Lupa hafalan Alqur'an

Karena seringnya membaca Alqur’an seseorang menjadi hafal beberapa ayat / surat namun lama-lama ia lupa. Bagaimana hukumnya ?

Seseorang yang lupa akan hafalan Alqur’an hukumnya berdosa kecuali ia mampu menghafal kembali tanpa masyaqqah, bersusah payah.

وَمِنْ مَعَاصِي اللِّسَانِ نِسْيَانُ الْقُرْآنِ كُلِّهِ أَوْ بَعْضِهِ مِمَّا حَفِظَهُ عَنْ قَلْبٍ بِتَرْكِ قِرَاءَتِهِ وَهُوَ مِنَ الْكَبَائِرِ إِذَا لَمْ يُمْكِنْهُ حِفْظُهُ مَرَّةً ثَانِيَةً إِلاَّ بِتَعَبٍ وَمَشَقَّةٍ كَأَوَّلِ مَرَّةٍ، وَإِلاَّ بِأَنْ أَمْكَنَهُ حِفْظُهُ بالسُّهُوْلَةِ بِتَكَرُّرِهِ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ مَثَلاً فَلاَ يَضُرُّ هَكَذَا مَا نُقِلَ عَنِ الْمَشَايِخِ [بهجة الوسائل 37]

“Termasuk maksiat lisan yaitu lupa Alqur’an, baik keseluruhan atau sebagian dari yang telah dihafalkan, sebab meninggalkan baca Alqur’an. Hal tersebut termasuk dosa besar bila ia tidak mampu menghafal kembali kecuali dengan payah dan berat sebagaimana pertama kali menghafal. Apabila tidak payah/berat yakni dengan mudah ia mampu menghafal kembali, baik dengan mengulang-ulang sekali atau dua kali maka tidak mengapa. Demikianlah keterangan yang dinukil dari para masyayikh.” (Bahjah al-Wasail 37)

[+/-] Selengkapnya...

Merokok ketika semaan Alqur'an

Dalam semaan Alqur’an sering kita jumpai orang menyemak sambil merokok. Bagaimana hukumnya ?

Apabila merokok di lingkaran majlis qira’ah, forum semaan, hukumnya haram.

إِنَّ شُرْبَ الدُّخَّانِ مِنْ حَيْثُ هُوَ اخْتَلَفَ الْعُلَمَاءُ فِيْهِ فَأَكْثَرُهُمْ عَلَى التَّحْرِيْمِ وَبَعْضُهُمْ قَالَ إِنَّهُ مَكْرُوْهٌ كَرَاهَةَ تَنْزِيْهٍ، وَهُوَ مُعْتَمَدُ مَذْهَبِ الشَّافِعِيَّةِ لَكِنَّهُمْ أَجْمَعُوْا عَلَى أَنَّهُ قَدْ يَعْرِضُ لَهُ مَا يُصَيِّرُهُ حرَامًا مِنْ ذَلِكَ إِذَا كَانَ بِحَضْرَةِ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ أَوْ حَدِيْثٍ نَبَوِيٍّ أَوْ مَجْلِسِ عِلْمٍ شَرْعِيٍّ أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ مِنَ الْمَوَاضِعِ الَّتِي تَضُمُّ مَا تَسْتَحِقُّ اْلأَدَبَ وَالْوَقَارَ فَإِنّ شُرْبَ الدُّخَّانِ حِيْنَئِذٍ حَرَامٌ لِمَا فِيْهِ مِنْ سُوْءِ اْلأَدَبِ وَاْلإِسْتِهْتَارِ بِمَجَالِسِ التَّعْظِيْمِ [قرة العين بفتاوي إسماعيل الزين 231]

“Pada dasarnya merokok itu para ulama khilaf dalam mensi-kapinya. Kebanyakan mereka berpendapat haram dan sebagian berpendapat makruh tanzih. Ini merupakan penda-pat yang mu’tamad di kalangan para Ulama Syafi’iyyah, tetapi mereka juga bersepakat bahwa kadang-kadang juga timbul hal-hal yang menjadikan haram yang semula mak-ruh. Di antaranya bilamana terjadi forum baca Alqur,an, Hadits Nabi, forum kajian agama ataupun forum-forum sejenis yang memang seharusnya mengedepankan sopan santun dan ketenangan. Dengan demikian, merokok tersebut haram hukumnya karena mengandung unsur-unsur keku-rang sopanan dalam majlis yang terhormat.” (Qurrah al-Ain Fatawi Isma’il al-Zain 231).

[+/-] Selengkapnya...

Waqaf Taskin tanpa bernafas

Seseorang membaca waqaf taskin pada akhir ayat tanpa mengambil nafas, bagaimana hukumnya ?

Waqaf taskin sebagaimana dimaksud hukumnya boleh bilamana ada niatan waqaf, namun yang lebih utama adalah dengan mengambil nafas.

(سُئِلَ) هَلْ يَجُوْزُ لِلْقَارِئِ وَهُوَ مَارٌّ بِالْقِرَأَةِ أَنْ يُسَكِّنَ آخِرَ الْحُرُوْفِ وَهُوَ مَارٌّ مِنْ غَيْرِ وُقُوْفٍ، وَهَلْ يَجُوْزُ لَهُ أَنْ يُحَرِّكَ الْوَقْفَ عِنْدَ الْوُقُوْفِ أَمْ لاَ؟ (فَأَجَابَ) بِأَنَّهُ يَجُوْزُ التَّسْكِيْنُ الْمَذْكُوْرُ لأَنَّ الْوَصْلَ بِنِيَّةِ الْوَقْفِ جَائِزٌ دُوْنَ التَّحْرِيْكِ الْمَذْكُوْرِ [هامش الفتاوى الكبرى 4/379]

“Sebuah pertanyaan perihal, apakah seorang membaca Alqur’an mensukun, membaca mati, huruf akhir sedang ia melanjutkan bacaannya tanpa waqaf dan apa boleh mengha-rakati, membaca hidup, huruf akhir ketika dibaca waqaf ataukah tidak? Jawab: Boleh mensukun sebagaimana dimak-sud karena washal, melanjutkan bacaannya, dengan niat wakaf hukumnya boleh. Lain halnya membaca harakat yang dimaksud waqaf hukumnya tidak boleh.” (Hamisy al-Fatawi al-Kubra IV/379).

اعْلَمْ اَنَّ الْوَقْفَ مَعْنَاهُ فِي اللُّغَةِ الْحَبْسُ يُقَالُ وَقَّفْتُ الدَّابَّةَ وَأَوْقَفْتُهَا إِذَا حَبَسْتُهَا عَنِ الْمَشْيِ وَفِي اْلإِصْطِلاَحِ عِبَارَةٌ عَنْ قَطْعِ الصَّوْتِ عَلَى الْكَلِمَةِ زَمَنًا يَتَنَفَّسُ فِيْهِ عَادَةً بِنِيَّةِ اسْتِئْنَافِ الْقِرَاَءةِ اِلَى أَنْ قَالَ وَيَأْتِيْ فِيْ رُؤُوْسِ اْلآيِ وَأَوْسَطُهَا وَلاَ بُدَّ مِنَ التَّنَفُّسِ مَعَه [نهاية القول المفيد 153]

“Ketahuilah bahwa waqaf menurut terminologi bahasa ada-lah menahan, sebagaimana ucapan: Telah aku berhentikan kendaraan, yakni aku tahan dari berjalan. Sedang menurut istilah adalah sebuah ungkapan mengenai terputusnya suara pada suatu kalimat dalam waktu yang biasanya bisa untuk bernafas dengan niat memulai bacaan. … Dan terjadinya waqaf itu pada awal-awal atau pertengahan ayat, yang harus disertai bernafas.” (Nihayah al-Qaul al-Mufid 153).

[+/-] Selengkapnya...