunia selagi kecil. Sedangkan semua putri beliau sempat menjumpai Islam, dan mereka memeluk Islam serta ikut hijrah. Hanya saja mereka semua meninggal dunia selagi beliau masih hidup, kecuali Fatimah. Dia meningga dunia selang enam bulan sepeninggalan beliau, untuk bersua dengan beliau.

Al_Hafizh Ibnu Hajar Al_Asqalani mengatakan bahwa ada sedikit perbedaan di antara beberapa kitab referensi tentang hal di atas. Tetapi yang kami tulis di sini adalah pendapat yang paling kuat. [Lihat Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Al_Asqalany, Fathul Bari, (Kairo: Al_Mathba’ah As_Salafiyah wa Maktabuha, tt), hal. 7/507]

Berlanjut ...........................

[+/-] Selengkapnya...

Maulid Nabi Muhammad (2)

Muhammad. Kembali ke Pangkuan Ibunda Tercinta

Dengan adanya peristiwa pembelahan dada itu, maka Halimah As_Sa’diyah merasa khawatir terhadap keselamatan beliau, sehingga dia mengembalikannya kepada ibunya. Kemudian beliau hidup bersama ibunda tercinta hingga berumur enam tahun.

Beberapa waktu kemudian Aminah binti Wahb merasa perlu untuk mengenang suaminya yang telah meninggal dunia dengan cara mengunjungi kuburannya di Yatsrib Madinah. Maka dia pergi dari Makkah menempuh perjalanan sejauh 500 KM, bersama putranya yang yatim, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, disertai pembantu wanitanya, yaitu Ummu Aiman. Setelah menetap selama satu bulan di Madinah, maka Aminah binti Wahb dan rombongannya siap_siap untuk kembali ke Makkah. Dalam perjalanan pulang itu dia jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia di Abwa’, yang terletak di antara Makkah dan Madinah. . [Lihat Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam bin Ayyub Al_Humary, As_Sirah An_Nabawiyah, (Mesir: Syirkah Maktabah wa Mathba’ah Musthafah Al_Baby Al_Halaby wa Auladuhu, 1375 H), cet. 2, hal. 1/168; dan lihat juga kitab Talliqihu Fuhumi Ahli Atsar karya Abul Fajar Abdurrahman bin Al-Jauzy, hal. 8]

Kembali ke Kakeknya yang Penuh Kasih Sayang

Kemudian beliau kembali ke tempat kakeknya, yaitu Abdul Muththalib di Makkah. Perasaan kasih sayang di dalam sanubarinya terhadap cucunya yang kini yatim piatu semangkin terpupk, karena cucunya harus menghadapi cobaan baru di atas luka yang lama. Hatinya bergetar oleh perasaan kasih sayang yang tidak pernah dirasakannya sekali pun terhadap anak_anaknya sendiri. Dia tidak ingin cucunya hidup sebatang kara. Bahkan dia lebih mengutamakan cucunya dari pada anak_ anaknya.

Ibnu Hisyam dalam kitab As_Sirah An_Nabawiyah berkata, “Ada sebuah dipan yang diletakkan di dekat Ka’bah untuk Abdul Muththalib. Sedangkan kerabat_ kerabatnya biasa duduk di sekeliling dipan itu hingga Abdul Muththalib ke luar ke sana, dan tidak ada seorang pun di antara mereka yang berani duduk di dipan itu sebagai penghormatan terhadap dirinya. Suatu hari selagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi anak kecil yang montok, beliau duduk di atas dipan itu, maka paman_paman beliau langsung memegang dan menahan agar tidak duduk di atas dipan itu. Tatkala Abdul Muththalib melihat kejadian ini, dia berkata: Biarkan anakku ini. Demi Allah, sesungguhnya dia akan memiliki kedudukan yang agung. Kemudian Abdul Muththalib duduk bersama beliau di atas dipannya sambil mengelus punggung beliau dan senantiasa merasa gembira terhadap apa pun yang beliau lakukan.”

Pada usia delapan tahun lebih dua bulan sepuluh hari dari umur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kakeknya meninggal dunia di Makkah. Sebelum meninggal, Abdul Muththalib sudah berpesan menitipkan pengasuhan sang cucu kepada pamannya, yaitu Abu Thalib, saudara kandung bapak beliau. . [Lihat Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam bin Ayyub Al_Humary, As_Sirah An_ Nabawiyah, (Mesir: Syirkah Maktabah wa Mathba’ah Musthafah Al_Baby Al_Halaby wa Auladuhu, 1375 H), cet. 2, hal. 1/169; dan lihat juga kitab Talliqihu Fuhumi Ahli Atsar karya Abul Fajar Abdurrahman bin Al-Jauzy, hal. 7]

Meminta Hujan dengan Wajah Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam

Ibnu Asakir mentakhrij (meneliti) dari Julhumah bin Arfathah, dia berkata, “Tatkala aku tiba di Makkah, orang_orang sedang dilanda musim paceklik. Orang_orang Quraisy berkata: Wahai Abu Thalib, lembah sedang kekeringan dan kemiskinan melanda. Marilah kita berdoa meminta hujan.” Maka Abu Thalib keluar bersama anak kecil, yang seolah_olah wajahnya adalah matahari yang membawa mendung, yang menampakkan awan sedang berjalan pelan_pelan. Di sekitar Abu Thalib juga ada beberapa anak kecil lainnya. Dia memegang anak kecil itu dan menempelkan punggungnya ke dinding Ka’bah. Jari_jemarinya memegangi anak itu. Langit yang tadinya bersih, tiba_tiba saja mendung datang dari segala penjuru, lalu menurunkan hujan yang sangat deras, hingga lembah_ lembah terairi dan ladang_ladang menjadi subur. Abu Thalib mengisyaratkan hal ini dalam syair yang dibacakannya,

“ Putih berseri meminta hujan dengan wajahnya

Penolong anak yatim dan pelindung wanita janda.”

[Lihat Muhammad bin Abdul Wahhab An_Najdy, Mukhtashar Siratir Rasul, hal. 15-16]

Bahira Sang Rahib

Ketika usia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencapai dua belas tahun – ada yang berpendapat lebih dari dua bulan sepuluh hari – Abu Thalib mengajak beliau pergi berdagang dengan tujuan Syam, hingga tiba di Bushra, yaitu suatu daerah yang sudah termasuk Syam yang merupakan ibukota Hauran, yang juga merupakan ibukotanya orang_orang Arab, walaupun di bawah kekuasaan Bangsa Romawi. Di negeri ini ada seorang rahib yang dikenal dengan sebutan Bahira – yang nama aslinya adalah Jurjis –.  Tatkala rombongan singgah di daerah ini,

maka sang rahib menghampiri mereka dan mempersilahkan mereka mampir ke tempat tinggalnya sebagai tamu kehormatan. Padahal sebelumnya rahib tersebut tidak pernah keluar, namun begitu dia bisa mengetahui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari sifat_sifat beliau. Sambil memegang tangan beliau, sang rahib berkata, “Orang ini adalah pemimpin semesta alam. Anak ini akan diutus Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam.”

Abu Thalib bertanya, “Dari mana engkau tahu hal itu?”

Rahib Bahira menjawab, “Sebenarnya sejak kalian tiba di Aqabah, tidak ada bebatuan dan pepohonan pun melainkan mereka tunduk bersujud. Mereka tidak sujud melainkan kepada seorang nabi. Aku bisa mengetahuinya dari cincin nubuwah yang berada di bagian bawah tulang rawan bahunya yang menyerupai buah apel. Kami juga bisa mendapatkan tanda itu di dalam kitab kami.”

Kemudian sang rahib meminta agar Abu Thalib kembali lagi bersama beliau tanpa melanjutkan perjalanan ke Syam, karena dia takut gangguan dari pihak orang_orang Yahudi. Maka Abu Thalib mengirim beliau bersama beberapa pemuda agar kembali lagi ke Makkah.

Disebutkan di dalam kitab At_Tirmidzi dan lain_lainnya bahwa Abu Thalib juga mengutus Bilal bersama beliau. Maka Ibnul Qayyim Al_Jauziyah berkata, “Hal ini merupakan kesalahan yang amat mencolok, karena boleh jadi saat itu Bilal belum lahir. Kalaupun sudah lahir, maka tidak bakalan dia bergabung bersama Abu Thalib atau pun Abu Bakar.” [Lihat Syamsudin Abu Abdullah Muhammad bin Bakr bin Ayyub, yang dikenal dengan nama Ibnul Qayyim Al_Jauziyah, Zadul Ma’ad, hal. 1/17]

berlanjut ..............................

[+/-] Selengkapnya...

Maulid Nabi Muhammad (1)

Lafadz16

Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan ditengah keluarga Bani Hasyim di Makkah pada hari senin pagi, tanggal 9 Rabi’ul Awwal, permulaan tahun dari peristiwa gajah, dan empat puluh tahun setelah kekuasaan Kisra Anusyirwan, atau bertepatan dengan tanggan 20 atau 22 April tahun 571 M, berdasarkan penelitian ulama terkenal, yaitu Muhammad Sulaiman Al_Manshurfury dan peneliti astronomi, yaitu Mahmud Basya. [Lihat Syaikh Muhammad Al_Khadry, Muhadharat Tarikhil Umam Al_Islamiyyah, (Mesir: Al_Maktabah At_Tijariyyah Al-Kubra, 1382 H), cet. 8, hal. 1/62. ada beberapa perbedaan tentang penentuan tanggal bulan April, karena adanya perbedaan dalam kalender Masehi]

Ibnu Sa’d meriwayatkan bahwa ibu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Setelah bayiku keluar, aku melihat ada cahaya yang keluar dari kemaluanku, menyinari istana_istana di Syam.” Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Al_Arbadh bin Sariyah, yang isinya serupa dengan riwayat di atas. [Lihat Muhammad bin Abdul Wahhab An_Najdy, Mukhtashar Siratir Rasul, hal. 12]

Diriwayatkan juga bahwa ada beberapa bukti pendukung kerasulan, bertepatan dengan saat kelahiran beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu runtuhnya 10 balkon istana Kisra, dan padamnya api yang biasa disembah orang_orang Majusi serta runtuhnya beberapa gereja di sekitar Buhairah setelah gereja_gereja itu ambles ke tanah. Hal ini diriwayatkan oleh Al_Baihaqi, sekalipun Muhammad Al_Ghazaly tidak mengakuinya. [Lihat Muhammad Al_Ghazaly, Fiqhus Sirah, (Mesir: Darul Al_Kitab Al_Araby, 1375 H / 1955 M), cet. 2, hal. 46]

Setelah Aminah melahirkan, dia mengirim utusan ke tempat kakeknya, yaitu Abdul Muththalib untuk menyampaikan kabar gembira tentang kelahiran cucunya Maka Abdul Muththalib datang dengan perasaan suka cita, lalu membawa beliau ke dalam Ka’bah, seraya berdoa kepada Allah dan bersyukur kepada_Nya. Dia memilih nama Muhammad bagi beliau. Nama ini belum pernah dikenal di kalangan Arab. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dikhitan pada hari ke tujuh, seperti yang biasa dilakukan orang_orang Arab. Tetapi ada juga yang berpen-dapat bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan dalam keadaan sudah dikhitan. . [Lihat Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam bin Ayyub Al_Humary, As_Sirah An_Nabawiyah, (Mesir: Syirkah Maktabah wa Mathba’ah Musthafah Al_Baby Al_Halaby wa Auladuhu, 1375 H), cet. 2, hal. 1/159; dan lihat juga kitab Talliqihu Fuhumi Ahli Atsar karya Abul Fajar Abdurrahman bin Al-Jauzy, hal. 4]

Ibnul Qayyim Al_Jauziyah berkata, “Tidak ada hadits yang kuat mengenai hal ini.” [Lihat Syamsudin Abu Abdullah Muhammad bin Bakr bin Ayyub, yang dikenal dengan nama Ibnul Qayyim Al_Jauziyah, Zadul Ma’ad, hal. 1/18]

Wanita yang pertama kali menyusui beliau setelah ibundanya adalah Tsuwaibah – dia adalah seorang hamba sahaya Abu Lahab – yang kebetulan sedang menyusui anaknya yang bernama Masruh, yang sebelumnya wanita ini juga menyusui Hamzah bin Abdul Muththalib. Setelah itu dia menyusui Abu Salamah bin Abdul Asad Al_Makhzumy.

Di Tengah Bani Sa’d bin Bakr

Tradisi yang berjalan di kangan Bangsa Arab yang relatif sudah maju, mereka mencari wanita_wanita yang bisa menyusui anak_anaknya sebagai langkah untuk menjauhkan anak_anak mereka dari penyakit yang biasa menjalar di daerah yang sudah maju, agar tubuh bayi menjadi kuat, otot_otonya kekar dan agar keluarga yang menyusui bisa melatih bahasa Arab. Maka Abdul Muththalib mencari para wanita yang bisa menyusui beliau. Dia meminta kepada seorang wanita dari bani Sa’d bin Bakr agar menyusui beliau, yaitu Halimah binti Abu Dzu’aib, dengan didampingi suaminya, yaitu Al_Hartits bin Abdul Uzza yang berjulukan Abu Kabsyah dari kabilah yang sama.

Paman beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu Hamzah bin Abdul Muththalib juga disusui di Bani Sa’d bin Bakr. Suatu hari ibu susuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah menyusui Hamzah bin Abdul Muththalib selagi beliau masih dalam susuannya. Dengan demikian, Hamzah bin Abdul Muththalib adalah saudara sesusuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari dua pihak, yaitu dari Tsuwaibah dan dari Halimah As_Sa’diyah.

Halimah As_Sa’diyah bisa merasakan barakah yang diwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga bisa mengundang decak kekaguman. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Ishaq bahwa Halimah As_Sa’diyah pernah berkisah, “Suatu kali dia pergi dari negerinya bersama suami dan anak yang disusuinya, serta bersama beberapa wanita dari Bani Sa’d bin Bakr. Tujuan mereka adalah mencari anak yang bisa disusui. Dia berkata: itu terjadi pada masa paceklik, tidak banyak kekayaan yang tersisa. Aku pergi sambi naik keledai betina berwarna putih milik kami dan seekor unta yang sudah tua dan tidak bisa diambil air susunya lagi walau setetes pun. Sepanjang malam kami tidak pernah tidur, karena harus meninabobokan bayi kami yang terus menerus menangis karena kelaparan. Air susuku juga tidak bisa diharapkan, sekalipun kami tetap masih mengharapkan adanya uluran tangan dan jalan keluar. Aku pun pergi sambil menunggang keledai betina milik kami dan hampir tidak pernah turun dari punggungnya, sehingga keledai itu pun semangkin lemah kondisinya. Akhirnya kami serombongan tiba di Makkah dan kami langsung mencari bayi yang bisa kami susui. Setiap wanita dari rombongan kami yang ditawari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pasti menolaknya, setelah tahu bahwa beliau adalah anak yatim. Tidak mengherankan, karena kami memang mengharapkan imbalan yang cukup memadai dari bapak bayi yang hendak kami susui. Kami semua berkata: Dia adalah anak yatim. Tidak ada pilihan bagi ibu dan kakek beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena kami tidak menyukai keadaan seperti itu. Setiap wanita dari rombongan kami sudah mendapatkan bayi yang disusuinya,  kecuali aku sendiri. Tatkala kami sudah siap_siap untuk kembali, aku berkata kepada suamiku: Demi Allah, aku tidak ingin kembali bersama teman_temanku wanita tanpa membawa seorang bayi yang kususui. Dermi Allah, aku benar-benar akan mendatangi anak yatim itu dan membawanya.”

Halimah As_Sa’diyah melanjutkan penuturannya, “Maka aku pun pergi menemui bayi itu (beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam) dan aku siap membawanya. Tatkala menggendongnya seakan_akan aku tidak merasa repot karena mendapat beban yang lain. Aku segera kembali menghampiri hewan tungganganku, dan tatkala puting susuku kusodorkan kepadanya, bayi itu bisa menyedot air susu sesukanya dan meminumnya hingga kenyang. Anak kandungku sendiri juga bisa menyedot air susu sepuasnya hingga kenyang, setelah itu keduannya tertidur pulas. Padahal sebelum itu kami tidak pernah tidur sepicing pun karena mengurus bayi kami. Kemudian suamiku menghampiri untanya yang sudah tua, ternyata air susunya menjadi penuh, maka kami memerahnya. Suamiku bisa minum air susu unta kami, begitu pula aku, hingga kami benar_benar kenyang. Malam itu adalah malam yang terasa paling indah bagi kami.”

Pada besok harinya suamiku berkata kepadaku, “Demi Allah, tahukah engkau wahai Halimah, engkau telah mengambil satu jiwa yang penuh barakah.” Halimah As_Sa’diyah pun berkata, “Demi Allah, aku pun berharap yang demikian itu.”

Halimah As_Sa’diyah melanjutkan penuturannya, “Kemudian kami pun siap_siap pergi dan aku menunggang keledaiku. Semua bawaan kami juga kunaikkan ber-samaku di atas punggungnya. Demi Alalh, setelah kami menempuh perjalanan sekian jauh, tentulah keledai_keledai mereka tidak akan mampu membawa beban seperti yang aku bebankan di atas pungggung keledaiku. Sehingga rekan-rekanku berkata kepadaku: Wahai putri Abu Dzu’aib, celaka engkau! Tunggulah kami! Bukankah ini adalah keledaimu yang pernah engkau bawa bersama kita dulu?” Halimah As_Sa’diyah berkata, “Demi Allah, begitulah. Ini adalah keledaiku dulu.” Mereka berkata, “Demi Allah, keledaimu itu kini bertambah perkasa.”

Kami pun tiba di tempat tinggal kami di daerah Bani Sa’d bin Bakr, aku tidak pernah melihat sepetak tanah pun milik kami yang lebih subur saat itu. Domba_ domba kami datang menyongsong kedatangan kami dalam keadaan kenyang dan air susunya juga berisi penuh, sehingga kami bisa memerahnya dan meminumnya. Sementara setiap orang yang memerah air susu hewannya sama sekali tidak mengeluarkan air susu walau setetes pun dan kelenjar susunya juga kempes. Sehingga mereka berkata garang kepada para penggembalanya, “Celakalah kalian! Lepaskanlah hewan gembalaannya kalian seperti yang dilakukan oleh gembala putri Abu Dzu’aib.” Namun domba_domba mereka pulang ke rumah tetap dalam keadaan lapar dan tidak ada setetes pun mengeluarkan air susu. Sementara domba_dombaku pulang dalam keadaan kenyang dan kelenjar susunya berisi penuh. Kami senantiasa mendapatkan tambahan barakah dan kebaikan dari Allah selama dua tahun menyusui anak susuan kami. Lalu kami menyapihnya. Dia tumbuh dengan baik, tidak seperti bayi_bayi yang lain. Bahkan sebelum usia dua tahun pun dia sudah tumbuh pesat.

Kemudian kami membawanya kepada ibunya, meskipun kami masih berharap agar anak itu tetap berada di tengah_tengah kami, karena kami bisa merasakan barakahnya. Maka kami menyampaikan niat ini kepada ibunya. Aku berkata kepadanya, “Andaikan saja engkau sudi membiarkan anakmu  ini tetap bersama kami hingga menjadi besar, karena aku khawatir dia terserang penyakit yang biasa menjalar di Makkah.” Kami terus_menerus merayu ibunya agar dia berke-nan mengembalikan anak itu tinggal bersama kami.

Begitulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tinggal di tengah_tengah Bani Sa’d bin Bakr, hingga tatkala beliau berumur empat atau lima tahun terjadi peristiwa pembelahan dada beliau. Ini adalah pendapat mayoritas pakar sejarah. Tetapi menurut riwayat Ibnu Ishaq bahwa peristiwa itu terjadi pada usia tiga tahun. [Lihat Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam bin Ayyub Al_Humary, As_Sirah An_Nabawiyah, (Mesir: Syirkah Maktabah wa Mathba’ah Musthafah Al_Baby Al_Halaby wa Auladuhu, 1375 H), cet. 2, hal. 1/164-165]

Imam Muslim meriwayatkan dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam didatangi Malaikat Jiblril, yang saat itu beliau sedang bermain_main dengan beberapa anak kecil lainnya. Malaikat Jibril memegang beliau dan menelentangkannya, lalu membelah dada dan mengeluarkan hati beliau dan mengeluarkan segumpal darah dari dada beliau, seraya berkata, “Ini adalah bagian setan yang ada pada dirimu.” Lalu Malaikat Jibril mencucinya di sebuah baskom dari emas dengan menggunakan air Zamzam, kemudian menata dan memasukkannya ke tempatnya semula. Anak_anak kecil lainnya berlarian mencari ibu susunya dan berkata, “Muhammad telah dibunuh !!!” Mereka pun datang menghampiri beliau yang wajahnya semangkin berseri. [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Muslim]

Berlanjut ........................

[+/-] Selengkapnya...

Sholawat mohon banyak Rizqi

rizqiw

"Allahumma shalli wasallim wabarik 'alaa sayyidinaa Muhammadin wa'alaa 'aalihii bi'adadi anwaa'ir rizqi walfutuuhaati yaa baasithal ladzii yabsuthur rizqaliman yasyaau bighairi hisaabin ubsut 'alainaa rizqan waasi'an, minkulli jihatin minjamii'i ghaibika boghairi minnatin makhluuqin bimakhdhi fadhlika wakaramika yaa rahmaanu".

Artinya :

Ya Allah anugerahkanlah rahmat serta keselamatan dan berkah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. dan juga atas keluarganya sebanyak bilangan rizqi dan pintu rizqi. Wahai Dzat yang menganugerahkan rizqi kepada siapa siapayang Dia kehendaki tanpa hitungan. Anugerahkanlah rizqi yang luas bagi kami dari setiap arah perbendaharaanMu yang ghaib dengan tiada makhluk lain yang mengundat-undat (karena iri hati) hanya karena anugerah dan kedermawananMu dan kemulyaanMu, wahai Dzat Yang Pemurah.

Fadhilah dan Khasiatnya :

Bagi ihwan yang kehidupan ekonominya pas-pasan/sempit, dapat mengamalkan sholawat ini secara istiqomah, istiqomah ini penting karena untuk mengukur sampai di mana tingkat kesungguhan kita dalam berdoa. Tentu saja harus disertai keyakinan yang mantap Insya Allah akan diberikan kelapangan rizqi oleh Allah SWT dari arah yang tidak terduga, sebab Allah SWT Maha Pemberi Rizqi lagi maha Pemurah. Sholawat ini baik sekali dibaca 1.000 kali waktu tengah malam setelah shalat hajat, Semoga berhasil . Amin

[+/-] Selengkapnya...

Khasiat dan Fadhilah Sholawat TIBBIL QULUB

tibbilqulub

"ALLAAHUMMA SHALLI 'ALAA SAYYIDINA MUHAMMADIN TIBBIL QULUUBI WADAWAAIHAA WA'AAFIYATIL ABDAANI WASYIFAAIHAA WANUURIL ABSHAARI WADLIYAAIHAA WAQUWWATIL AJSAADI WAL ARWAAHI WAGHIDAA IHA WA'ALAA AALIHI WASHAHBIHI AJMA'IIN"

Artinya :

Ya Allah curahkanlah rahmat kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, sebagai obat hati dan penyembuhnya, penyehat badan dan kesembuhannya dan sebagai penyinar penglihatan mata  beserta cahayanya dan merupakan makanan pokok jasmani maupun rohani, Semoga sholawat dan salam tercurahkan pula kepada keluarga serta para shahabat-shahabatnya.

Fadhilah dan Khasiat Sholawat Tibbil Qulub :

Untuk menyembuhkan penyakit perut, sholawat ini dibaca 7 x, tiap-tiap satu kali ditiupkan pada satu gelas air kemudian diminum. Atau sholawat ini dibaca 7 x tiap kali membaca dituipkan pada telapak tangan kemudian diusapkan pada perut yang sakit, Insya Allah akan segera sembuh dengan ijin Allah. Untuk hati yang sempit was-was dan bingung alias sumpek bacalah sholawat ini sebanyak-banyaknya, agar kita dijauhkan dari berbagai penyakit bacalah sholawat ini sebagai wirid setelah shalat maktubah (shalat fardlu) Insya Allah akan terhindar dari segala macam penyakit.

[+/-] Selengkapnya...

SHOLAWAT KUBRO

C 17

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَ اْلمُرْسَلِيْنَ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالنَّبِيِّنَ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالصِّدِّيْقِيْنَ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالرَّاكِعِيْنَ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالْقَاعِدِيْنَ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالسَّاجِدِيْنَ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالذَّاكِرِيْنَ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالمْكُبَرِِّيْنَ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالظَّاهِرِيْنَ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالشَّاهِدِيْنَ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالاْوَّلِيْنَ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالأخِرِيْنَ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَي يَارَسٌولَاللهِ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَانَبِيَ اللهِ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدِيْ يَاحَبِبَ اللهِ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامَنْ اَكْرَمَهٌ اللهِ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامَنْ عَظَّمَهٌ اللهِ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامَنْ شَرَّفَهُ اللهِ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامَنْ اَظْهَرَهُ اللهِ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامَن اخْتَارَهٌ اللهِ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامَنْ صَوَّرَهٌ اللهِ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامَنْ عَبَدَاللهِ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاخَيْرَخَلْقِ اللهِ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاخاَتِمَ رٌسُلِ اللهِ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسٌلْطَانَ اْلاَنْبِياَءِ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَابٌرْهاَنَ الاَصْفِيَاءِ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامُصْطَفَى

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامٌعْلَى

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامَجْتَبَى

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامٌزَكىَّ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامَكِّىٌّ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامَدَنِيٌّ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاعَرَ بِيٌّ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاقٌرَشِيٌّ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاهاَشِمِيٌّ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَااَبْطَحِيٌّ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَازَمْزَمِيٌّ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاتِهاَمِيٌّ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَااٌمِّيٌّ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّّدَوَلَدِاَدَمَ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَااَحْمَدَ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامٌحَمَّدٌ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاطَهَ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَايَس

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَامٌدَ ثّرٌ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاصاَحِبَ الكَوْثَرِ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاشَفِيْعٌ يَوْمَ المحَشَرِ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاصاَحِبَ التاَّجِ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاصاَحِبَ المِعْرَاجِ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالاَوَّلِيْنَ وَالاَخِرِيْنَ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالمحٌسِْنِيْنَ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدَالكَوْنَيْنِ وَالثَّقَلَيْنِ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاصاَحِبَ النَّعْلَيْنِ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدِي ياَرَسٌوْلَ اللهِ ياَخَاتمَِ الاَنْبِيَاءِ وَالمٌرْسَلِيْنَ

اَلْفُ اَلْفِ صَلاَةٍ وَاَلْفُ اَلْفِ سَلاَمٍ عَلَيْكَ يَاسَيِّدِي يَانَبِى اللهِ

اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ وَالْحَمْدٌلِلّهِ رَبِّ اْلعَالمَِيْنَ

BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidal Mursaliin

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidan nabiyyiin

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidas shiddiqiin

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidar raaki'iin

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidal qaa'idin

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidas saajidiin

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidadz Dzaakiriin

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidal Mukabbiriin

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidadh dhaahiriin

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidasy Syaahidiin

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidal Awwaliin

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidal aakhiriin

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidii yaa Rasulallah

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Nabiyyallaah

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa sayyidii yaa Habiiballaah

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa man Akramahullaah

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa man 'Adhdhamahullaah

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa man Syarafahullah

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa man adhharahullaah

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa manikhtaarahullaah

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa man shawwarahullaah

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa man "Abadallaah

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Khaira kholqillaah

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Khaatima rasuulillaah

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Sulthaanal Anbiyaa'

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Burhaanal Ashfiyaa'

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Musthafaa

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Ma'laa

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Mujtabaa

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Muzakkaa Makkiyyu

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Madaniyyu

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa"Arabiyyu

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Qurasyiyyu

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Haasyimiyyu

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Abthahiyyu

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Zamzamiyyu

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Tihaamiyyu

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Ummiyyu

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Sayyida Waladi Aadam

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Ahmadu

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Muhammad

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Thahaa

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Yaasiin

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Muddatstsiru

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa ShaaKautsarihibal

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Syaafii'uyaumal Mahsyari

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Shaahibat Taaji

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Shaahibal Mi'raaji

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Sayyidal Awwaliina wal aakhiriin

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Sayyidal Muhsiniin

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Sayyidal Kaunaini Wats-tsaqalaini

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Shaahiban Na'lain

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Sayyidii yaa Rasuulallaah yaa Khaatimal Anbiyaa'i wal Mursaliin

Alfu Alfi shalaatin wa Alfi Salaamin 'Alaika yaa Sayyidii yaa Nabiyyallaahi ilaa yaumiddiin wal hamdu lillaahi Rabbil 'Aalamiin.

 

Artinya :

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu para utusan

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu para nabi

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu para shiddiqin

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu orang-orang yang ruku'

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu orang-orang yang duduk

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu orang-orang yang sujud

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu orang-orang yang dzikir

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu orang-orang yang mengagungkan

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu orang-orang yang nampak

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu orang-orang yang bersaksi

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu orang-orang yang terdahulu

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu orang-orang yang kemudian

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghuluku ya Rasulallah

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai Nabi Allah

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai junjunganku wahai kekasih Allah

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang yang dihormati Allah

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang yang diagungkan Allah

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang yang dimuliakan Allah

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang yang didhahirkan Allah

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang yang dipilih Allah

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang yang dilukiskan Allah

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang yang berbakti kepada Allah

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai sebaik-baik makhluk

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penutup para utusan Allah

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai Raja para Nabi

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai Hujjah paraSufi

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai manusia pilihan

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai manusia yang ditinggikan

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai manusia yang dipilih

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang yang disucikan

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang Makkah

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang Madinah

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang Arab

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai bangsa Qurays

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai keturunan Hasyim

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai bangsa Abthahiyyah

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai bangsa Zamzam

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai bansa Tihammah

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai nabi yang Ummi

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu anak Adam (manusia)

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai Nabi Ahmad

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai Nabi Muhammad

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai Nabi Thaha

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai Nabi Yasin

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang yang berselimut

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang yang memiliki telaga Kautsar

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang yang memiliki mahkota

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai orang yang bermi'raj

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu orang-orang yang terdahulu dan  kemudian

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai penghulu orang yang baik-baik

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai pemimpin dunia dan akhirat,pemimpin jin dan manusia

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai yang memiliki dua sandal

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai junjunganku wahai utusan Allah, wahai penutup para Nabi dan para Rasul

Sejuta rahmat dan sejuta keselamatan untukmu wahai  junjunganku wahai nabi Allah hingga hari pembalasan dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam.

Fadhilah dan faedah Sholawat Kubro :

Adapun fadhilah dan khasiyat sholawat Kubro itu besar dan banyak sekali , yang diantaranya barang siapa yang membaca secara istiqomah sehari satu kali , insya Allah orang tersebut akan diberi pahala dan kenikmatan yang besar sekali dari Allah, yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar telinga orang dan belum pernah terlintas di benak seseorang. Dan juga akan mendapat ketentraman hati cukup sandang pangan serta dikabulkan hajatnya.

Sholawat Kubro dinukil dari Alfiyatusholawat yang dihimpun oleh Syaich Muslih bin Abdurrahman Al-Muraqy, dan sholawat itu dinamakan Sholawat Kubro, menurut beliau fadhilah sholawat ini yaitu baik sekali bagi orang yang sedang menunaikan Ibadah Haji ke Mekah dan Madinah untuk memperbanyak membaca sholawat Kubro itu di mana saja yang pantas. Lebih-lebih di waktu ziarah ke makam Rasulullah saw, maka sangat dianjurkan sekali agar segala maksud dan tujuannya yang baik dapat dikabulkan, hajinya menjadi haji yang mabrur, umrahnya menjadi umrah yang diterima oleh Allah SWT, dengan sebab berkah sholawat dan dengan sebab syafaat Nabi Muhammad saw.

Itulah sholawat yang dinisbatkan pada waliyullah Imam Junaid Al-Bagdadi.

[+/-] Selengkapnya...

Lupa hafalan Alqur'an

Karena seringnya membaca Alqur’an seseorang menjadi hafal beberapa ayat / surat namun lama-lama ia lupa. Bagaimana hukumnya ?

Seseorang yang lupa akan hafalan Alqur’an hukumnya berdosa kecuali ia mampu menghafal kembali tanpa masyaqqah, bersusah payah.

وَمِنْ مَعَاصِي اللِّسَانِ نِسْيَانُ الْقُرْآنِ كُلِّهِ أَوْ بَعْضِهِ مِمَّا حَفِظَهُ عَنْ قَلْبٍ بِتَرْكِ قِرَاءَتِهِ وَهُوَ مِنَ الْكَبَائِرِ إِذَا لَمْ يُمْكِنْهُ حِفْظُهُ مَرَّةً ثَانِيَةً إِلاَّ بِتَعَبٍ وَمَشَقَّةٍ كَأَوَّلِ مَرَّةٍ، وَإِلاَّ بِأَنْ أَمْكَنَهُ حِفْظُهُ بالسُّهُوْلَةِ بِتَكَرُّرِهِ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ مَثَلاً فَلاَ يَضُرُّ هَكَذَا مَا نُقِلَ عَنِ الْمَشَايِخِ [بهجة الوسائل 37]

“Termasuk maksiat lisan yaitu lupa Alqur’an, baik keseluruhan atau sebagian dari yang telah dihafalkan, sebab meninggalkan baca Alqur’an. Hal tersebut termasuk dosa besar bila ia tidak mampu menghafal kembali kecuali dengan payah dan berat sebagaimana pertama kali menghafal. Apabila tidak payah/berat yakni dengan mudah ia mampu menghafal kembali, baik dengan mengulang-ulang sekali atau dua kali maka tidak mengapa. Demikianlah keterangan yang dinukil dari para masyayikh.” (Bahjah al-Wasail 37)

[+/-] Selengkapnya...