Sejarah Hidup Muhammad SAW: Sikap Rasulullah Terhadap Istri

Sejarah Hidup Muhammad SAW: Sikap Rasulullah Terhadap Istri

 

Sejarah Hidup Muhammad SAW: Sikap Rasulullah Terhadap Istri

REPUBLIKA.CO.ID, Kecemburuan yang terjadi di antara para istri Rasulullah wajar terjadi. Beliau telah memberi tempat dan kedudukan kepada istri-istrinya sedemikian rupa, suatu hal yang tidak pernah dikenal di kalangan Arab.
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Umar bin Khathab pernah berkata, "Sungguh, kalau kami dalam zaman jahiliyah, wanita-wanita tidak lagi kami hargai. Kami menghargai mereka setelah Allah memberikan ketentuan tentang mereka dan memberikan pula hak kepada mereka."
Suatu ketika, saat Umar sedang dalam suatu urusan tiba-tiba istrinya berkata, "Coba kau berbuat begini atau begitu."
"Ada urusan apa engkau di sini, dan perlu apa engkau dengan urusanku!" kata Umar dengan nada tinggi.
Istrinya membalas, "Aneh sekali engkau, Umar. Engkau tidak mau ditentang, padahal putrimu menentang Rasulullah SAW sehingga beliau gusar sepanjang hari."
Umar kemudian mengambil mantelnya, lalu keluar menemui putrinya, Hafshah. "Anakku," kata Umar, "Engkau menentang Rasulullah SAW sampai beliau merasa  gusar sepanjang hari?"
Hafshah menjawab, "Memang kami menentangnya."
"Engkau harus tahu, anakku. Kuperingatkan engkau, jangan terpedaya. Orang telah terpesona oleh kecantikannya sendiri dan mengira cinta Rasulullah SAW hanya  karenanya." 
Kemudian Umar pergi menemui Ummu Salamah, karena mereka masih berkerabat. Dia ingin membicarakan masalah Hafshah. Ummu Salamah berkata, "Aneh sekali engkau, Umar! Engkau sudah ikut campur dalam segala hal, sampai-sampai mau mencampuri urusan Rasulullah SAW dan rumah tangganya!' 
Umar tak mampu berkata-kata. Ia pun kemudian pergi.
Muslim dalam Shahih-nya menyebutkan bahwa Abu Bakar pernah meminta izin kepada Nabi akan menemuinya dan setelah diizinkan ia pun masuk, kemudian datang Umar meminta izin dan masuk pula setelah diberi izin. 
Mereka menjumpai Nabi SAW sedang duduk dalam keadaan masygul di tengah-tengah para istrinya yang juga sedang masygul dan diam. Ketika itu Umar berkata, "Saya akan mengatakan sesuatu yang akan membuat Nabi SAW tertawa." Lalu kata Umar, "Wahai Rasulullah, jika engkau melihat Binti Kharijah—istri Umar—meminta uang belanja kepadaku, maka aku bangun dan meninju lehernya."
Maka Rasulullah pun tertawa, seraya berkata, "Mereka itu sekarang di sekelilingku meminta uang belanja!"
Ketika itu Abu Bakar lalu menghampiri Aisyah dan meninju lehernya, demikian juga Umar, ia menghampiri Hafshah dan meninjunya, sambil berkata, "Kalian meminta sesuatu yang tidak ada pada Rasulullah SAW!"
Mereka pun menjawab: "Demi Allah, kami sama sekali tidak minta kepada Rasullullah, sesuatu yang tidak dipunyainya."
Sebenarnya, Abu Bakar dan Umar waktu itu menemui Nabi, karena beliau tidak tampak keluar waktu shalat. Karena itu kaum Muslimin bertanya-tanya, ada apa    gerangan yang menghalangi.
Dalam peristiwa Abu Bakar dan Umar dengan Aisyah dan Hafshah inilah turun firman Allah: "Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu: "Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut'ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar." (QS Al-Ahzab: 28-29)
Nabi telah memberi kedudukan kepada istri-istrinya, sedang sebelum itu—seperti wanita-wanita Arab lainnya—mereka tidak pernah mendapat penghargaan orang. Jadi wajar jika sikap mereka kini agak berlebih-lebihan dalam menggunakan kebebasan, suatu hal yang tidak pernah dialami oleh sesama kaum wanita.
Sampai-sampai ada di antara mereka yang menentang Nabi dan membuat Nabi gusar sepanjang hari. Beliau sudah berusaha menghindarkan diri dari mereka, meninggalkan mereka, supaya kasih sayang beliau kepada mereka tidak sampai membuat tingkah laku mereka tambah melampaui batas. Bahkan ada dari mereka yang mengeluarkan rasa cemburunya dengan cara yang tidak layak.

 

Sumber :http://www.republika.co.id

[+/-] Selengkapnya...

Category: 0 comments

Sejarah Hidup Muhammad SAW: Teladan dalam Rumah Tangga Rasulullah

 

Sejarah Hidup Muhammad SAW: Teladan dalam Rumah Tangga Rasulullah

Sejarah Hidup Muhammad SAW: Teladan dalam Rumah Tangga Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, Umar kemudian pergi ke masjid, dan dengan suara lantang ia berkata kepada kaum Muslimin, "Rasulullah SAW tidak menceraikan isterinya."
Sehubungan dengan peristiwa ini, turun ayat-ayat suci ini: "Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepadamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS At-Tahrim: 1-2)
"Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang istrinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu (Hafsah) bertanya: "Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
"Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula."
"Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan."
(QS At-Tahrim: 3-6)
Dengan demikian peristiwa itu selesai. Istri-istri Nabi kembali sadar, dan beliau pun kembali kepada mereka setelah mereka benar-benar bertaubat, menjadi manusia yang rendah hati beribadah dan beriman. Kehidupan rumah tangganya sekarang kembali tenang, yang memang demikian diperlukan oleh setiap manusia yang sedang melaksanakan suatu beban besar yang ditugaskan kepadanya.
Apabila orang itu orang besar seperti Muhammad SAW, lemah-lembut  seperti beliau,  berlapang dada, tahan menderita, orang berwatak dengan segala sifat-sifat yang ada padanya—yang sudah disepakati dan diakui pula oleh semua penulis sejarah Hidupnya—maka menggambarkan salah satu dari kedua peristiwa itu an sich sebagai sebab ia memisahkan diri dan mengancam hendak menceraikan istri, adalah suatu   hal yang kebalikannya, jauh daripada suatu cara kritik sejarah.
Sebaliknya, kritik yang akan dapat diterima orang dan sejalan pula dengan logika sejarah ialah apabila peristiwa-peristiwa itu mengikuti jejak yang sebenarnya, yang akan membawa kepada kesimpulan-kesimpulan yang sudah pasti tidak bisa lain akan ke sana. Maka dengan demikian ia akan menjadi masalah biasa, masuk akal dan secara ilmiah dapat diterima.
Ada beberapa orientalis yang juga bicara tentang ayat-ayat yang turun pada permulaan surah At-Tahrim seperti di atas. Disebutkan bahwa semua kitab suci di Timur tidak ada yang menyebut-nyebut peristiwa rumah tangga dengan cara semacam itu.
Rasanya tidak perlu kita mengatakan lagi apa yang tersebut dalam kitab-kitab suci itu semua—termasuk Alquran di antaranya tentang masyarakat Luth dengan segala cacat mereka. Bahkan Taurat (Perjanjian Lama) membawa cerita tentang Luth dan dua anaknya yang perempuan ketika mereka memberikan minuman anggur kepada bapaknya sehingga dua malam berturut-turut ia mabuk, dengan maksud supaya dapat masing-masing mereka dapat tidur dengan Luth dan dengan demikian mereka memperoleh keturunan—karena khawatir keluarga Luth kelak akan punah, setelah  Tuhan menurunkan bencana. Oleh sebab itu, maka semua kitab suci membuat kisah-kisah para rasul serta apa yang mereka lakukan dan segala apa yang terjadi, ialah sebagai suri teladan bagi umat manusia.
Banyak sekali kisah-kisah demikian dalam Alquran. Tuhan menyampaikan kisah-kisah yang baik sekali kepada Rasulullah. Sedang Alquran bukan hanya diturunkan kepada Nabi Muhammad, melainkan kepada seluruh umat manusia. Muhammad SAW adalah seorang nabi dan rasul, sebelum dia pun telah banyak rasul-rasul lain yang dibawakan kisahnya dalam Alquran.
Jika Qur'an menyampaikan berita-berita tentang Muhammad SAW dan menyangkut  pula kehidupan pribadinya yang perlu menjadi contoh buat kaum Muslimin dan teladan yang baik pula, serta memberi isyarat tentang arti dalam tindakan dan kebijaksanaannya itu, maka kisah-kisah para nabi  yang terdapat dalam Alquran itu sama sekali tidak berarti keluar daripada apa yang terdapat dalam kitab-kitab  suci  lain.
Apabila kita mengatakan bahwa masalah Muhammad SAW meninggalkan istrinya itu bukan sebab yang berdiri sendiri di samping sebab-sebab lain yang telah menimbulkan cerita itu, juga bukan karena Hafshah bercerita kepada Aisyah tentang apa yang dilakukan Nabi dengan Maria—suatu hal yang memang patut dilakukan oleh setiap laki-laki terhadap istrinya atau siapa saja yang sah menjadi miliknya—orang akan melihat, bahwa tinjauan yang dikemukakan oleh beberapa orientalis itu,  dari segi kritik sejarah sama sekali tidak dapat dibenarkan. Juga tidak pula sejalan dengan apa yang ada dalam kitab-kitab suci sehubungan dengan kisah-kisah dan kehidupan para nabi itu.

Sumber: http://www.republika.co.id/

[+/-] Selengkapnya...

Category: 0 comments

Puasa, saat Tubuh Buang Racun

Oleh Anies

DALAM kenyataan sehari-hari, banyak kegiatan yang dibatalkan atau diundur diadakan menunggu usai bulan ramadan. Puasa dihubungkan pula dengan timbulnya rasa lesu, lemah serta kurang berkonsentrasi.

Benarkah puasa dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari, bahkan gangguan kesehatan ? Sebenarnya hal tersebut bukan terkait langsung dengan ibadah puasanya, melainkan karena pola makan yang berubah. Semula makan tiga kali sehari menjadi dua kali, makan sahur dan buka puasa.

Puasa tidak harus menimbulkan gangguan kesehatan, bahkan dalam banyak kasus justru membuat tubuh menjadi bugar. Tentu saja yang tidak kalah penting adalah pengaturan buka puasa dan makan sahur, sebagai rangkaian dari ibadah puasa tersebut.  

Puasa sering dikaitkan dengan kesehatan, baik berupa gangguan kesehatan maupun pengaruhnya yang positif terhadap sesuatu penyakit yang sedang diderita. Ada sisi lain yang sering terlupakan, yaitu adanya pembersihan racun di dalam tubuh sewaktu berpuasa.

Pembersihan Racun

Beberapa hari pertama puasa, biasanya kita akan merasa lemas, pusing, dan mengantuk. Hal ini karena tubuh sedang melewati proses adaptasi terhadap pola makan yang baru. Aktivitas menahan rasa lapar, dahaga dan emosi ini sangat baik bagi kesehatan.

Selama berpuasa, atau tidak makan dan minum selama kurang lebih 14 jam, sel-sel dan organ-organ tubuh yang berhubungan dengan sistem saluran cerna, juga ikut beristirahat. Saat itu, selain sel tubuh terhindar dari kelelahan, tubuh juga melakukan proses detoksifikasi atau pembersihan dari zat-zat beracun yang masuk ke dalam tubuh, baik lewat makanan maupun lewat udara yang dihirup. Ketika organ pencernaan beristirahat, tubuh memiliki energi untuk mengerjakan hal lain, yaitu membuang racun (toksin) yang menumpuk.

Sewaktu berpuasa, organ-organ yang berkaitan dengan pencernaan memperoleh kesempatan untuk tidak bekerja berat, termasuk lambung, usus, pankreas, empedu, dan hati. Bahkan hati merupakan organ pencernaan yang aktivitas metaboliknya paling tinggi, karena selain berfungsi sebagai gudang penyimpanan dan distributor zat-zat makanan yang diperlukan sel-sel tubuh, juga mengendalikan keluar masuknya racun pada tubuh kita.

Dengan berkurangnya kalori saat berpuasa, secara bertahap hati akan mengubah glikogen (cadangan energi dari karbohidrat yang disimpan oleh hati) menjadi glukosa dan energi. Berkurangnya jumlah glikogen karena puasa akan dikompensasi dengan menggunakan protein dalam otot. Hal ini sebagai penghasil glukosa dan energi dengan cara mengubah protein menjadi asam-asam amino lebih dulu. Asam lemak digunakan paling akhir setelah energi dari protein mulai menipis.

Sebagaimana protein, lemak juga diubah dulu menjadi keton sebelum menjadi energi yang dapat digunakan otak. Proses ini disebut ketosis. Pada puasa, ketosis merupakan adaptasi tubuh untuk mencegah kekurangan protein akibat pembakaran. Pembentukan keton baru dimulai pada hari ketiga, sehingga sebagian orang merasakan pusing.

Ada mekanisme tubuh yang cukup unik, yaitu penghematan energi pada waktu berpuasa. Dalam hal ini tubuh secara reflek mempertahankan diri dengan melakukan pengurangan beban, dengan cara melakukan pengurasan zat-zat bersifat racun. Pengurasan juga berlangsung terhadap sisa-sisa metabolisme seperti timbunan lemak, sel-sel aus, jaringan yang rusak, tumor dan berbagai bentuk jaringan abnormal lainnya, dengan mengaktifkan organ-organ pembuangan. Proses ini disebut otolisasi, dan biasanya mulai terjadi pada hari ketiga puasa. Dalam proses ini tubuh juga akan merangsang dan mempercepat pertumbuhan sel-sel baru, pada saat protein yang diperlukan didaurulang dari sel-sel yang sudah aus. Dengan demikian kadar protein dalam darah tetap normal selama puasa.

Tidak semua racun dan sisa metabolisme dapat didaurulang. Racun yang tidak bisa didaurulang akan dibuang oleh organ-organ pembuangan. Dalam proses ini, beberapa gejala pengeluaran racun dapat terlihat seperti warna air kencing  lebih keruh, pengeluaran lendir melalui hidung (ingus), tenggorokan serta berlanjut melalui usus besar. Akibatnya, akan meningkatkan sirkulasi oksigen dan nutrisi ke seluruh sel dan jaringan tubuh, sehingga sel dapat memperbaiki diri serta berfungsi secara optimal.

Melindungi Tubuh

Berpuasa secara umum dapat melindungi tubuh, di samping dapat membersihkan racun. Antara lain menurunkan kadar gula darah, menyehatkan sistem pencernaan, mengurangi obesitas, serta risiko stroke.

    Menurunkan gula darah

Kadar gula darah cenderung turun saat seseorang berpuasa. Hal ini memberi kesempatan pada kelenjar pankreas untuk istirahat. Seperti Anda ketahui, fungsi kelenjar ini adalah menghasilkan hormon insulin. Hormon ini berfungsi mengatur kadar gula dalam darah, mengubah kelebihan gula menjadi glikogen yang disimpan sebagai cadangan pada otot dan hati.

    Menyehatkan sistem pencernaan

Di waktu puasa, lambung dan sistem pencernaan akan istirahat selama lebih kurang 12 sampai 14 jam, selama lebih kurang satu bulan. Jangka waktu ini cukup mengurangi beban kerja lambung untuk memroses makanan yang bertumpuk dan berlebihan.

    Mengurangi obesitas

Puasa dapat menghilangkan lemak dan obesitas (kegemukan), secara ilmiah diketahui bahwa lapar tidak disebabkan oleh kekosongan perut, tetapi juga disebabkan oleh penurunan kadar gula dalam darah.

    Mencegah risiko stroke

Manfaat puasa, menurut beberapa hasil penelitian ilmiah, antara lain dapat mengurangi risiko stroke. Dalam hal ini puasa juga dapat memperbaiki kolesterol darah, sehingga mengurangi risiko stroke. (49)

Prof Dr dokter Anies, MKes, PKK -  Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan pada Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

 

Sumber: http://suaramerdeka.com

[+/-] Selengkapnya...

Category: 0 comments