BUKTI TAWASUL NABI NUH KEPADA RASULULLAH SAW

image Pada bulan Juli 1951 sebuah tim yang terdiri
dari ahli-ahli Rusia melakukan penelitian terhadap
Lembah Kaat. Sepertinya mereka tertarik untuk menemukan
sebuah tambang baru di daerah tersebut.
Dalam penelitiannya mereka menemukan beberapa
potong kayu di daerah tersebut berserakan.

Mereka kemudian mulai menggali tempat tersebut
dengan tujuan untuk menemukan sesuatu yang berharga.
Tetapi alangkah terkejutnya mereka ketika menemukan
kumpulan potongan-potongan kayu tertimbun di situ.
Salah seorang ahli yang ikut serta memperkirakan,
setelah meneliti beberapa lapisanya, bahwa kayu-kayu
tersebut bukanlah kayu yang biasa, dan menyimpan rahasia
yang sangat besar di dalamnya.

Mereka mengekskavasi tempat tersebut dengan penuh keingintahuan.
Mereka menemukan cukup banyak potongan-potongan
kayu di daerah penggalian tersebut, dan
di samping itu mereka juga menemukan hal-hal
lain yang sangat menarik. Mereka juga menemukan
sepotong kayu panjang yang berbentuk persegi.
Mereka sangatlah terkejut setelah mendapati
bahwa potongan kayu yang berukuran 14 X 10 inchi
tersebut ternyata kondisinya jauh lebih baik
dibandingkan potongan-potongan kayu yang lain.
Setelah waktu penelitian yang memakan waktu yang
cukup lama, hingga akhir tahun 1952, mereka
mengambil kesimpulan bahwa potongan kayu tersebut
merupakan potongan dari bahtera Nabi Nuh a.s.
yang terdampar di puncak Gunung Calff (Judy).
Dan potongan (pelat) kayu tersebut,
di mana terdapat beberapa ukiran dari
huruf kuno, merupakan bagian dari bahtera tersebut.

Setelah terbukti bahwa potongan kayu
tersebut merupakan potongan kayu dari
bahtera Nabi Nuh a.s., timbullah pertanyaan
tentang kalimat apakah yang tertera di
potongan kayu tersebut. Sebuah dewan yang
terdiri dari kalangan pakar dibentuk oleh
Pemerintah Rusia di bawah Departemen Riset
mereka untuk mencaritahu makna dari tulisan
tersebut. Dewan tersebut memulai kerjanya pada
tanggal 27 Februari 1953.
Berikut adalah nama-nama dari anggota dewan tersebut:
1. Prof. Solomon, Universitas Moskow
2. Prof. Ifa Han Kheeno, Lu Lu Han College , China
3. Mr. Mishaou Lu Farug, Pakar fosil
4. Mr. Taumol Goru, Pengajar Cafezud College
5. Prof. De Pakan, Institut Lenin
6. Mr. M. Ahmad Colad, Asosiasi Riset Zitcomen
7. Mayor Cottor, Stalin College

Kemudian ketujuh orang pakar ini setelah
menghabiskan waktu selama delapan bulan
akhirnya dapat mengambil kesimpulan bahwa
bahan kayu tersebut sama dengan bahan kayu
yang digunakan untuk membangun bahtera Nabi
Nuh a.s., dan bahwa Nabi Nuh a.s. telah meletakkan
pelat kayu tersebut di kapalnya demi keselamatan dari
bahtera tersebut dan untuk mendapatkan ridho Illahi.

Terletak di tengah-tengah dari pelat tersebut adalah
sebuah gambar yang berbentuk telapak tangan dimana juga terukir
beberapa kata dari bahasa Saamaani.
Mr. N.F. Max, Pakar Bahasa Kuno, dari Mancester, Inggris telah
menerjemahkan kalimat yang tertera di pelat tersebut menjadi:
"Ya Allah, penolongku! Jagalah tanganku dengan kebaikan dan bimbingan
dari dzatMu Yang Suci, yaitu Muhammad, Ali, Fatima, Shabbar dan Shabbir.
Karena mereka adalah yang teragung dan termulia.
Dunia ini diciptakan untuk mereka maka tolonglah aku demi nama mereka."

Semuanya sangatlah terkejut setelah mengetahui arti
tulisan tersebut. Terutama yang membikin mereka
sangatlah bingung adalah kenapa pelat kayu tersebut
setelah lewat beberapa abad tetap dalam keadaan utuh dan tidak rusak sedikitpun.
Pelat kayu tersebut saat ini masih disimpan dengan
rapih di Pusat Penelitian Fosil Moskow di Rusia.

Jika anda sekalian mempunyai waktu untuk mengunjungi
Moskow, maka mampirlah di tempat tersebut, karena pelat
kayu tersebut akan menguatkan keyakinan anda terhadap kedudukan Ahlul Bayt a.s.

Terjemahan kalimat tersebut telah dipublikasikan antara lain di:
1. Weekly - Mirror, Inggris 28Desember 1953
2. Star of Britain , London , Manchester 23 Januari 1954
3. Manchester Sunlight, 23Januari 1954
4. London Weekly Mirror, 1Februari 1954
5. Bathraf Najaf , Iraq 2 Februari 1954
6. Al-Huda, Kairo 31 Maret 1954
7. Ellia - Light, Knowledge & Truth, Lahore 10 Juli 1969

Sumber : http://hidangan-ilahi.blogspot.com

[+/-] Selengkapnya...

Mencintai Dengan Bershalawat

Bila bicara, kata katanya bagaikan mutiara. Bila diam, dia menyimpan kesejukan. Bila berjalan, matanya sangat terjaga. BIla berprilaku, dia laksana Al Quran berjalan. Dia bagaikan Malaikat, memberikan cahaya. Cahaya iman. Jejaknya jadi teladan bagi setiap orang. BIla satu kali namanya di sebutkan, beribu doa dan rahmat terlimpah atasnya. Atas wujudnyalah, lahir cinta sejati. Cinta suci yang tak pernah ternodai.

Seorang pemuda mendapatkan surat dari kekasihnya. Sebelum surat itu dibuka, perangkonya di lepas dan dijilatinya. Lalu dia membalas surat

itu dan bercerita kalau perangkonya dia jilati. Karena si pemuda yakin bahwa sewaktu menempel perangko itu pasti memakai ludah kekasihnya. Jadi hitung hitung menelan ludah kekasihnya walaupun sudah kering.

Tak lama berslelang datanglah balasan dari si kekasih. Ia menyatakan terimakasih atas kemurnian cintanya. Tetapi maaf, katanya, yang menempelkan perangko dahulu bukan dia sendiri tetapi tukang becak yang dia titipi untuk mengeposnya. Keruan saja si pemuda nyengir kecut. Itulah orang yang sedang dimabuk cinta.

DI tanah Arab, Majnun yang mencintai Layla, disebut gila. Karena dia datang ke rumah Layla dan menciumi dinding rumah itu sepuas puasnya.

Terhadap cemoohan itu, Majnun menjawabnya dengan puisi:

Aku melewati rumah, rumah Layla

Kucium dinding ini, dinding ini

Tidaklah cinta rumah yang memenuhi hati

Tetapi cinta kepada dia yang tinggal di rumah ini

Sekali lagi, begitulah cinta. Menurut psikolog muslim klasik, Ibnu Qayyim, cinta ditandai dengan perhatian yang aktif pada orang yang kita cintai dan ada kenikmatan menyebut namanya. Ketika menyebut atau mendengar orang menyebut, nama kekasih kita, hati kita bergetar. Tiada yang lebih menyenangkan hati daripada mengingatnya dan menghadirkan kebaikan kebaikannya. JIka ini menguat dalam hati, lisan akan memuji dan menyanjungnya. Seperti itulah orang orang yang mencintai Rasulullah.

Segera setelah Nabi wafat, Bilal tidak mau mengumandangkan azan. Akhirnya, setelah didesak oelh para sahabat, Bilal mau juga. Tetapi masya Allah, ketika sampai pada kata ‘Wa asyhadu anna Muhammad….’ Dia berhenti. Suaranya tersekat di tenggorokan. Dia menangis keras. Nama Muhammad, kekasih yang baru saja kembali ke Rabbul izzati, menggetarkan jantung Bilal. BIlal bukan tidak mau menyebut nama Rasulullah. Baginya, nama Muhammad adalah nama insan yang paling indah. Justru karena cintanya kepada Rasulullah, nama beliau sering diingat, disebut dan dilantunkan.

Berbahagialah orang yang merasa nikmat saat bershalawat. Karena menurut Rasuullah, orang yang paling dekat dengan beliau di hari kiamat adalah orang yang paling banyak bershalawat (HR Tirmidzi).

Cukuplah kita simak nasihat Ibnu Athailah ini: Betapa indahnya hidup ini jika engkau isi dengan taat kepada Allah. Yaitu dengan cara berzikir kepada Allah dan sibuk bershalawat atas Rasulullah pada setiap waktu disertai oleh kalbu yang ikhlas, jiwa yang bening, niat yang baik dan perasaan cinta kepada Rasulullah. “Sesungguhnya Allah beserta para malaikatNya bershalawat atas Nabi. Wahai orang yang beriman, ucapkanlah shalawat dan salam atasnya” (QS Al Azhab 33:56).

Ingin Mimpi bertemu Nabi

Siang itu, dengan wajah muram seorang murid bersimpuh di hadapan syaikhnya. Syaikh, dengan suara berwibawa bertanya, “Apa gerangan yang merisaukanmu?”

“Wahai syaikh, sudah lama saya ingin melihat wajah Rasulullah walau hanya lewat mimpi. Tetapi sampai sekarang keinginan itu belum terkabul juga” jelas is murid.

“Oo..rupanya itu yang engkau inginkan. Tunggu sebentar…” Setelah diam beberapa saat, berkatalah Syaikh:

“Nanti malam, datanglah engkau kemari. Aku mengundangmu makan malam”

Sang murid mengangguk kemudian pulang ke rumahnya. Setelah tiba saatnya, pergilah dia ke rumah Syaikh untuk memenuhi undangannya. Dia merasa heran melihat Syaikh hanya menghidangkan ikan asin.

“Makan, makanlah semua ikan itu. Jangan sisakan sedikitpun!” kata Syaikh kepada muridnya.

Karena tergolong murid taat, dia habiskan seluruh ikan asin yang disuguhkan. Selesai makan, dia merasa kehausan. Dia segera meraih segelas air dingin di hadapannya.

“Letakkan kembali gelas itu!” perintah Syaikh. “Kau tidak boleh minum air itu hingga esok pagi, dan malam ini kau tidur di rumahku!”

Dengan penuh rasa heran, diturutinya perintah Syaikh. Malam itu dia tak bisa tidur. Lehernya serasa tercekik karena kehausan. Dia membolak balikkan badannya hingga akhirnya tertidur karena kelelahan. Apa yang terjadi? Malam itu dia bermimpi minum air sejuk dari sungai, mata air dan sumur. Mimpi itu sangat nyata. Seakan akan benar terjadi padanya.

Begitu bangun paginya, dia langsung menghadap Syaikh.

“Wahai guru, bukannya menlihat Rasulullah, saya malah bermimpi minum air”

Tersenyumlah Syaikh mendengar jawaban muridnya. Dengan bijaksana dia berkata, “Begitulah, makan ikan asin membuatmu amat kehausan sehingga kau hanya memimpikan air sepanjang malam. JIka kau merasakan kehausan semacam itu akan Rasulullah, maka kau akan melihat ketampanannya”

Terisaklah si murid. Dia sadar betapa cintanya kepada Rasulullah hanyalah sebatas kata. Kerinduan sebatas pengakuan.

Kondisi si murid adalah kondisi hati kebanyakan kita semua. Cinta pada dunia menutupi cinta kita pada Nabi. Jujur saja, hati ini tak merasa nikmat saat bershawlawat. Apalagi bergetar. Biasa biasa saja.

Tetapi kita tak perlu berkecil hati. Yang kita ulas diatas adalah shalawat pecinta, sementara kita adalah shalawat pemula. Bagi pemula, Syaikh Muzaffer Ozak (penutur cerita mimpi diatas) berpesan, “Bila kau terus mengulang ulang shalawat dengan ikhlas, hampir pasti akan menjumpai Rasulullah dan siapapu yang melihatnya hampir pasti akan mendapat syafaatnya”

Jadi,melantunkan shalawat bagi pemula laksana menanam benih. Mula mula dalam ucapan, lalu dalam pikiran. Bukankah segala tindakan selalu bermula dari pikiran? Apa yang sedang anda pikirkan saat ini menciptakan kehidupan masa depan anda. Anda menciptakan hidup anda dengan pikirna pikiran anda. Apa yang paling anda pikirkan dan fokuskan adalah apa yang akan muncul dalam hati anda. Apapun yang anda tanam, itulah anda tuai.

“Kau adalah pikiranmu saudaraku! Sisanya adalah tulang dan otot. Jika engkau memikirkan bunga mawar, engkau adalah taman mawar. Jika engkau memikirkan duri, engkau adalah kayu bakar” demikian senandung Jalaluddin Rumi dalam Matsnawi (2:277-8)

Dengan memperbanyak shalawat, kita ingin pikiran kita jadi ‘taman cinta Rasulullah’. Kita ingin tindakan kita memancarkan keharuman akhlak Sang Teladan Segala Zaman.

Para psikolog pun belakangan membuktikan bahwa karakter manusia dapat diubah secara menyeluruh dengan pengulangan kata kata tertentu. Dna hasil yang dicapai melalui kata kata itu ternyata mengagumkan. RMP (repetitive magic power) istilah mereka. “Segala sesuatu yang anda pancarkan lewat pikiran, perasaan, citra mental dan tutur kata anda, akan didatangkan kembali ke dalam kehidupan anda,” tegas Ponder, salah seorang pakar law of attraction.

Maka beruntunglah kita hidup di tanah air ini yagn didalamnya shalawat selalu menyertai tahap tahap kehidupan kita. Saat dilahirkan, bahkan sejak dalam kandungan 7 bulan, dikhitan, dinikahkan, lulus ujian dan ketika meninggal dunia, semua tahapan itu diisi dengan bacaaan shalawat Nabi. Itulah cara orang tua kita dahulu menghidupkan kecintaan kepada Rasulullah dihati kita. Tiada hari tanpa siraman shalawat, agar pohon kerinduan kepada Rasulullah terus tumbuh subur dan menakjudkan orang yang menanamnya. ~~

http://nabimuhammad.info

Written by: Ibnu Muhammad Salim

[+/-] Selengkapnya...

Category: 0 comments

Sayap-sayap ampunan

Pada malam Mi’roj, sebagaimana termaktub dalam sebuah hadist qudsi, saat Rasulullah sedang melakukan perjalanan di dampingi Malaikat Jibril, tiba-tiba ada sesosok malaikat yang jatuh didepan beliau. Bulu-bulu malaikat itu telah rontok dan bentuk amat berbeda dengan kebanyakan malaikat lain.

Beliau pun terkejut, dan bertanya pada Jibril:

“Ya Jibril, siapa malaikat ini?

“Ia adalah malaikat yang termasuk dalam golongan malaikat muqarrabin,” tegas Jibril. Malaikat muqarrabin merupakan malaikat-malaikat yang sangat dekat dengan Allah SWT.

“Apa yang telah terjadi padanya?”, tanya Rasulullah kemudian.

Jibril terdiam sejenak. Lalu Jibril pun bertutur:

”Suatu saat, malaikat yang termasuk dalam golongan malaikat muqarrabin  itu di utus oleh Allah untuk menghancurkan suatu kaum yang durhaka pada Allah, namun ia menolaknya”.

Aku tak kuasa melakukannya, Tuhanku. Aku kasihan pada mereka. Di antara mereka ada anak-anak kecil dan kaum wanita yang tak berdaya. Aku tak sanggup melakukannya, Tuhanku. Maafkan aku,” ujarnya sambil menangis.

Mendengar penolakannya itu Allah pun murka. Hal itu berlangsung hingga empat ribu tahun lamanya. Keadaanya pun cukup mengedihkan, seperti telah di saksikan Rasulullah dalam perjalanan Mi’roj-nya itu.

Rasulullah pun trenyuh mendengarnya.

“Apakah tak ada taubat baginya, wahai Jibril?”

“Ada, Muhammad. Allah telah mewahyukan padaku, bahwa taubatnya akan diterima jika ia menyampaikan shalawat untukmu sebanyak sepuluh kali,” ungkap Jibril.

Maka malaikat itupun bershalawat untuk Rasulullah sebanyak 10 kali. Sesaat kemudian, malaikat itu kembali ke tempat semula. Dan ia dikaruniai 70 ribu wajah. Pada setiap wajahnya terdapat 70 ribu mulut. Sedangkan pada tiap mulut itu masing-masing terdapat 70 ribu lisan. Lisan-lisan itu bertasbih pada Allah sebanyak 70 ribu tasbih.

Tak hanya itu, dari tasbih-tasbih yang dilantunkan oleh lisan-lisan itu terciptalah malaikat, dimana malaikat-malaikat itu akan memohonkan ampunan Allah untuk orang-orang yang bershalawat padamu.

Demikianlah, orang-orang yang membaca shalawat untuk Rasulullah akan dimintakan ampunan oleh malaikat. Betapa besar karunia Allah pada yang melantunkan shalawat untuk kekasih-Nya itu.*

dari Buku Rahasia Shalawat Rasulullah saw (M. Syukron Maksum,Ahmad fathoni el-Kaysi)

penerbit : Mutiara Media

(Khazinatul Asrar karya Muhammad Haqqi an-Naziliy)

[+/-] Selengkapnya...

Category: 1 comments

Srigala Tanpa Nyali

Abul Hasan asy-SrSyadzili pernah mengalami saat-saat penuh ketakutan akan binatang buas. Ini terjadi saat ia berada dalam petualangannya. Asy-Syadzili, sebagaimana yang dilakukan para sufi lainnya, memang senang berpetualang ke segala penjuru bumi Allah yang demikian luas.
Nah, suatu ketika asy-Syadzili terpaksa bermalam di sebuah tempat yang banyak terdapat binatang buas. Rasa manusiawinya pun muncul, ia mulai ketakutan saat binatang-binatang pemakan daging itu mulai mengeluarkan suaranya satu persatu. Beberapa juga mulai menatap asy-Syadzili, dan dari sorot matanya ia tahu jika binatang yang taringnya sanggup mencabik-cabik tubuh manusia itu menginginkan daging asy-Syadzili. Keselamatannya benar-benar terancam ketika itu.

Saat itulah ia membaca shalawat untuk Nabi saw. Ia melakukannya karena ia ingat sebuah hadist Rasulullah saw: ”Barangsiapa yang bershalawat untukku sekali, maka Allah SWT akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim).

Ia sangat meyakini akan sabda Rasul saw itu. Logikanya, jika Allah SWT bershalawat padanya, berarti ia berada dalam lindungan Allah. Cukuplah perlindungan Allah itu menyelamatkan dirinya dari gangguan binatang-binatang buas itu, sebab binatang-binatang itu adalah makhluk Allah juga yang tentu saja berada dalam kendaliNya.

Benar saja, begitu kalimat-kalimat shalawat untuk Rasulullah saw mengalir dari bibirnya dengan penuh kekhusyukan, rasa takut akan binatang-binatang buas itu pun hilang. Dan berangsur-angsur kondisi pun aman tanpa kekhawatiran akan keselamatan jiwanya.*

dari Buku Rahasia Shalawat Rasulullah saw (M. Syukron Maksum,Ahmad fathoni el-Kaysi)

penerbit : Mutiara Media

[+/-] Selengkapnya...

Category: 0 comments